Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya
Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya
Oleh Ibn Abd Muis
Seperti minggu sore kemarin, syura’ rutin DPRa di Kantor DPC. Agak Bete sedikit memang, tapi bukan karena bahasan syuranya, seperti biasa lah, selalu ada saja yang disewotin.
“Kenapa akh, dari tadi keliatan agak bete ghitu”, Tanya Ridwan, ketua DPRa, “Ada masalah?”, tanyanya lagi.
“Mba Nilam kemana, abis nikah kok nggak nongol-nongol?”
“Ada urusan keluarga kali, soalnya nggak ada kabar ke ana”, jawab Ridwan singkat.
“Dikerem suaminya kali ya?”, tanyaku polos.
“Astaghfirullah, mana ana tahu akhi. Lagian apa urusan kita terhadap mereka”, sergah Ridwan kepadaku.
“Kayanya kejadiannya bakalan sama seperti ukhti Intan tuh”, tandasku lagi.
“Antum ini ngomong apa sih”, Tanya Ridwan bingung. “Nggak jelas juntrungannya, ana nggak ngerti maksud pembicaraan antum.”
“Iya, mulai dari Ukhti Intan, kemudian Mba Nilam, siapa yang sibuk coba, bantuin mereka ngurusin pernikahannya?”, tanyaku ke Ridwan yang cuma makin bingung dengan ulahku.
“Astaghfirullah, akhi.
$ygr‘¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#qè=ÏÜö7è? Nä3ÏG»s%y|¹ Çd`yJø9$$Î/ 3sF{$#ur ßÇËÏÍÈ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), (Qs. Al-Baqarah: 264)
Kok antum masih ungkit itu lagi sih. Kan kita sudah sepakat nggak akan bahas itu terus,” jelas Ridwan yang sepertinya sudah paham maksud kebawelanku.
“Ana sudah nggak tahan. Mungkin Mba Nilam adalah yang terakhir buat ana,” celotehku lagi.
“Maksudnya akhi?” tanya Ridwan.
“Ana janji, ana nggak akan bantuin akhwat manapun jika mereka nikah sama ikhwan Salafy!”, teriakku kesal.
“Loch, memangnya kenapa?”
“Ya, antum sendiri lihatkan. Waktu nikah, yang sibuk itu kita. Boro-boro ada ikhwah Salafy yang mau ikutan bantuin temennya nikah. Udah gitu, setelah mereka jadi nikah, seperti biasa, si akhwat nggak boleh lagi terlibat aktivitas kita,” jawabku dengan nada tinggi.
“Antum nggak boleh gitu akhi. Nggak semuanya seperti itu kok. Itu buktinya si Abu Zainuddin. Nanti jadi sia-sia loch apa yang sudah diamalkan kemarin,” seloroh Ketua DPRaku khawatir.
“Iya, kalau Abu Zainuddin mah nggak usah diomongin. Beliau itu udah the bestnya salafy dech, beda banget. Tapi, kenapa sich, mereka mau menikahi akhwat tarbiyah? Memangnya mereka nggak punya stock akhwat apa? Kalau mereka benci manhajnya, seharusnya mereka benci akhwatnya juga dong!”, teriakku lagi sambil nahan marah.
Ridwan, ketua DPRaku cuma miris dan berkata “Antum nggak boleh gitu akhi.
$pkr‘¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù‘t zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Mungkin memang sudah jodohnya. Mau dengan Salafy, mau dengan ikhwan tarbiyah, atau mau dengan yang ammah sekalipun, kalau sudah jodohnya, ya mereka pasti akan menikah, kalau Allah sudah berkehendak, mau ditolak bagaimana?”.
“Gini-gini loch akh. Maksud ana, ana nggak habis pikir aja. Kan mereka sebut kita ahlul bid’ah. Dan ahlul bid’ah itu menurut mereka lebih sesat dari ahlul maksiat. Tapi kenapa mereka malah mencari akhwat tarbiyah yang jelas-jelas ahlul bid’ah menurut mereka. Ini yang ana nggak ngerti,” tanyaku panjang lebar.
“Akhi, tidak ada yang memungkiri, akhwat tarbiyah itu sangat militan dalam berdakwah. Kesibukan apapun yang menyertai mereka. Kuliah, kerja atau ngurus keluarga. Kalau sudah panggilan dakwah, pasti mereka kejar. Hijab dan busana muslim yang panjang tidak menyurutkan gerak gesit mereka,” jelas Ridwan santai.
“Jadi itu alasan mereka menikahi akhwat kita?”, tanyaku sewot.
“Akhwat kita?” tanya Ridwan sambil manyun. “Ngaku-ngaku akhwat kita, sembarangan. Nanti dimarahin bapaknya para akhwat baru tau rasa loch.”
“Bukan, bukan itu. Maksud ana akhwat tarbiyah,” sergahku cepat “Tapi pasti ada alasan lain, kenapa mereka lebih senang merampas akhwat tarbiyah dibandingkan akhwat salafy?”.
“Waduh, merampas, kesannya kasar banget. Jangan gitu akhi. Kalau alasan kenapa mereka tidak memilih akhwat salafy, ana tidak tahu, mungkin memang kurang stock?” jawab Ridwan.
“Atau mungkin karena ekstrim juga!?”, timpalku langsung.
“Hush!!! Sembarangan!”, cegah Ridwan atas komentarku.
“Assalamu’alaikum”, tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu.
“Wa’alaikum salam ustadz. Ana fikir ustadz sudah pulang. Afwan, kita terlalu rame ya?” jawabku spontan atas sapaan salam ustadz Azri, ketua DPC kami yang tiba-tiba keluar dari balik pintu secretariat.
“Hemm… afwan dari tadi ana mencuri-curi dengar sambil senyum di dalam,” selorohnya pada kami sambil ikut duduk di bangku bambu tepat di sebelah kiriku. “Sepertinya seru juga diskusinya,” lanjutnya lagi,”Memang tidak ada habisnya kalau membicarakan salafy”. Aku cuma senyum, agak sedikit malu karena kesewotanku didengar beliau.
“Begini akhi, apa yang sudah akhi Ridwan katakan itu benar, akhwat tarbiyah itu memang super. Tapi kalau mereka kurang stock akhwat ana juga nggak yakin. Apalagi kalau alasannya seperti yang antum omongin tadi. Yang pasti, kemungkinan alasannya, ini pun baru menurut ana loch. Karena seorang yang telah tarbiyah dan telah mengikuti amal jama’i di dalam jamaah ini, yang telah tahu karaktristik manhaj ini dengan baik dan mendalam, selalu berhusnudzan terhadap qiyadah, pasti telah memiliki pondasi yang bagus tentang keislaman mereka. Mulai dari Al-Qur’an dan ulumul Qur’an, Hadist dan ulumul hadits, Aqidah Islam, Fiqih, Sirah, akhlaq, kepribadian muslim, dan lain sebagainya. Belum lagi ditambah dengan materi-materi yang berhubungan dengan pengembangan diri mereka, seperti bagaimana mengelola waktu, bagaimana berkomunikasi efektif, managemen organisasi, urgensi kaderisasi dan lain-lain. Tak ketinggalan sampai kepada pembahasan dakwah dan pemikiran islam serta materi yang membahas social kemasyarakatan.”
“Intinya mah tinggal poles dikit gitu ya ustadz?”, timpalku lurus.
Ustadz Azri cuma senyum denger ucapanku, “Itupun baru tarbiyah tingkat pemula loch akhi. Kalau seluruh kader sabar dalam halaqahnya, pasti mereka menjadi muslim mandiri. Tidak malas-malasan. Kritis. Rajin menghadiri kajian Islam. InsyaAllah, mereka jadi kader sejati, yang tidak mudah terombang-ambing.”
“Oh, gitu ya ustadz”, tanyaku takjub, “Loch, lantas kenapa orang-orang Salafy yang ana temui, sebagian besarnya bercerita bahwa mereka mantan tarbiyah,” timpalku lebih lanjut.
“Coba dech, antum perhatikan. Sebagian mereka, apakah mantan tarbiyah, atau mantan Jamaah Tabligh atau mantan jamaah lainnya. Pasti ceritanya selalu tentang kekurangan. Ya, merekalah orang-orang yang selalu melihat kekurangan yang dimiliki orang lain. Mereka belum paham karakteristik dari tarbiyah itu sendiri. Mereka adalah orang-orang yang tidak sabar. Mereka adalah orang-orang yang selalu membutuhkan motivasi dari luar. Mereka adalah orang-orang yang tidak mau mengembangkan ilmu mereka dengan potensi yang mereka miliki untuk berkontribusi kepada umat. Tapi saksikanlah akhi. Mereka hanya akan ghirah di awal. Mereka tidak akan bertahan lama. Karena hanya sebagian kecil saja dari mereka yang memiliki jiwa ikhlas seperti Abu Zainuddin” jelas Ridwan panjang lebar.
“Sudah akhi Ridwan jangan diteruskan. Tidak baik akhi, ada baiknya kalau kita selalu berusaha untuk membersihkan hati kita” pinta ustadz Azri berusaha memutus penjelasan Ridwan. “Antum sendiri sudah sampai mana materi halaqahnya,” tanya ustadz Azri, ketua DPCku tiba-tiba.
“Ups!”, agak kaget. “Hik..hik.. ana baru enam bulan ustadz, baru juga masuk materi akidah tauhid,” jawabku malu sambil cengengesan. “Ya, kalau boleh dibilang anak ingusan di tarbiyah githu… hehehe…,” ujarku berusaha membela diri.
“Tapi kayanya antum sudah lama ikut aktifitas amal jamai ya?” tanya ustadz Azri kepadaku. “Soalnya ana sering lihat antum di berbagai tempat kegiatan bakti social, nggak cuma di DPRa antum saja?”
“Iya, ustadz, ana sibuk banget. Kerja, dari pagi sampe malem. Maklum kuli.. hehehe… Takut halaqahnya nggak serius, jadi ana fikir biar ana aktif di kegiatan social kemasyarakatannya saja, ternyata tarbiyah point utamanya. Sekalipun agak terlambat, nggak apa-apa lach”
“Nah, ini dia ustadz, salah satu penyebab akhwat-akhwat kita keburu dinikahi ikhwan bukan tarbiyah,” tuduh Ridwan kepadaku.
“Maksudnya?”, tanyaku bingung.
“Ya, antum ini lah salah satu penyebabnya. Sudah kerja, punya kendaraan, manager pula status di kantornya. Masih juga belum mau nikah. Jangan marah dong kalau akhwat tarbiyah dinikahi sama ikhwan salafy. Antum terlalu idealis sih”, tuding Ridwan lagi kepadaku.
Aku makin mati kutu dibilang begitu, “Afwan, afwan akhi, ustadz, ana nggak idealis kok. Ana tidak pernah terpikir, kalau ana punya kriteria khusus terhadap akhwat yang akan ana nikahi. Masalahnya beda. Ini masalah target masa depan. Masa akhwatnya hebat ikhwannya jeblog, nanti ana malu khan. Dan ana juga nggak mau pusing, gara-gara mikirin uang untuk resepsi, untuk lahiran, pendidikan anak, makan sehari-hari dan lain sebagainya,” jelasku membela diri.
“Memang antum usianya berapa sekarang?” tanya ustadz Azri sambil nepuk-nepuk bahuku.
“Seperempat abad lebih dikit ustadz”, jawabku. “Belum tua banget khan?” tanyaku langsung kepada beliau.
Beliau cuma tersenyum dan berkata, “Belum, belum tua kok.” Sementara Ridwan ketua DPRaku sudah pegang perutnya menahan geli.
“Loch, antum kenapa? Kok kayanya geli banget dengar umur ana seperempat abad?” tanyaku ke Ridwan bingung.
Ustadz Azri menepuk lututku, “Dulu, waktu ana nikahi istri ana, ana baru berumur sembilan belas tahun akhi. Masih kuliah di LIPIA” terangnya sambil tersenyum teduh.
“Hah…” ternganga aku sambil takjub. “Sembilan belas tahun! Masih muda banget ustadz. Waduh, ana ketuaan dong ya?”
“Bukan tua lagi mas, udah engkong-engkong,” canda Ridwan sambil terus pegangi perutnya menahan geli dan “Ana aja udah punya anak dua waktu umur segitu”.
“Ya ampun, jangan-jangan hampir sebagian besar ikhwan kita seperti ana kali ya!” sergah aku masih dalam keadaan terkejut. “Pasti ustadz anak orang kaya kan, jadi kalau bingung dengan masalah keuangan tinggal minta bantuan?” tanyaku sambil terus berusaha membela diri.
“Alhamdulillah, ana di Jakarta sendirian akhi. Orang tua ana di Padang Pariaman. Di Kampung. Waktu itu ana tinggal di tempat paman ana. Ya sambil bantu-bantu beliau, ana juga jualan buku-buku Islam sambil kuliah di LIPIA karena ana yakin
4 `tBur ö@©.uqtGt n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾ÍnÌøBr& 4 ôs% @yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Qs. At-Thalaaq: 3)
” jelasnya panjang lebar sambil berusaha meyakinkan aku.
“Waduh, malu banget ana nih ustadz. Ana yakin, ikhwan-ikhwan kita memang terlalu idealis, bertahan dengan kejombloannya, karena terlalu khawatir seperti ana. MasyaAllah….”
“Makanya itu akhi, antum jangan sewot kalau akhwat-akhwat tarbiyah dinikahi ikhwan-ikhwan salafy. Nggak ada pilihan lain, sekalipun mungkin mereka tidak mau, tapi daripada jadi khawatir kali. Mau dibilang apa?” tuding Ridwan lagi kepadaku.
“Ya, iya juga sich, mungkin salah ana juga kali ya,” jawabku lirih.
“Ya, nggak salah antum aja, tapi semua ikhwan tarbiyah yang punya kekhawatiran berlebihan seperti antum, antum niatkan saja untuk segera menikah. Ana ada chanel nih. Antum mau nggak ana kenalin. Mad’unya istri ana,” tawar ustadz Azri serius sambil terus tersenyum, “Kayanya cocok dech sama antum”.
“Aduh ustadz, tapi ana tetep nggak bisa terima. Kalau mereka mau menikahi akhwat tarbiyah, jangan matikan dakwah mereka juga dong. Enggak sopan tuh namanya. Kita yang bangun dia yang nikmatin. Standard ganda banget sich! Manhajnya di benci, tapi akhwatnya doyan! Atau ana aja yang nikahin akhwat Salafy ya ustadz, biar mereka jadi baik hati dan lembut. Kan impas tuch!” ujarku kesel.
“Astaghfirullah akhi, sudahlah, jangan dipikirin yang kaya gitu. Pasti semuanya ada hikmahnya. Baik buat kita maupun buat mereka. Jangan biarkan ketidaksukaan antum terhadap mereka membuat antum tidak adil.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Maidah: 8 )
Kita do’akan, sekalipun mereka tidak beramal jama’i lagi dengan kita, mudah-mudahan ghirah dakwah mereka tidak mati. Ya minimal beribadah untuk suami dan keluarga mereka, kan sama saja, sementara mantan murabiyyah mereka mendapat pahala atas ilmu yang bermanfaat bagi mereka” terang ustadz Azri bijak.
“Iya, ya.. nggak ada untungnya buat ana. Itu sudah menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Mending ana focus ngurusin pekerjaan ana dan dakwah ana di manapun ana berada”, sadarku.
“Jangan lupa! bukan cuma ngurusin pekerjaan dan dakwah aja, tapi tuh, tawaran ustadz Azri diterima nggak, prediksinya cocok sama antum soalnya,” ingat Ridwan sambil rangkul bahuku.
Aku cuma mengangguk tanda setuju, sambil terus menyembunyikan malu.
“Loch, dengan akhwat Salafynya gimana?”, canda ustadz Azri, lanjutnya “Ada-ada aja antum.”
Dan aku makin menunduk malu.
Sekian
Cerpen ini dibuat sebagai introspeksi buat ana dan semua ikhwah yang belum menikah. Jangan sedih ya, kalau akhwat-akhwat tarbiyah dinikahi oleh mereka J Peace !!!
Sementara untuk akhwatnya, jangan minta mahar mahal-mahal ya, kasihan kita nih. Bilangin ke abi dan uminya juga loch…. J
NB: Maaf bila ada kata-kata yang tidak sopan dan sedikit usil. Cerita ini terinspirasi dari diskusi di forum myquran dan pengalaman pribadi.
132 responses to “Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Benci Manhajnya ???”
Iwan13268
Januari 3rd, 2008 pukul 08:05
Ooh.. Ijo Lumoet… Ikatan jomblo Lucu dan Imoet. God Job. 🙂
Dekisugi
Januari 4th, 2008 pukul 04:44
saya, sih, memang mungkin terlalu idealis aja. ndak mau ngrepotin orang lain, termasuk orang tua kalo sudah nikah. jadinya kepengen punya rumah dulu sebelum memutuskan nikah.
yeah, gengsi laki-laki aja 😉
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Loch, nanti Sijukanya gimana. Ikhlas kalau keburu dinikahi Nobita?… 🙂
Aq
Januari 4th, 2008 pukul 06:19
Saya sih bukannya nggak mau cepat-cepat nikah tapi belum yakin dan kayaknya belum siap dech. Minimal saya harus punya rumah dulu. Jadi ketika berumah tangga memang sudah punya rumah.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Minimal mas? Waduoh, nanti kalau nggak maksimal-maksimal nggak nikah-nikah, gimana? InsyaAllah, saya do’ain semoga hajatnya terkabul ya..
Akhina Ifa My Pen Name
Desember 4th, 2009 pukul 05:46
Allahuma Amiin
fatahfajtan
Januari 4th, 2008 pukul 10:07
masya ALLAH lagi lagi masalah akhwat….knapa sih kita ngomong dan menggunjing masalah akhwat mlulu?inget prend ngomongin akhwat tuh gak akan ada habisnya akhi?gimana mo revolusi kalo ikhwah2 revo kita lemes ditinggal akhwat?tolong menolong lah diantara kalian,laki laki dengan laki2 wanita menolong wanita(lupa ayatnya…he2…he2. Af1 akh cerita antum terlalu vulgar
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, Af1 kalau sepertinya terlalu vulgar 🙂 ,point utamanya adalah esensi dari cerita ana dapat diambil hikmahnya. Barrakallahu fiikum.
RETORIKA
Januari 8th, 2008 pukul 18:43
Wah saya sih nikah karena udah kelamaan pacaran lagian kebetulan mau ke luar negri …
kebanyakan berzinah gitu … 😆 (**kabur**)
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Astaghfirullah, Woy!! woy!! jangan kabur woy.!! Gua mo khotbah nih !!
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Qs. Al-Isra: 32)
Zinah tangan ya mas..? 😆 Kalo yang ini klik aja https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/09/26/bolehkah-melakukan-onani-menurut-islam/
Udah selesai tugas gua nasehatin elo… Sekarang 😆 gua mo kabur juga… takuuut… (**Ngibrit terbirit-birit sampe jatoh bangun tiga kali**)
*Bingung* 😳 *Balik lagi* Woy!! Woy!! Inikan blog gue! Kok gue malah kabur…. 🙄 *Garuk-garuk kepala*
Jaisy01
Januari 11th, 2008 pukul 22:47
Assalamualaikum, hehehe. Walah ini mengingatkan ana dengan calon istri ana. Padahal sudah ana khitbah loh. Eee seorang ikhwah salafi main serobot, hem dasar akhwat juga masih baru, yah sudah deh nggak jadi! Nasib2 padahal semua dah disiapkan, tapi khitbah dibatalkan sepihak, saya yakin ikhwah salafi itu bukan benar2 penganut salafi. Karena jelas tidak mengatahui hukum khitbah, tapi yah emang nggak jodoh. Tapi Alhamdulillah, ana telah dipertemukan dengan seorang bidadari yang luar biasa. Yang kini menenamiku walau 1 seminggu 3 kali (maklum akhwat Kareir hehehe). Subhanallah, terima kasih Yaa Allah!
Tapi sampai saat ini, si ikhwah salafi itu masih belum menikahi akhwat calon istri ana yang pertama! Semoga akhwat itu masih tetap liqo.
(Teruntuk MRku, yang pertama. Syukron, bangetz)
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,
Apa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Yang terpenting adalah mengambil hikmah atas kejadian apapun yang kita alami. Dan selalu mendo’akan kebaikan termasuk kepada orang yang kita benci dan membenci kita. Ana sudah melakukan ituloch akhi, dan itu membuat kita lebih tenang. Barrakallahu fiikum.
Abu Tilmidz
Januari 12th, 2008 pukul 03:16
السلام عليكم saudaraku. Aku datang untuk berkunjung lagi dan tdklah yang membuat aku mengunjungimu melainkan karena ana uhibbuka fillah.
Seorang sahabat saya di kampus, yg dia aktif di dunia pergerakan mengatakan sewaktu kami duduk2 di liqo’at rutin di rumah mr kami, “ana akan menikahi akhwat yg mampu menjaga dirinya sendiri”
ana tanyakan, “apa kriterianya, akh”
beliau melanjutkan, “dia memakai burdah (niqab/cadar), bergamis gelap, dan suka dirumah, dia pergi jika ada perlu saja, dan dia cinta al ilmu, sunnah, dan jauh dari bid’ah”
temen2 komentar, “wah akhwat salafy, dunk?”
katanya, “gak juga. kalau ada akhwat DPRa yg spt itu, ana akan khitbah”
kata temen2 termasuk ana, “tapi mana ada akhi ? akhwat kriteria antum sih akhwat salafy”
Beliau melanjutkan, “kalau demikian yg mau gimana lagi….. ”
———————
Akhi, apakah antum paham maksud ana? dan bgmn pendapat antum apakah bisa dikatakan bahwa ikhwan harokah tersebut “merampas” akhwat salafy ?
————————————
Terkadang kita menilai sesuatu dari cara pandang berpikir kita. Kenapa kita tidak berpikir dari cara pandang yang luas ? Ketika ada seorang akhwat harokah menikah dengan ikhwan ahlus sunnah apakah dikatakan bahwa ikhwan ahlus sunnah tersebut merampas akhwat harokah, kenapa tdk dikatakan akhwatnya lah yg telah merampas ikhwan ahlus sunnah ?
Apakah kita tdk bertanya koq mau si akhwat harokahnya ? bukankah dia bsia menolah ? kenapa bisa jadian ? naah maka di sinilah timbul pertanyaan. Mungkin saja si akhwat memiliki kriteria2 yg akan menjadi pendamping hidupnya. Rasanya di jaman sekarang ini tdk ada kawin paksaan, atau seorang laki2 yg maksa menikah dan akhwatanya tdk bisa menolah, rasanya mustahil. Paling tdk ada bbrp kesepakatan di antara mereka.
Sebuah pertanyaan lagi kenapa biodata akhwat tersebut bisa berada di tangan ikhwan ? sehingga ikhwan tsb suka dan mengajak taaruf ? ada banyak kemungkinan.
———————
Adapun yg terjadi pada ana adalah ana mendapatkan biodata akhwat yang rajin liqo dan ternyata ia juga meletakkan biodatanya di kajian Salafy dan analah yang menerima, ana suka dan terjadilah pernikahan.
Ketika taaruf ana katakan bahwa ana adl salafy dan hendaklah ia mau menuntut ilmu, menghidupkan sunnah, melahirkan anak2 pembela ulama, dan menjauhi bid’ah. Dan ternyata istri ana setuju dan kini jadilah ia seorang Salafiyyin.
Antum tahu… tdk ada seorangpun salafy yg menyalahkan ana walaupun berjuta akhwat salafy menunggu ana (walah!)
namun yang ada adalah kebencian temen2nya apalagi mr nya. Ternyata mr nya adalah temen ana sendiri ketIkA ana aktif di MASIKA ICMI ORSAT BEKASI.
Maka di sini janganlah engkau membenci saudaramu karena kedengkian dan buruk sangka, mmgnya siapa yg merampas ? faktanya adalah akhwatnya yg menyerahkan dirinya untuk ditarbiyah dengan benar di atas Al Quran dan As Sunnah.
Mengapa temen2 harokah selalu dengki dan sakit hati manakala akhwatanya ngaji di salafy, bbrp kadernya ngaji di salafy dan lama gak datang di liqo’at seperti ana.
Wallahi yaa akhi. Ana sama sekali gak pernah berkata kasar dan memaki2 saudara ana di liqo’at dan di bbrp tempat yg ana aktif sewaktu pergerakan. Namun mrkalah yang selalau membenci ana hanya krn ana menjadi salafy dan mengambil akhwat mereka untuk menjadi salafy……
Kiranya cukup sampai di sini dan tdk usah diperpanjang lagi kesedihan ini.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Subhanallah ana senang sekali antum mengunjungi blog ana lagi. Pada dasarnya sungguh ana tidak bermasalah dengan Salafy. Salah satunya antum, kang anas, abu salma, salafi itb dsb.
Mengenai article di atas, ana harap antum tidak perlu membesar-besarkan, point utamanya adalah esensi dari cerita itu. Memang agak vulgar dan terlalu mendiskreditkan. Tapi insyaAllah, untuk orang yang hatinya bersih dan selalu husnudzan pasti tidak akan kebakaran jenggot menyikapi ini semua. Ana berharap antum adalah salah satunya.
Coba dech antum cek balik cerita ana dengan jernih, dan ambil sisi-sisi positifnya. InsyaAllah, mengenai komentar antum, alhamdulillah, ana telah ambil manfaatnya.
Mengenai kriteria istri yang antum sebutin, 😳 sebenarnya itu juga kriteria ana. Coba perhatikan kutipan cerita di atas ini :
“Aduh ustadz, tapi ana tetep nggak bisa terima. Kalau mereka mau menikahi akhwat tarbiyah, jangan matikan dakwah mereka juga dong. Enggak sopan tuh namanya. Kita yang bangun dia yang nikmatin. Standard ganda banget sich! Manhajnya di benci, tapi akhwatnya doyan! Atau ana aja yang nikahin akhwat Salafy ya ustadz, biar mereka jadi baik hati dan lembut. Kan impas tuch!” ujarku kesel.
“Astaghfirullah akhi, sudahlah, jangan dipikirin yang kaya gitu. Pasti semuanya ada hikmahnya. Baik buat kita maupun buat mereka. Jangan biarkan ketidaksukaan antum terhadap mereka membuat antum tidak adil.
Mengenai komentar antum yang ini :
Terkadang kita menilai sesuatu dari cara pandang berpikir kita. Kenapa kita tidak berpikir dari cara pandang yang luas ?
Ana ingin kita introspeksi sama-sama ya akhi….
Sebenarnya dari article ini bisa menimbulkan persepsi yang berimbang. Contoh, mungkin untuk orang-orang ikhwan yang ghuluw dan fanatik, dia akan mengiyakan article ana kemudian bergembira karena hal tersebut, seraya berucap “Hehehe… emang kaya gitu salafy, baru tau loe?”. Sementara untuk ikhwan yang lain yang tidak ghuluw pasti dia akan melihat tulisan ana terlalu mendiskreditkan salafy, dan ini sangat tidak baik, mungkin juga berucap “Astaghfirullah, pengelola blog ini terlalu berlebihan deh menyikapi sesuatu, bisa menambah kebencian orang Salafy ni”.
Begitu juga dengan orang Salafy, bagi mereka yang ghuluw, pasti akan memicingkan mata dan bertambah kebenciannya, karena apa akhi? Karena mereka melihatnya dari sudut pandang nafsu. Tapi bagi ikhwah lain yang melihatnya dengan bashirah yang ikhlas, insyaAllah dia akan melihat ini sebagai kebaikan, minimal sebagai introspeksi khususnya bagi yang ghuluw dan fanatik tersebut, untuk bersikap wajar dan proporsional.
Bukankah Allah mengikuti prasangka hambanya? Kalau hati kita selalu husnuzhan terhadap orang lain, insyaallah kita akan hidup dengan damai, tapi sebaliknya, kalau kita selalu bersu’udzan terhadap orang lain, maka kesempitanlah yang akan kita dapatkan. Mengenai hal ini, ana fokus, dan akan selalu menjadi taushiyah bagi ana pribadi.
Jazakallahu khair akhi, semoga blog antum bisa menjadi pencerah bagi ikhwah-ikhwah lain yang memiliki karakter ekstrim dan ghuluw terhadap apapun. Satu lagi, alhamduliilah, ana banyak mengambil manfaat dari blog antum dan blog-blog yang ana sebutkan di atas. Sekalipun ada juga beberapa yang ana tidak suka. Ya… sama seperti antumlah, mungkin ada beberapa article yang antum tidak suka dari blog ana atau mungkin semuanya, memang susah kalau kita berharap membuat senang dan sejalan semua orang…
Semoga antum bisa istiqamah dan bisa menjadi pengikut salafus shalih yang bersikap lebih adil dan bijak dalam menyikapi hal-hal yang menurut kebanyakan manusia tidak baik. Begitu juga ana. Barakallahu fiikum. Wallahu musta’an.
Muh Ridwan
Januari 12th, 2008 pukul 13:30
Kalau mereka benci manhajnya, seharusnya mereka benci akhwatnya juga dong!
|
V
Mestinya tanyanya gini mas….
Kok Akhwat mau menikah sama Salafy, kenapa ya akhwat tidak mau menikah sama kita2??
Jawabnya = ????????
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Kan alasannya sudah disebutkan di atas. Coba baca lagi dengan tenang akhi. 😆
Muh Ridwan
Januari 12th, 2008 pukul 13:45
1. Setelah saya membaca komentar dari Abu Tilmidz, di/pada Januari 12th, 2008 pada 3:16 am
Barulah mulai terbuka tabir yang menutupiku dengan munculnya tulisan2 yang menyerang SALAFY…
2. Sungguh Fitnah yang paling besar bagi laki-laki adalah Fitnah Wanita.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
1. Itu paradigma akhi…
2. Bagaimana kalau laki-laki itu adalah seorang [maaf] ‘gay’, bisakan kalau dikatakan fitnah terbesarnya adalah Fitnah Lelaki.
Kalau ana lebih berkesimpulan lain, sebenarnya fitnah terbesar manusia adalah nafsu. Nafsu untuk selalu menilai buruk segala sesuatu padahal semuanya belum dikaji secara mendalam. Sehingga yang timbul justru adalah prasangka-prasangka. Wallahu musta’an.
Muh Ridwan
Januari 13th, 2008 pukul 08:46
Rasulullah SAW, bersabda tentang fitnah wanita:
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian berketurunan (regenerasi) di atasnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena awal fitnah yang menimpa Bani Israil dari wanitanya.” (Shahih, HR. Muslim)
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ana sangat setuju dungan dalil di atas akhi. Tapi bagaimana dengan yang ini :
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Qs. Al-Maidah: 30
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Qs. Al-maidah:48)
Katakanlah: “Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah”. Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. Al-an’am:56)
Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Neraka tertutup oleh hawa nafsu dan surga tertutup oleh hal-hal yang dibenci oleh nafsu”.
(HR: Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang kuat bukanlah orang yang (selalu) membanting orang (dengan kekuatannya), akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang kuat menahan Hawa Nafsunya ketika ia Marah”.
(HR: Bukhari)
Sebenarnya tinggal konteksnya aja kok. Tergantung kondisi real yang terjadi pada seseorang. Mungkin sebagian menganggap wanita sebagai ujian terbesar, tapi sebagian menganggap tahta adalah yang terbesar, tapi sebagian yang lain menganggap harta yang terbesar, dan yang lainnya lagi menganggap nafsu ujian yang terbesar. Apakah nafsu untuk marah, nafsu untuk dekat dengan wanita, nafsu untuk mendapatkan harta dengan berbagai cara dan sebagainya. Nafsu untuk berdebat… 🙄
Jadinya malah mempermasalahkan yang enggak penting, seperti kebanyakan orang, sibuk dengan masalah-masalah kecil yang merupakan hasil ijtihad yang belum disepakati secara ijma oleh seluruh ulama. Alhasil, malah jadi timbul kasak-kusuk seperti yang antum utarakan.
Muh Ridwan
Januari 13th, 2008 pukul 10:24
Sungguh maksud saya cuma mengungkapkan Fitnah secara khusus bagi laki-laki yang lebih berbahaya adalah Wanita.
Dan saya tidak menyebutkan Fitnah yang terbesar bagi seorang muslim (laki-laki dan wanita). Jadi pembicaraan dan makna hadits terkhusus buat Laki-laki.
adapun yang anda sebutkan itu benar secara umum untuk laki-laki dan wanita.
semoga bisa dimengerti.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Alhamduliullah, insyaAllah bisa sangat ana pahami. Barakallahu fiikum.
dirantingcemara
Januari 14th, 2008 pukul 11:02
Ada sebuah pertanyaan besar dalam benak saya.
Yaitu di saat sebuah nasehat yang diberikan oleh salafy maka nasehat itu adalah sebenar-benarnya nasehat padahal saya melihat (membacanya) dengan jelas itu bukanlah nasehat cuma celaan dan hujatan belaka.
Tetapi jikalau ada yang diluar salafy memberikan nasehat bahkan kritik dengan mengedepankan akhlak dan tidak mencaci maki, maka sedikit kritikan tersebut dianggap sebagai sebuah kedengkian, ghil, dan celaan besar serta kedustakaan. Allohuakbar.
Saya khwatir inilah yang disebut sebenar-benarnya ta’ashub. Oleh karena itu agar kita senantaisa terlindung dari hal yang demikian, kiranya kita senantiasa melafalkan istighfar dan menaydari bahwa ktia sesungguhnya makhluk lemah, tidak perlu untuk sombong dengan banyaknya ilmu. Karena selendang kesombongan itu yang berhak memakainya adalah Allah SWT.
Allohua’lam bishshowab.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Alhamdulillah, sebenarnya masing-masing orang berhak untuk menjudge segala sesuatu sesuai nafsunya. Tinggal kita mau mengambil yang mana. Apa yang akhi katakan benar, dan sungguh ana pun sangat berhati-hati terhadap hal itu. Tapi kalaulah kita mau bersabar adalah sebaiknya kita mengambil hikmah dalam memberi penilaian mengenai article ini jangan menuruti seperti apa yang disangkakan. Justru jangan sampai menjadi kontraproduktif?
Seandainya mau dicermati lihatlah, esensi dari orang-orang yang berada di dalam cerita ini. Ada yang sangat bijak, ada yang bijak tapi sedikit terkotori dengan emosional, tapi ada juga yang ekspresif karena menilai terlalu negatif terhadap sesuatu tanpa mau melihat hikmah dibalik apa yang terjadi. Tetapi ada juga yang terlalu positif dan mengiyakan.
Begitu juga dengan para pembaca ceritanya, ada yang emosional, ada yang bijak, dan ada yang biasa-biasa saja.
So, mungkin kita bisa merenungi, orang seperti apakah kita ini. Pasti salah satunya merupakan bagian dari karakter kita. Padahal yang terbaik adalah mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami.
Btw, mengenai komentar akhi, sungguh ana sangat senang dan merupakan pandangan yang arif. Mudah-mudahan yang lainpun bisa mencermatinya dengan bijak tanpa dibarengi dengan syak wasangka buruk yang berlebihan. Barrakallahu fiikum. Wallahu musta’an.
jundi
Januari 19th, 2008 pukul 11:34
hihihihi… masalah akhwat aja jd seru jg ya akhi…
Ana usul neh…. Antum blm nikah ya sampe skrng? Nah antum punya bbrp alternatif neh :
1. Nikah ama akhwat tarbiyah
2. Nikahin akhwat salafi? (bisa ga ya?, kayaknya lom ada tuh di jama’ah tarbiyah kayak or alternatif ke-3…
3. Nikah ama akhwat tarbiyah, trus antum ta’adud, nikah lagi ama akhwat salafi. wew dijamin lebih berwarna tuh… Heboh deh kaum pergerakan Islam se-Indonesia kl kejadian kayak gini… syukur2 seh akhwat salafinya jadi ngaji tarbiyah jg. Kira2 gmn tanggapan Ikhwan salafi kalau akhwat “mereka” kita ambil?
Hayah…. ngomong or neghayal apa seh ane
Udah dech akh, mendingan cepet2 yg no 1 aja
Barakallohu fiik
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ana serahin ke Allah saja dech akhi, insyaAllah ana ikhlas, apapun alternatifnya… 😆
towfeeq
Januari 21st, 2008 pukul 07:03
Assalamu’alaikum
Sebelumnya ana mau bertanya apakah cerita pendek di atas merupakan kisah nyata atau hanya cerita fiksi yang dilatarbelakangi oleh fenomena menikahnya sebagaian akhowat tarbiyah dengan ikhwan salafi?
Kalau hanya cerita fiksi maka apa gunanya, akhi? Lebih baik blog ini diisi dengan ilmu agama dari pada cerita seputar “rebutan” akhowat.
Akhi, sekedar saran, kalaupun akhi ingin membahas masalah munakahat maka alangkah lebih bagus jika membahas masalah yang lebih bermanfaat seperti syarat-syarat nikah, bagaimana mengadakan walimah yang sesuai dengan syari’at, bagaimana membina keluarga sakinah,dsb. Dengan demikian ana berharap pembaca bisa mengambil faidah dari blog yang antum buat.
Mengenai komentar dari akhi jundi (masya allah –semoga benar-benar menjadi tentara Allah–) yang menawarkan berbagai macam alternatif yang ana rasa cuma berangkat dari khayalan-khayalan.
Akhi, apa sih tujuan dakwah? Apakah hanya sekedar mencari massa pengikut dan pendukung? Supaya manusia masuk kelompok kita? Kalau sekedar itu, maka tidak heran jika antum menawarkan alternatif-alternatif tersebut. Cobalah akhi, kita berpikir lebih dewasa lagi. Boleh jadi seseorang tidak lagi berada di dalam organisasi kita, boleh jadi seseorang tidak lagi berada di dalam kelompok kita. Mungkin kita kecewa karena seolah-olah dakwah kita gagal. Padahal belum tentu dakwah kita gagal, karena walaupun seseorang yang dahulunya berada satu halaqoh dengan kita kemudian sudah tidak lagi bergabung dengan kita akan tetapi agamanya masih terjaga, masih pula tetap berdakwah walaupun tidak bergabung dengan kelompok kita lantas kenapa kita mesti kecewa? Kecuali jika orientasi dakwah mencari massa pendukung maka kemungkinan kita akan merasa kecewa dan berusaha membalas sebagaimana tersirat dari alternatif nomer tiga. Nah, sebaiknya kita mengintropeksi dakwah kita apakah sudah benar-benar ikhlas karena Allah dan berusaha berdakwah agar manusia berIslam dengan benar atau sekedar banyak-banyakan massa pendukung. Cobalah antum membaca kembali sikap ustadz Azri (jika cerita ini memang kisah nyata) bagaimana sikap bijak beliau dalam permasalahan ini. Semoga kita tidak lemah hanya gara-gara akhowat. Kalau iya, perlu kita menginstropeksii keikhlasan kita masing-masing.
Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.
allahu a’lam
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Cerita ini hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan. Gunanya adalah, supaya kita mau berkaca, melihat sisi buruk diri kita, yang mungkin secara tidak sadar menggunakan standar ganda yang aneh.
Alhamdulillah, kalau antum bisa mengambil hikmah dari cerita ini, misalnya bisa menjadi seperti ustadz Azri yang bijak dan membuang sifat ekpresif dan su’udzhan yang dimiliki tokoh utama dalam cerita ini.
Mengenai masalah akhwat, alhamdulillah, mungkin sebagian yang kebakaran jenggot benar-benar mengalaminya, sementara ana tidak ada masalah sama sekali [semoga Allah melindungiku dari ujian wanita karena saat ini ujian hartalah yang ana rasakan berat]. Cerita ini hanya untuk menampar kesadaran kita saja, yang tidak mau jujur terhadap diri sendiri, tidak lebih dari itu.
Justru ana malah kasihan dengan komentar antum yang ini :
“Akhi, apa sih tujuan dakwah? Apakah hanya sekedar mencari massa pengikut dan pendukung? Supaya manusia masuk kelompok kita? Kalau sekedar itu, maka tidak heran jika antum menawarkan alternatif-alternatif tersebut.”
Kalaulah hati kita mau bersih, sungguh jauh dari sangkaan tersebut. Ana justru menanyakan diri ana, siapakah yang tahu isi hati manusia selain Allah??? Atau justru malah kita yang terkena tuduhan tersebut. Wallahu a’lam.
Dari Abu Hurairah ra. katanya: “Rasulullah saw. bersabda: “Hindarilah kamu dari prasangka karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling dusta, janganlah kamu mencari-cari informasi dan janganlah kamu memata-matai, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
(HR: Bukhari)
Ini adalah sebuah usaha yang ana lakukan untuk diri ana pribadi khususnya, agar mau jujur terhadap diri, selalu melihat kekurangan diri, introspeksi, dan berkaca selalu. Menyadari bahwa diri kita selalu penuh kekurangan dan perlu mengambil manfaat dari orang lain tanpa mau melihat, dari mana mereka berasal. Alhamdulillah, bila orang lainpun mau mengambil hikmahnya. Barakallahu fiik.
abu abdillah al-mubarok
Agustus 13th, 2011 pukul 06:37
allahu yahdiikum
okti
Agustus 26th, 2011 pukul 16:36
Allah Yahdiik artinya apa yah?
towfeeq
Januari 21st, 2008 pukul 10:27
Wa iyakum….
Nah, kalau kita bisa mengatakan dan bertanya siapa yang tahu isi hati manusia selain Allah, bagaimana dengan sikap kita sendiri yang menghakimi ikhwan-ikhwan tersebut menggunakan standar ganda? Kita tidak tahu isi hati ikhwan-ikhwan tersebut. Oleh karena itu, ana berikan salah satu contoh sikap ustadz di web resmi DPW Jogja ketika ada aktivis yang mengadukan fenomena ini (ini bukan fiksi lho, akh). Sebelum memberikan jawaban, ustadz tersebut bersyukur kepada Allah karena hal ini menunjukkan hasil tarbiyah pada akhwat kita yang dipandang bagus dan ”layak petik” oleh ikhwan dari gerakan lain. Subhanallah……! Ustadz tersebut tidak mengatakan mereka (ikhwan salafi) itu sebagai orang-orang yang menerapkan standart ganda sebagaimana perkataan dan sangkaan akhi, namun beliau justru bersyukur.
Selanjutnya ana bertanya tentang diksi (pilihan kata) yang dipakai untuk judul. Di situ tertulis “rampas”. Coba akhi, kita buka kamus Bahasa Indonesia apa definisi merampas. Setahu ana ya akh, yang namanya merampas itu bermakna mengambil dengan cara paksa. Adapun setahu ana pula bahwa ketika ada ikhwan salafi yang menikah dengan akhwat tarbiyah tidak ada yang memaksa. Iya khan? Jadi sekedar saran jangan sampai kita justru menjadi fitnah bagi dakwah ini padahal ustadz-ustadz kita–insya Allah mereka lebih ‘alim dari pada kita–tidak bersikap demikian.
Akhi, ana mengajak diri ana pribadi dan antum sekalian mari menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang bermanfaat dengan terus belajar, beramal, dan berdakwah sebagaimana ilmu kita dan tidak lupa disertai sikap ikhlash. Jangan sampai amal kita sia-sia karena kita tidak ikhlash.
Kita bergembira dan bersyukur ketika manusia menerima seruan dakwah al-haq walaupun mereka tidak bersama kita, walaupun mereka tidak sezaman dengan kita, walapun mereka tidak berkumpul dengan kita.
allahu a’lam
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Menarik nih… 😳 Mengenai sebutan standar ganda, maksudnya adalah mengapa pada satu masalah bersikap A sementara di masalah lain bersikap B. Inilah keunikannya. Contohnya article ana ini https://ihwansalafy.wordpress.com/2008/01/21/keanehan-prinsip-standar-ganda-yang-diterapkan-para-pengaku-aku-pengikut-salaf/ Siapapun antum ana tahu antum itu berafiliasi kemana akhi [sok tau ya 😆 ] Insyaallah, nanti setelah perkembangannya bagus, ana akan belokkan misi blog ana, toh jelas kok kemana blog ana ini ditujukan. Kalaupun akhirnya mendiskreditkan yang lain, mungkin salafy yang baik dan IM sendiri, ya maap-maap aja. Membuat semua orang senang dan ikhlas kepada kita itu memang cuma harapan yang tidak akan pernah tercapai.
Sekarang kan sudah ada yang bijak dan ilmiyah seperti http://www.al-ikhwan.net dan http://www.perisaidakwah.com sementara yang ngaco kan belum ada. Terkadang orang perlu digebrak-gebrak dengan yang agak galak dan sindiran kasar kalau tidak bisa di sentuh dengan yang halus. Mudah-mudahan antum paham akhi.
Mengenai kata “RAMPAS”, ini hanya judul kok, supaya lebih menarik. Banyak kan cerita-cerita yang enggak seru terlihat heboh dengan judul yang spektakuler. Maksud ana begitu. Dan ternyata banyak juga yang kebakaran jenggot. Mengenai cerita antum tentang sikap ustadz di web DPW Jogja, masukan ke ane lagi tuh. Berarti cerita fiksi yang dilatarbelakangi fakta yang ana alami ada fakta lainnya lagi yang mendukung bahwa cerita fiksi ana ini benar adanya. Thank’s ya infonya.
Mengenai yang komplen isi blog ana, bukan cuma antum akhi, sahabat-sahabat liqa ana apalagi MR ana lebih-lebih komplen dari siapapun. Tapi dasar emang anenya yang dableg [afwan ya bang Ichan–panggilan MR ane] 😆 Mungkin mereka fikir kok isi blog ana bertolak belakang banget dengan karakter ane 🙄 Insyaallah, suatu saat ana akan rubah metode penyampaiannya. Anapun sadar dampak buruknya terutama terhadap diri ane. Mungkin apa yang ana lakukan tidak disenangi Allah [loch kok nyadar 🙄 ], tapi ana janji ana akan rubah cara penyampaiannya, suatu saat nanti setelah ana lihat perkembangan yang baik dari orang-orang yang cuma ngaku-aku pengikut manhaj salaf tapi kenyataannya berkarakter ekstrim dan cuma perusak saja.
BTW thank’s ya, syukran jazakallahu khair akhi…. Barakallahu fiik.
Jaisy01
Januari 23rd, 2008 pukul 09:56
kadang ada seseorang yang keras dalam penyampaian, tetapi bukan fitnah, kadang ada orang yang lembut penyampaiannya tetapi itu fitnah. Dan yang lebih baik adalah lembut penyampainnya dan bukan fitnah, dan keras dalam membuktikan sesuatu kebenaran itu diwajibkan.
Ketika antum sudah mengazamkan diri untuk menyebarkan dakwah, antum perlu tahu gaya dakwah antum. Dengan cara keraskah, atau dengan cara lembut. Tetapi semua yang disampaikan juga baik dan benar. Pokoknya tidak menfitnah. Karena setiap orang lebih tahu cara dakwahnya sendiri dari pada orang lain.
Seperti halnya di salafi pun seperti itu. Ada yang keras dan ada yang lembut (tetapi suangaattt… jarang) dalam penyampaiannya. Kalau ana setiap kali ngikutin liqo’ kajian mereka ana hanya menemukan kekerasan dalam bahasa dan kata. Untuk yang lembut masih belum 😀
Walaupun ana pernah disakiti oleh ikhwan “salafi” bukan berarti semua orang “salafi” musuh ana. Tidak, tetapi lebih2 mereka hanya batu sandungan dalam menguji iman dan kesabaran ana! Dan semoga kita semua juga seperti itu
Sesungguhnya keimanan itu hanya Allah yang mengetahui. Suatu kali ana pernah ditanya “manakah orang yang sombong itu, yang bercelana isbal tetapi tidak sombong atau yang tidak isbal tetapi merasa paling benar”
Jawaban hanya satu. Wallahu’alam hanya Allah yang mengetahui kesombongan pada diri manusia. Jadi biarkan Allah yang menghukumi masalah hati itu.
Dan hukum khitbah jelas! Ketika wanita sudah dikhitbah, tidaklah boleh seorang ikhwan manapun yang menancapkan tali khitbah kepada seorang akhawat tersebut. Sebelum khitbah tersebut benar-benar diputus atas musyawarah duabelah pihak. (walah kok jadi mengingatnya lagi 😦 hem)
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Masyaallah… semoga semuanya mendapat hikmah. Sabar ya…. 😳
Muh Ridwan
Januari 25th, 2008 pukul 13:07
Dan hukum khitbah jelas! Ketika wanita sudah dikhitbah, tidaklah boleh seorang ikhwan manapun yang menancapkan tali khitbah kepada seorang akhawat tersebut. Sebelum khitbah tersebut benar-benar diputus atas musyawarah duabelah pihak. (walah kok jadi mengingatnya lagi hem)
———————————————————————–
|
|
V
ada dalil yang bisa mendukung?
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Sepertinya ada orang salafy yang sangat gemar terhadap sub kajian manhaj di majlis ilmunya ni. Bukankah seharusnya sudah tahu? Kok malah nanya? Jangan-jangan kita termasuk apa yang ada dalam hadits ini :
“Akan keluar dari ummatku nanti kaum yang muda usia dan bodoh, mereka berkata dengan kata-kata kita, mereka membaca Al-Qur’an tidak melewati tenggorokan mereka dan mereka keluar dari Islam seperti panah dari busurnya.” (HR Muttafaq ‘alaih)
Sebaiknya kita bareng-bareng baca yang ini yuk https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/10/11/astaghfirullah-ternyata-kitalah-neo-khawarij/ Introspeksi bareng-bareng ya…. 🙄
Mengenai pertanyaan antum, mudah-mudahan ini bisa menjelaskan akhi:
Dari ‘Uqbah ibn ‘Amir menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Orang Mukmin adalah saudara bagi Mukmin lainnya. Oleh karena itu, seorang Mukmin tidak boleh membeli barang yang telah ditawar sebelumnya oleh saudaranya, dan tidak boleh pula meminang (seorang wanita) yang telah dipinang oleh saudaranya sampai ia membatalkan pinangannya.”
Dari Abû Hurayrah r.a. juga menuturkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh seorang pria melamar seorang wanita yang telah dilamar oleh saudaranya sampai ia menikahinya atau meninggalkannya.”
Janganlah seseorang itu meminang wanita pinangan saudaranya sehingga si peminang sebelum dia meninggalkan wanita tersebut atau diberi izin olehnya (HR Bukhari)
Semoga bisa dipahami. Barakallahu fiik.
Jaisy01
Januari 28th, 2008 pukul 17:33
hehehe, Alhamdulillah sudah dijawab 😀 .
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
“Maksud antum pertanyaan di atas ya?” 🙄 *pura-pura bingung sambil garuk-garuk kepala*
dirantingcemara
Februari 1st, 2008 pukul 17:47
Untuk Jaisy01, di/pada Januari 23rd, 2008 pada 9:56 am Dikatakan:
….
_____________
Riza berkomentar: subhanallah, komentar Anda menyejukkan saya. Syukran. 🙂
mmden_izhar
Februari 7th, 2008 pukul 21:20
assalamu’ailakum……
akh setelah baca artikel ini ana jadi inget teman yg qodarullah salafiyun juga ,dia tuh bilang ke ana mau cari akhwat dr (–sensor, karena dilarang membicarakan pemerintah, sekalipun dzalim apalagi kalau nggak dzalim 😆 — : adm) ,bahkan minta cariin ama ana, tp sampe sekarang belum ana utarakan ke teman akhwat maupun ke link lain yg ana kenal.
akhi menurut antum gimana ?
klo ana liat teman ana tuh ,dulunya EXTREEM juga tp sekarang agak fleksibel.bahkan dia berani makai jaket (–sensor lagi, maaf– : adm) juga(ga tau dpt dr mana) klo menurut pandangan ana sih ,dia masih tulen salahfiyun
allahu a’lam
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabakatuh,
Wallahi, sungguh tidak ada sedikitpun kebencian atau kedengkian dalam hati ana terhadap mereka. Justru saking cintanya, ana ingin membuat mereka lebih berhati-hati dalam bertindak dan bertingkah laku.
Mengenai jaket atau atribut apapun, ana adalah yang paling anti menggunakannya, kecuali kalau ada moment-moment tertentu, dan itupun atas pertimbangan yang cukup panjang, hitung maslahat dan mafsadatnya, buat ana pribadi maupun orang lain.
Mengenai pertanyaan antum tentang akhwat, sebaiknya antum tanya akhwatnya saja, beri informasi yang jelas. Insyaallah, kalau mereka berjodoh, antum juga ketiban rejeki ‘pahala’ atas pernikahan mereka. Apalagi ana bukan abi akhwatnya akhi, jadi ana nggak boleh melarang dong. Bila seandainya ana abinya, insyaAllah ana akan ijinkan. Yang penting dia benar-benar istiqamah terhadap sunnah dan bersikap hati-hati seraya penuh pertimbangan dalam menerapkan hajr, jarh, tahdzhir atau apapun bentuknya. Mereka juga saudara kita, dan ana berharap mereka benar-benar bisa menjadi saudara kita ya akhi.
Barrakallahu fiikum.
Abu Muhammad
Februari 11th, 2008 pukul 01:16
Assalamu”alaykum warahmatullahi Wabarakatuhu
Sebaiknya kita mengukiti pendahulu kita yang shalih dari ummat ini dengan berusaha mengambil ibrah dari sesuatu yang nyata. Apakah ini termasuk dusta? Saya kira semua tau kalau cerita ini tidak benar (hanya dusta belaka). Kami minta antum mendatangkan dalil contoh dari salafus shalih yang membuat2 atau mengarang2 cerita dusta dalam rangka da’wah atau berusaha mengambil “pelajaran” dengan cara2 cerpen seperti ini?
Jangan antum katakan ini adalah wasilah da’wah…
Kalau seandainya itu baik, maka pasti mereka(salafus shalih) telah mendahului kita dalam mengamalkannya…
Barakallahu fikum
__________
Ibn abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Sekali lagi, ana katakan dengan perlahan bahwa cerita ini adalah fiksi yang dilatar belakangi fakta. Mengenai dugaan bahwa ini salah satu wasilah dakwah, ana pun tidak pernah menganggapnya, ini hanya usaha penyadaran yang bisa ana lakukan, agar para thalibul ilmi berhati-hati dalam bersikap terhadap orang-orang di luar jamaahnya. Wafika barakallahu.
abu abdillah al-mubarok
Agustus 13th, 2011 pukul 06:58
kecewa, ana ikuti eh cerpen [ keta wa] nasihat untuk kita semua : klo ada saudara kita yg salah terlepas apa pun benderanya. maka di nasihati dengan cara yang ma’ruf.
Abu Muhammad
Februari 11th, 2008 pukul 01:38
Assalamu”alaykum warahmatullahi Wabarakatuhu
Sekedar ingin mengomentari tulisan al akh al fadhil, “Tapi kenapa mereka malah mencari akhwat tarbiyah yang jelas-jelas ahlul bid’ah menurut mereka. Ini yang ana nggak ngerti,”
ada beberapa hal yang ingin saya komentari dari sebuah kalimat di atas:
1. Siapakah yang antum maksud dengan “mereka”? sebenarnya saya sulit untuk memulai dari mana saya mengkritisinya? Sebab antum tidak menunjukkan rujukan yang jelas.
2. Siapakah yang antum maksud dengan “akhwat tarbiyah”? Apakah setiap akhwat yang ikut mentoring (liqaat) disebut masuk dalam kategori yang antum sebutkan?
3. Siapakah yang antum maksud dengan ‘ahlul bid’ah’? Apakah antum penrnah mengetahui pembahasan tentang bid’ah? apakah setiap orang yang yang melakukan bid’ah layak disebut ahlul bid’ah? Apakah seseorang yang yang memang benar2 ahlul bid’ah langsung disebutkan di depan umum bahwa mereka ahlul bid’ah?
atau cuplikan di atas hanya sesuatu yang tidak berfaidah ?
Menurut ana yang lemah ini, hendaknya kita lebih banyak menyibukkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat seperti thalibul ilm daripada sibuk dengan berita yang seperti ini. Jikalau kita duduk di majelis ilmu, niscaya kita akan tau, bahwa tidak ada satu ustadz apalagi ulama yang mengatakan secara umum bahwa akhwat tarbiyah adalah ahlul bid’ah.
Antum boleh tanya dari satu ustadz ke ustadz yang lain, dari satu tempat kajian ke tempat kajian, dari satu kota ke kota yang lain, dari daerah ke daerah yang lain. Selama dia adalah ustadz salafy ahlus sunnah, saya menjamin bahwa TIDAK ADA SATUPUN DARI MEREKA mengatakan SECARA UMUM BAHWA AKHWAT TARBIYAH ADALAH AHLUL BID’AH. Lantas kalau antum tidak mendapatkannya, lantas darimana antum mengambil kesimpulan bahwa salafiyyun mengatkan seperti ucapan antum dalam cerpen di atas?
Tolong juga kita memperhatikan adab2 cara2 dalam mengambil berita? Berkata ulama kita ” kalu lah bukan karena sanad, maka seseorang bisa berkata demikian dan demikan (seenaknya).
Jazakumullah……
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Kalau ustadz yang mungkin paham bagaimana maslahat dan mafsadat dalam memperlakukan ahlul bid’ah mungkin saja tidak ada tapi kalau Ustadz atau Aktivis Baru Ghirahnya yang salah persepsi pasti banyak. Dan article ini adalah salah satu buah yang timbul dari asatidz dan du’atnya yang tidak bisa mengantisipasinya. Siapa yang berani menanam ketidakhati-hatian maka harus berani memanen dampak buruknya. Sementara petani yang jujur, dia akan bertanggung jawab melakukan ishlah atas kesalahan metode tanamnya dahulu. Barakallahu fiik.
ibnumunir
Februari 11th, 2008 pukul 13:10
“Iya, kalau Abu Zainuddin mah nggak usah diomongin. Beliau itu udah the bestnya salafy dech, beda banget. Tapi, kenapa sich, mereka mau menikahi akhwat tarbiyah? Memangnya mereka nggak punya stock akhwat apa? Kalau mereka benci manhajnya, seharusnya mereka benci akhwatnya juga dong!”, teriakku lagi sambil nahan marah.
…
Kepada Pemilik Blog:
Ini lah buktinya salafiyyun bukanlah takfiry. Salafiyyun tidak mengharamkan apa yang dihalalkan dan tidak mengahalalkan apa yang diharamkan.
Sungguh aku bertanya: Siapakah pembunuh Gamal Abdul Nasher??
Adakah kalian mengenal Ustadz Rasul Dahry ? Dia adalah mantan Ikhwanul Muslimin yang ikut secara rahasia merencanakan pembunuhan terhadap para petinggi/pemimpin di Asia Tenggara :Malaysia.
Menurutku disini juga ditemukan bukti IKhwanul Muslimin sendiri memiliki”kawan” yang berfaham takfiry.
Dan anehnya IkhwanuL mUSLIMIN di negeri kita ini dan diseluruh dunia membaurkan diri ke sejumlah golongan/ komunitas.
Saya amat heran melihat tulisan2 dalam web ini yang mana menyatakan diri telah berdiri “diatas hujjah dalil dan akal realitas” namun TANPA RASA TAQWA KEPada Alloh telah mencaci Syaikhul Islam.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
😳 Subhanallah…. 🙄
ibnumunir
Februari 11th, 2008 pukul 13:14
Saya sedikit bingung melihat anda /Pemiliki Blog ini .
Anda ambil artikel manapun tanpa meneliti dengan baik.
Anda ambil tulisan2 NU yang anda sendiri tahu kondisi mereka.
Anda sendiri tahu pimpinannya bagaimana ??Namun anda “merelakan” tulisan2 yang menyudutkan salafiyyun Ahlusunnah ditampilkan.
Adakah anda tidak takut kepada Alloh??
Saya katakan; Dimanakah milis anda yang tidak bercampur baur antara ikhwan dan akhwat??
Adapun salafiyyun Alhamdulillah amat gigih memegang tali agama ini- dan sama sekali tdk sesuai dengan pernyataan anda.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, antum terlalu terburu-buru menilai orang lain. Ana hanya menyudutkan yang ekstrim saja agar semakin jelas mana yang salaf murni dan haddadiyah. Barakallahu fiik.
ibnumunir
Februari 11th, 2008 pukul 13:18
Silakan anda buka web salafiyyun yang terbaru :
http://www.al-ilmu.com beserta link nya.
Anda tidak akan dapatkan satupun gambar makhluk di dalamnya. Anda tidak akan melihat gambar seorang wanitapun di dalamnya.
Alhamdulillah anda periksa juga website khUSUS AKHWAT
http://www.akhwat.web.id yang mana milisnya adalah khusus bagi akhwat.
Sungguh saya amat bangga dengan salafiyyun..mungkin mereka tidak mengenaliku namun keteguhan mereka amat mengagumkanku.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, sebaiknya memang tidak kenal akhi, karena hati itu mudah rapuh bila mendapat pujian atau perhatian, apalagi akhwat 😳
ibnumunir
Februari 11th, 2008 pukul 13:24
Bagaimana dengan situs NU,situs IKhwanul Muslimin, para hizbiyyin serta para pendukung mereka yang tidak diberikan Taufiq dari Alloh untuk mencintai sunnah dan menjauhi Bid’ah??
Dulu saya ikutan milis myquran..saya sering menjumpai isi milis yang mana tampak para anggotanya “sembarangan”
Isi milis nya pun terkadang memuat gambar wanita .
Padahal kita mengakui bahwa hati kita tidak ada yang selamat melainkan dengan rahmatNYa.
Maka saya katakan :Dimanakah keindahan hidup yang nyata selain dalam pangkuan “MANHAJ SALAF”???
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Barakallahu fiikum.
ibnumunir
Februari 11th, 2008 pukul 13:26
Anda menyatakan di depan :Saya banyak mengambil manfaat dari mereka (salafiyyun)>
Anda mengakuinya namun mengapa anda tidak malu mencaci Syaikhul Islam??
Anda tidak tahu balas jasa kalo begitu>>
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Kasihan sekali antum akhi….
ibnumunir
Februari 11th, 2008 pukul 13:30
Saya tanyakan pada Anda adakah anda mengetahui seorang alim salafy yang melabeli pentolan IM,Jama’ah Tabligh atau kelompok2 hizbi lain dengan gelar “LA’NATULLOHI ‘ALAIHI” ??
adakah?? Mana ??
Anda juga harus tahu bahwa Syaikhul Islam adalah gurunya Ibnu Qayyim. Dan Muhammad Al-Ghazali memperoleh gelar DR. nya dengan disertasi “Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim”.
Bagaimana kira2 posisi anda ??
Saya lihat anda kurang berakal mencantumkan artikel sekeji itu.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ya akhi, tunjukanlah bukti kalau ana menyandangkan gelar “La’natullahi ‘Alaihi”, antum baru baca sebagian blog ana, dan langsung menuduh, apakah seperti itu tabiat dari sebagian antum akhi? Lihatlah article ana yang ini akhi https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/10/27/pandanganku-terhadap-kesesatan-ibnu-taimiyah/ blog ana justru berusaha mengungkap orang-orang yang suka menghujat ulama baik dari luar salafy maupun dari salafy sendiri. Barakallahu fiik.
achmadans
Maret 23rd, 2008 pukul 11:32
Setiap kali menyimak debat antara salafiyyun dan selainnya, selalu kurasakan jelas dan kuatnya hujjah/dalil para salafiyyun. Akibatnya, mereka memang terkesan gigih, tegas (bagi lawan debat bisa bermakna keras, kaku). Bahkan dalam masalah-masalah yang “lembut” masih juga sangat terasa ketegasannya.
Setiap kali menyimak debat antara salafiyyun dan selainnya (bermacam-macam), sering kurasakan “kepiwaian” nonsalafiyyun mengolah kata (maaf, saya tidak berani mengatakan “mengolah dalil”). Akibatnya, mereka kadang begitu gigih dan tegas, kadang terkesan muter-muter, dan kesimpulannya jadi rumit (setidaknya bagi saya).
Itu kesimpulan saya saat ini. Saya baru mulai belajar memantapkan Islam ke dalam diri. Saya sangat berharap berada di golongan yang benar. Semoga Allah menolong saya dan dan menolong Bapak-bapak/saudara-saudara yang berdebat untuk menetapi kebenaran.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Kalau antum meyakini bahwa itu adalah kebenaran yang mutlak maka tetapilah ia. Sesungguhnya berbeda antara orang yang taklid dan orang yang mau berfikir.
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 006:117)
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. 003:008)
Semoga antum terlindungi dari fitnah kerancuan para ekstrim haddadiyah. Barakallahu fiikum.
Abu Nabilah al-ampahi asy-salafy
April 15th, 2008 pukul 06:24
Assalammu’alaikum,
Ya akhi sungguh cerpen ini bagus, tetapi sesungguhnya Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Perbedaan manhaj (jalan) tidak akan mempengaruhi takdir Allah tentang pernikahan. Semoga Islam Jaya Sampai Akhir Zaman
Ikhwan sejati
April 16th, 2008 pukul 10:12
Emang Salafy-un…… (—sensor—)…….
kita2 yang pada tarbiyah di bilang Murtad… fiii naarr………..
eh… gak taunya pada ngincar akhwat tarbiyah……
Rima
April 28th, 2011 pukul 10:32
Hati-hati para ikhwan jangan terpancing dengan perkataan di atas. Siapapun dan dari golongan manapun bisa tulis komentar di sini.
Kupert
April 19th, 2008 pukul 20:34
Dari Abdullah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Bani Isra-il telah berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan. Mereka semua di neraka kecuali satu golongan”. Para shahabat bertanya: Siapakah golongan (yang selamat) itu, Wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Apa yang aku dan para shahabatku ada di atasnya”.
ibnu taimiyah
April 20th, 2008 pukul 20:33
ana katakan dengan sesungguhnya bahwa blog ini merupakan contoh dari orang2 yang mengaku salafy..pake nama “ihwansalafy” lgi tpi…tulisan2 artikel2nya sok nyalaf dari salafy……(hizbiyyun berkedok salafiyyun)
wahai saudaraku salafiyyun….inilah contoh nyata blog dari seorang “sururiyyah”.
barokallahu fiik..
abu hasan
April 27th, 2008 pukul 09:21
waah.. ceritanya seru jg, ana alumni LIPIA 2005, ust.azrinya tahun brp ya…?
tapi akhi,, tdk semua ikhwah di LIPIA cpat2 nikahnya, ada jg beberapa ikhwah yg selesai kuliah br nikah, namanya jodoh..
ane sih nikahnya semester 6…
habib
Mei 1st, 2008 pukul 07:45
assalamu’alaikum.
kalo aku, nikah umur 26 trus sekarang anakku 6…istri baru 1, umur sekarang 37 tahun, itung-itung….11 tahun dapet 6, jadi tiap tahun punya anak berapa yach…..alhamdulillah….
kalo soal kuliah, gak pernah sich….. cuma lulus smp tahun 85 dulu, trus kerja aja…. otak udang kali yach ….alhamdulillah…. udang juga dikasih rejeki ama Allah….nggak pernah kelaparan, apalagi kita-kita ya….jadi ngapain takut nikah…???
habib
Mei 1st, 2008 pukul 07:56
ee’eh salah ngeklik jadinya terpotong……he..he…he…
soal salafiy ato tarbiyah ni…..sithik ae yo….
kenapa juga si…kok pada sibuk soal nama dan kelompok, juga manhaj….ato madzhab sekalian…… entek umur gak rampung-rampung yo….. gini aja gimana kalo kita-kita ngeliat diri sendiri aja dulu, udah cocok dengan nabi pa lum? udah cocok berapa persen kita? trus emangnya kita ada sisa waktu apa kok sempet-sempetnya saling serang antara muslimin. wong mo ngikuti nabi aja nggak bakalan cukup waktu kita ini…..
corry…omongya kakehan……
martha004
Mei 7th, 2008 pukul 10:06
Perbaiki Niat.. untuk apa si kita nikah? bila niat sudah betul perbaiki planning nya, kalo ane sindiri ga usah tunggu punya rumah.. kita butuh generasi penerus yang kuat.. islamnya.
Yang terpenting jangan anggap nikah itu tambah beban dan tambah masalah..
Nikah salah satu kunci rijki. jadi siapa takut
Jaisy01
Mei 7th, 2008 pukul 16:28
Ehm, Ada yang ngingetin tuh! 😀
“Ibn Abd Muis, menjawab :
Hihihi.. jadi malu nih…. soalnya ana masih menjomblo. Insyaallah, akhir tahun ini planingnya dan semoga rencana ana diridhai-Nya. Do’ain ya… Barakallahu fiikum.”
Hehehe, planning kok terus 😀
Abu Umar Rengga
Mei 9th, 2008 pukul 22:59
pesen akhwat tarbiyah satu ya, biar ana konversi ke salafy 😛
ELF
Mei 10th, 2008 pukul 16:33
mas2 ana jualan LPG 3kg nih konversi minyak tanah
ELF
Mei 10th, 2008 pukul 16:38
yooo maklum aja, klo mungkin akhwat tarbiyyah lebih milih ikhwan salafy,bukan karena ikhwan tarbiyah terlalu idealis atau terlalu sibuk tapi mungkin kualitas ikhwa salafy memang lebih baik,Gitooo………
Abu Umar Rengga
Mei 10th, 2008 pukul 16:56
whehehe …. ternyata bisa ngelucu juga :))
Sebenernya, diantara kami klo ada ikhwan salafy yg menikah dg akhwat yg berbeda manhaj, itu dianggap sbg perilaku yg “deviant” (menyimpang)…
Klo antum tanya ke ustadz, apakah sebaiknya menikah dg akhwat salafiyyah atw akhwat “lain”? walaupun dg niatan utk mendidiknya mjd akhwat salafiyyah, ustadz dg serta merta akan menjawab bahwa hendaknya ikhwan salafy menikahi akhwat salafiyyah, insya Allah ini ana pernah dengar langsung dari ustadz ana …
Tapi toh klo ada kejadian spt itu, ikhwan salafy menikahi akhwat IM, atau sebaliknya, ana rasa itu manusiawi sekali, toh jodoh itu urusan ghaib Allah, klo Allah dah takdirkan jodohnya dg akhwat IM, ya sudah, mau diapakan … ?
Sebenernya klo temen2 si ikhwan gak mw datang, pasti ada alasan tertentu, ana rasa alasannya adalah krn pernikahan itu tidak Islami, atau tidak sebagaimana idealnya pernikahan menurut salafy, ikhwan salafy itu kan strict bgt klo urusan syariat, gak spt org laen yg al-pramuki spt yg antum sebutkan, tapi klo pernikahannya Islami dan mengundang orang2 umum atwpun berbeda manhaj, ana rasa mereka akan ikut membantu pernikahan temennya itu, ana punya pengalaman sendiri ttg ini, ikhwan yg menikah scr Islami (semua temennya datang), dan ikhwan yg menikah dg adat jawa (hanya ana yg datang). … hehe …
Abu 'Umar
Mei 13th, 2008 pukul 18:51
Klo akhwat tarbiyyah dianggap tidak idealis sehingga dia menikahi orang yg diluar manhaj mereka,
ana rasa antum memaksakan konsep ideal menurut antum pada akhwat2 antum sendiri,
sedangkan tingkatan2 ideal itu sendiri ana tidak pernah temui dalam ajaran Islam, kecuali dari ajaran tarbiyah sendiri, apa ya namanya… ? muwashshaffat atau apa gitu, antum yg lebih tau … bukankah itu termasuk menggolong2kan keimanan ikhwah tarbiyah??? duh, seperti sufi aja, ada tingkatan syariat, haqiqat, ma’rifat …
Klo yg cari2 ikhwan salafy itu akhwat tarbiyah yg kurang istiqamah, hmm …. apa iya ya, apa temen ana yg jabatannya selangit itu masih kurang istiqamah tarbiyahnya, ana jadi berpikir ketika membaca tulisan antum, ya udah deh, klo ada waktu ana akan tunjukin artikel antum ini dan memintanya utk kasih komentar …
Klo ana datang ke acara temen ana yg menikah dg adat jawa, itu karena ana punya pandangan sendiri ttg itu, walaupun ana dianggap “aneh” oleh temen2 ana sendiri, pada kenyataannya, ana menemuinya di luar rumahnya, hanya duduk2 sebentar, menghadiahi dia kitab ttg rumah tangga, setelah itu ana pulang … dan ikhwan temen ana ini paham kenapa ana begitu … hiks2… jgn buru2 berstatemen… OK …
Itu terserah antum mau menghapus alamat blog ana or gak, nggak masalah, ana rasa itu balasan yg adil, ttg temen2 ana yg biasa nggak meng-approve komen antum, Allahu a’lam, toh ana gak seperti mereka …
Abu Umar Rengga
Mei 14th, 2008 pukul 17:05
Wah, rasanya menyenangkan sekali diskusi dengan antum, apalagi antum sepertinya orang2 yg punya sisi logis, rasional, dan filosofis, tapi Islami … whahahaha …. ana sangat bersemangat …
Mungkin laen waktu sepertinya antum perlu ana kenalkan pada diri ana yg laen, Rengga si (calon) sosiolog, yg banyak bergelut dan tenggelam oleh olah pemikiran serta rasionalitas, tapi anehnya dia ini tetep jadi salafy… kok bisa yah .. ??? 😀 … sampai saat ini si Rengga memakai paradigma Post-Modern, yang banyak terpengaruh oleh pemikirannya Jacques Derrida, Jacques Lakan, Antonio Gramsci, dan tentu saja Neo-Marxisnya Jurgen Habermas …
Yah, sekarang dia lagi sibuk tugas kuliahnya nih, lain waktu insya Allah ana suruh dia komen di tulisan2 antum, klo dia berbuat sesuatu yg tidak mengenakkan, silahkan laporkan aja pada Abu Umar … hhehehe… :)) … sampe saat ini dia masih nurut ma Abu Umar ….
Bingung yah… ah nggak kan … ana yakin antum paham tulisan ana diatas … kan antum orangnya hidup diantara hujjah dalil, akal, dan realitas …
I’m burned ……. !!! =)) 😉
ordinarymuslimah
Mei 21st, 2008 pukul 17:55
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah ana mendapatkan secercah manfaat dari blog antum ini. Semoga antum medapat balasan kebaikan dunia dan akhirat dari Allah.
Tulisan ini memang berdasarkan realitas yg terjadi dan ana menjumpainya, masih sepupu jauh. Sepupu ana seorang ikhwan ‘salafy’ menikahi seorang akhwat ‘tarbiyah’ (hmm, walaupun sebetulnya ana krg setuju kalo umat muslim dikotak2kan) yg potensinya subhanallah banget . Tapi ya itu tadi, setelah menikah akhwat tsb gak aktif lagi. Kesannya menghilang gitu. Mau nanya ikhwan (sepupu ana tsb) ttg alasan tdk dibolehkannya beraktivitas di luar rumah tp ana sungkan. Yach ana memang sudah seharusnya berkhusnudzon aja atas keputusan mereka 🙂 dan tetap menjaga silaturrahim.
Tapi kalau boleh ana memberi saran, alangkah baiknya jika ikhwan2 tarbiyah yang sudah mampu segeralah menikah. Banyak akhwat yg sudah siap menikah sementara ikhwannya… (*tanda tanya*). Jumlah form ikhwan dan form akhwat yg dikumpulkan, satu banding berapaaaa gituuu…. he hehe. Ada sahabat yang pernah ngasi tau,”ketakutan seorang wanita adalah tidak menikah alias perawan tua, sedangkan ketakutan seorang laki2 adalah jika tidak mendapatkan pekerjaan”. Wallahua’lam. Oia, jika ada yg suka membaca e-book2 islami silakan kunjungi perpustakaan digital ana di: http://www.scribd.com/people/view/607812
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
abuhumaid
Mei 22nd, 2008 pukul 20:43
Bener-bener Blog Goblog…
hilda alexander
Mei 23rd, 2008 pukul 14:27
hmmm lagi-lagi perempuan yang dijadikan obyek tulisan…..
Dan perempuan selalu berada dalam posisi “dipilih”, “dilamar”, “dikhitbah” dan posisi-posisi lain yang sengaja dikondisikan pasif.
Memangnya keliru ya kalau perempuan bertindak sebaliknya, aktif “melamar”, “memilih’ dan “mengkhitbah” laki-laki?
Saya ingin tahu pendapat dirimu mengenai ini….
hilda alexander
Mei 23rd, 2008 pukul 16:18
yang saya tanyakan, apakah keliru kalau perempuan melamar laki-laki?
habib
Mei 23rd, 2008 pukul 22:26
soal perempuan melamar laki-laki? saya pernah ngalamin kok, coba liat di sini tapi memang sih di kalangan sahabat dulu, para ortu yang mencarikan jodoh untuk anak gadisnya….
hilda alexander
Mei 25th, 2008 pukul 19:17
hmmmm…. ya sebenarnya wondering aja, kenapa kok yang terjadi itu lelaki yang melamar perempuan, kenapa gak bisa sebaliknya sih? Mengenai pandangan masyarakat? memang ada ya yang tidak setuju dengan ‘perempuan juga bisa melamar laki-laki’?
kalo saya sih, setuju-setuju saja. Perkara diterima atau ditolak, itu urusan nanti….. *halah….. *
hilda alexander
Mei 26th, 2008 pukul 10:19
bokap maxud lo? 🙂
habib
Mei 27th, 2008 pukul 08:31
eh……….coba liat…..
kayaknya tema bubrah eh berubah ni, tadinya yg di judul itu, sekarang jadi perempuan nglamar laki2.
trus…
kayaknya juga mas Ibn dan mbak Hilda jadi tambah akrab ya….
siapin panitia aja…..
hilda alexander
Mei 27th, 2008 pukul 18:53
@habib
hmmmm….
Pak Ibnu seh emang dari awal saya berkunjung ke blognya selalu menyambut dengan hangat 🙂 dan akrab 🙂
hilda alexander
Mei 27th, 2008 pukul 18:54
kenapa bisa hangat dan akrab? menurut beliau seh, kami punya kesamaan 🙂
*halah….. kabuuuuuuuuuuur sebelum ditimpuk*
hilda alexander
Mei 27th, 2008 pukul 18:56
hatrixxx neh….
bisa dilihat tanggapan beliau atas komentar-komentar saya di tulisan-tulisan lama… yang sayangnya telah beliau edit secara sepihak xixixixixi…..
*terbirit-birit dan tunggang langgang setelah berguling2 ….*
hilda alexander
Mei 27th, 2008 pukul 19:45
hehehe
tenang aja Pak… saya cuma becanda kok…. eh tapi beneran juga gak dilarang kan?
*xixixixixi….. ditimpuk pake mahar…. halah mimpi kali yeee*
*maap Pak, becanda kok, swear deh*
bams
Mei 27th, 2008 pukul 21:09
afwan, ana pengen ngasih tanggapan ttg masalah ini..
kenapa akhwat tarbiyah lebih memilih ikhwan salafi dari pada ikhwan tarbiyah. itu dikarenakan mereka mengetahui sosok ikhwan tarbiyah itu seperti apa. dan jelas hal itu membuktikan bahwa ikhwan salafi itu lebih baik dari ikhwan tarbiyah. bukannya ikhwan tarbiyah yg sok perfeksionis, tapi emang gitu kenyataannya bahwa ikhwan tarbiyah itu jauh banget jika dibandingkan dg ikhwan salafi yg dalam ilmunya.
hal ini dapat antum lakukan survey kepada akhwat2 tarbiyah. bila perlu antum kasih kuisioner kepada akhwat2 tarbiyah, mana yg mereka pilih sebagai pendamping hidup ikhwan tarbiyah kah ato ikhwan salafi kah…????
coba yah, udah gitu kasih tahu kita2….hiiiihhhiiiii….
klo untuk masalah wanita melamar pria, hal itu diperbolehkan. apalagi wanita itu melamar laki2 yg sholeh. hal ini bukanlah sebuah celaan bagi wanita yg menyerahkan dirinya untuk dinikahi oleh laki2 yg sholeh, bahkan ini merupakan kemuliaan bagi wanita tersebut. hal ini seperti khadijah yg melamar rosulullah SAW dan seperti ada seorang sahabiyah yg melamar rosulullah SAW..
habib
Mei 30th, 2008 pukul 08:31
Waduh kok saya terus yang mampir. Gantian dong. Untuk mbak Hilda yang ketimpuk pake mahar, tolooooog mampir ke sini
Kalo bicara jodoh. Jodoh ni ye…….
Itu kan termasuk perkara Allah. Kita nggak tahu kan siapa jodoh kita. Soal siapa lebih baik dari siapa, kita lihat saja atsarnya. Apakah dia menjalani dien ini dengan benar? Lurus? Kita diganjar karena amalan kita. Pun kita di adzab karena dosa kita. Jadi ya… kita lihat diri kita sendiri saja lah. Tak usah merasa lebih baik dari yang lainnya. Tuuba li man sagholathu ‘aibuhu min ‘uyuubin naasi. Ya kan.
Main yuk ke sini
Orang itu kadang membatasi kebaikannya sendiri karena tak melihat kebaikan orang lain. Jadi dia merasa dirinya paling baik.
(Pamit…….lari kuenceng……nabrak trus guling-guling, nekat tangi maneh trus lari lagi…tambah kuenceng…ikut-ikutan gaya mas ibn)
Deka
Juni 12th, 2008 pukul 19:39
assalamu’alaikum akh ibn abd muis ,ana sangat senang adanya blog ini ,ana jadi terbuka fikiran untuk masalah ini ,karena masalah ini yang sedang ana hadapi untuk memberi keputusan atas permintaan ta’aruf dari ikhwan salafy , masalahnya ana khawatir beliau tidak izin ana tetap dalm haroki ini n ntar ana gak bisa berkegiatan dakwah seperti biasa ,sementara ikhwan dari jamaah kita lebih sering memilih akhwat yang tidak aktif dalam kegiatan dakwah,hanya aktif liqo aja ,tapi ana berusaha tetap tsiqoh dlm dakwah ini,ada solusi akh utk ana akh?
rq
Juni 15th, 2008 pukul 21:42
ternyata antum tidak paham dengan qur’an dan sunnah….TIDAK PERNAH ALLAH DAN RASUL MENYURUH KITA UNTUK MENIKAHI AKHWAT HARAKI, ATO AKHWAT HT, ATO YANG SE-FIKROH..!!!!!
Yang ada…menikahi wanita muslimah..dan empat syarat yang termaktub dlm hadst yg sohih, kalo ana boleh nanya : Berapa lama waktu yg antm hbskan untk membuat slog slog yang kesemuanya tdk berpijak atas dasar ilmu ini?, antm bilang : AL ‘ILMU QOBLA AL QOULI WAL ‘AMALI……akhi….. tlong kedepankan satu kaidah yang sangat berharga ini : pda dasarnya seseorang didalam meyakini satu pokok permasalahan agama yang mana manhaj adlah bagian dari agma, adalah ISTADALLA WA’TAQODA. adakah antum berpodoman pada qoidah diatas.????
rijaluna
Juni 17th, 2008 pukul 14:29
Assalamu’alaykum.
Cuma maw bilang:
“Biarkanlah cinta mengalir bila memang ada.”
Dalam hal ini cinta kepada manhaj salaf.
rijaluna
Juni 17th, 2008 pukul 14:32
Tenang aja akhi, hilangnya beberapa gelintir akhwat belum tentu mempengaruhi jumlah perolehan suara pas Pemilu nanti koq.
sunniy
Juni 18th, 2008 pukul 09:41
Maksudnya mas Rijal adalah hilangnya beberapa akhwat tarbiyah membuat sebagian ikhwan Tarbiyah bertanya-tanya ? hingga ahirnya para ikhwan ini menghadiri majelis Salafiyyin juga dan ….. semakin mempengaruhi jumlah perolehan suara pas Pemilu nanti, gak ya ?
Abu Harun | Sunniy Salafy
Juni 18th, 2008 pukul 18:28
Bismillah,
Tadi pagi saya bikin Ebook ttg pernikahan. Alhamdulillah sore ini dah mateng. Baru aja diangkat dari oven. Sekarang masih panas sih, tapi insya Allah dah bisa dicicpin. mas Ibnu Abdul Muis kan dah zawaj dan punya dua anak. Ini untuk yg belum zawaj aja dan setelah baca ebook ini ndak ada alasan lagi untuk menunda pernikahan. Ayo main ke blog Sunniy Salafy dan ambil ebooknya. Semoga bermanfaat
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ana sudah zawas dan punya anak dua?? 🙄 🙄 Kalau githu bukan buat ana dunk?? 😳 Monggo, silakan bagi yang mau download merujuk ke link yang dimaksud. 😆
Bunga
Juni 19th, 2008 pukul 12:46
Assalamu’alaikum wr.wb..
Wah…wah…wah… Ramai benar ya akhi blognya…. Sebelumnya ana ga pernah berfikir seperti itu “klo ternyata akhwat tarbiyah bnyk yang nyarter dari salafy” sampai akhwat kakak kelas ana dan teman seliqo-an ana digempur via sms, telp, artikel-artikel.. sempet bingung juga sih, memang diperbolehkan sampai datang ke kostan…
Alhamdulillah…. hingga kini kedua akhwat tersebut masih beristiqomah
abu hamzah
Juni 23rd, 2008 pukul 19:19
knapa akhwat harokah mengejar ikhwan salafy???,, tentunya karena ikhwan harokah kurang tamassuk bissunnah,, penampilannya ga ada bedanya dgn orang awwam..Harusnya ini jadi bahan introspeksi diri bagi kaum harokah
Bunga
Juni 24th, 2008 pukul 22:59
Af1, kemaren sedikit Error …Begini ana jelaskan..
Klo boleh ana bercerita agar diambil ibrahnya….
Kasus pertama: Beberapa bulan belakangan, teman seliqo ana sering dihubungi ikhwan salaf (yang kami kenal di kampus) lewat berbagai media termasuk: sms, telp, artikel, mp3,bahkan didatangi sampai ke kostannya (kostan khusus akhwat tentunya). Saking gencarnya hingga tidak hanyasekali atupun dua kali teman liqo ana tersebut dihubungi. (Pertanyaan pertama yang terfikir: Apakah ahsan bila seorang ikhwan sangat sering menghubungi akhwat, padahal ga ada urusan yang urgent sekali, sampai datang ke kostannya lagi), waduh….
Kasus kedua: Ternyata akhwat kakak tingkat anapun mengalami hal yang sama setahun kemarin sebelum beliau lulus.
Jadi, sebenernya siapa yang mengejar siapa???? (Bingung berkali-kali…, bertambah-tambah)
“Sebagai akhwat haroqi ana kasih masukan, Jangan geEr (bagi siapapun yang “merasa” dikejar akhwat)” Kembali (klo boleh ana luruskan), kami berharokah untuk dakwah, ilallah, bukan untuk mengejar ikhwan (sorry ya), ikhlaskah jika perjuangan yang selama ini kami lakukan jika hanya untuk itu? Kami yakin Allah telah siapkan seseorang yang terbaik. Masih banyak urusan umat yang perlu difikirkan dan dituntaskan daripada sekedar mengejar-ngejar ikhwan.
Bunga
Juni 24th, 2008 pukul 23:11
Adalah suatu kebahagiaan jika saudari kami teringatkan dan kembali meniti jalan illahi.
Adalah suatu kebahagiaan jika perjuangan dakwah yang kami lakukan menghasilkan perubahan berarti bagi keluarga, rekan, masyarakat disekitar kami, juga negri ini.
Adalah suatu kebahagiaan jika di jalan ini kami bisa berkontribusi membangun umat.
Walau yang kami rancang hanya sebatas mengadakan seminar,tablig akbar, ta’lim-ta’lim rutin di masjid kampung, baksos-baksos kecil, mengajar anak-anak mengaji, membina remaja masjid. Namun, semoga dengan yang sedikit itu ada manfaat diri yang mampu dipetik.
Karena kami yakin, ” Kebangkitan Islam akan qta jelang tak berapa lama lagi.” Semoga Allah azzamkan dalam diri setiap muslim untuk beristiqomah di jalanNya dan senantiasa berniaga hanya kepadaNya. Wallahualam…
Bunga
Juni 25th, 2008 pukul 15:36
Afwan, satu hal lagi…. untuk Abu Hamzah. Hanya 1 pertanyaan : Apakah nilai seseorang dilihat hanya dari penampilannya saja? Sesungguhnya Allah lebih mengetahui….
Rima
April 28th, 2011 pukul 10:54
Salah satunya begitu. Akan lebih sempurna kalau penampilan dan hatinya ikut sunnah. Bahkan sebenarnya lebih gampang ngikutin sunnah dari sisi penampilan dari pd hati, tapi banyak yg mengabaikan masalah ini. Ana khawatir pendapat ukhti ini menyerupai pendapat JIL yg sering mengatakan seperti yg ukhti katakan terkait masalah hijab.
KAng Herry Sang Eks Pentolan BEM RMS UNY
Juni 30th, 2008 pukul 09:29
Assalamualaikum wr.wb.
Pemahaman manhaj idealnya menjadi dasar pada pembentukan nilai-nilai kekuatan fikrah dan pengamalan amal ijtima’i. Namun terkadang dalam konteks “jodoh”, tidak setiap akhwat tarbiyah mampu untuk membawa nilai-nilai tersebut menjadi karakter diri ketika ia menjadi bagian dari jamaah ini. Banyak faktor-faktor yang bersifat emosional-melankolik yang terkadang sulit dipahami secara rasional karena memang keterbatasan dari akhwat bersangkutan di tambah atas ketidakmampuannya memberikan argumentasi penolakan dengan hujjah yang jelas atas “kekuatan”perjodohan itu. Biasanya alasan klisennya, karena ikhwannya banyak yang belum siap menikah karena belum punya mai’syah, karena maharnya terlalu mahal, karena orangtua, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan sang akhwat secara “terpaksa” mengambil pilihan untuk masuk pada “zona nyaman” (menikah dengan ikhwan jamaah lain)sehingga harus mengabaikan nilai-nilai /manhaj yang ia pahami di jamaah selama ini. Dengan alasan sementara mencegah munculnya friksi dalam internal keluarga yang memang sejak awal menginginkan sang akhwat cepat menikah dan segera memiliki momongan. Sehingga ini permasalahan bukan bersumber karena alasan manhaj semata….,namun juga ada faktor lain yang bergitu multiaspek yang ironisnya terkadang ikhwan menilai secara sepihak, tanpa ada tabayun, terlalu angkuh dan cepat menjustifikasi tanpa melihat konteks permaslaahannya secara jernih dan bijaksana.
Jaisy01
Juli 12th, 2008 pukul 20:05
Yah, jodoh ada di tangan Allah. Tetapi jika kita tidak berusaha meraihnya, apakah Allah akan menjulurkannya kepada kita? 😀
(btw, busway, aniway, spilway. Undangan walimahan kok belum datang2 yah di email ana? Perasaan ada yang janji deh tahun ini!) 😀
kopitawar
Juli 14th, 2008 pukul 13:36
@bunga
waaah..akhowaat tarbiyah juga jngan geer x ya..hihihi…
@Ibn Abd Muis, bunga dan smuanya
sesungguhnya masalah hati (tertarik dg si fulan atau fulanah) masalah mereka.
ada yg melihat dr aqidah, ilmu, akhlak, penampilan, wajah, beranekaragam… itu manusiawi.
dan janganlah men-generalisasikan,
mungkin kalian hanya membuat kesimpulan dengan fakta 10 perkara dari 1000 perkara yg ada..
maaf…maaf sekali..bukan saya ingin mengatakan kalian pendusta, sekedar mengingatkan pentingnya ini
“Cukuplah seseorang dikatakan pembohong apabila ia mengatakan semua apa yang ia dengarkan” (Hadits Riwayat Muslim)
hmm…saya kira ini crita fakta tp ternyata fiksi yg dilatarbelakangi (beberapa) fakta…trnyta…
sekian, ana cukupkan
wassalaamu’alaykum wa rahmatullaah
-al mar ah (as salafy)- (yg katanya penulis –yg sy tangkap– kurang baik hati dan lembut)
kopitawar
Juli 15th, 2008 pukul 11:12
sy PRIBADI blm merasa ada esensi ikut forum spt itu. lebih baik menjelaskan dg baik2 kpd org2 yg bertujuan memahami bukan berdebat..lgpula sy masuk blog antum, yaa ibn abd muis, krn google salah menangkap keyword yg saya masukan –yah machine error–
sy sudah menangkap antum akan berkata seperti ini, tp sptnya antum pun blm mengerti apa maksud ana (klo antum pake standar harusnya org2 bs mencerna maksud antum sy boleh dong jg pake standar antum harusnya mengerti maksud ana krn dg statement anda spt itu sy menangkap antum harusnya org yg cerdas 🙂 )..
jagalah lisan yaa akhiy..Imam Ahmad rahimahullaah bgitu banyak hadits yang bliau hafalkan tp yang beliau sampaikan hanya sebagian..kenapa? karena Beliau takut manusia terfitnah.
Ana bisa bilang bgini karena ana pernah mendengar crita sperti crita antum ttpi crita yg SEBALIKNYA! itu pun kenyataan 100% insyaAllah tanpa fiksi2an. Dan an menyesal mendengar crita sperti itu.
Saya tidak meminta antum menjawab, tetapi sy hanya mau mengingatkan. Wallaahi, hanya Allah Maha Pemberi petunjuk.
Jaisy01
Juli 15th, 2008 pukul 16:46
walah kok fiksi. Wah jadi teringat deh masa lalu! 🙂
Coba lihat ke-atas lagi. Sudah ada tuh korbannya. Bahkan sudah di khitbah, eeee kok masih dikejar2 juga akhwat tarbiyahnya. Ini bukan fiksi Ukhi Kopitawar (walah kok nggak enak yak manggil namanya 😀 )
Wallahi, memang Allah yang memberi petunjuk. Tetapi sungguh, petunjuk Allah diberikan kepada orang2 yang tawadhu’. Ana hanya mengingatkan juga.
Ukhi Kopitawar. Seseorang yang mengingatkan seharus tahu apa yang sebenarnya terjadi, bukan hanya mau mengingatkan saja tetapi tidak mau mendengar jawaban seseorang. Tabayyun itu sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Jadi, jangan asal mengingatkan tetapi tidak mau menerima jawaban orang yang di ingatkan. Itu termasuk perkara yang dzalim. Tidak pernah dicontohkan Rasulullah. Sebelum mengingatkan seseorang, ketahuilah permasalahannya terlebih dahulu, jangan sampai mengingatkan karena sudah merasa “Benar Sendiri”. Ok. Saya juga sedang mengingatkan kok. Tapi kalau antum mau menjawab dengan bermaksud tabayyun juga Alhamdulillah 😀
towfeeq
Juli 16th, 2008 pukul 09:56
Assalamu’alaikum
Wah lama juga ‘nggak ngasih komen ternyata sekarang udah banyak.
Kalau permasalahannya seperti yang ditulis Mas Jaisy 01 (yang diulang-ulang di dalam forum ini) yakni peristiwa akhowat yang telah dikhitbah masih juga “dikejar-kejar” maka itu kasuistik.
Jadi bisa saja orang lain juga membawa peristiwa yang sifatnya kasuistik yang justru berlawanan dengan hal tersebut. Setiap orang akan membela argumennya masing-masing dengan membawakan peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Si A akan bercerita kemudian dibalas oleh si B dengan cerita lainnya untuk membantah si A. Kemudian ditanggapai si A. Demikian seterusnya. Padahal peristiwa-peristiwa tersebut sifatnya kasuistik cuman diulang-ulang (direpro) untuk mendukung argumennya masing-masing!
Untuk siapa saja yang mungkin kurang suka dengan tulisan akh ibn Abdulmuis ini, ketahuilah bahwa ini adalah CERITA FIKSI! Jadi letak substansinya bukan pada cerita di atas. Jadi untuk cerita di atas menurut ana tidak perlu membawa kepada jidal yang kurang bermanfaat. Biarlah Akhi Ibn Abdulmuis yang akan mempertanggungjawabkan atas cerita fiksi yang dikarangnya di hadapan Rabb kelak.
Jadi substansinya apa? Kalau itu SEBUAH peristiwa seperti yang sering ditulis oleh Akhi Jaisy01 secara berulang-ulang, maka sudah ana katakan bahwa itu kasuistik. Orang lain juga bisa membawakan peristiwa lain yang justru berlawanan. Kalau substansinya adalah fenomena menikahnya akhowat tarbiyah dengan ikhwan salafy (yang menurut akhi Ibn Abdulmuis anti manhajnya) maka ana rasa jawabannya sudah ada di komentar-komentar yang ada sebelumnya.
Nah, selanjutnya tinggal kita semua para pembaca yang menilai, masih perlukan “panas-panasan” menanggapi artikel di atas. Padahal yang nikah aja adem-ayem kok. Hehehe……
allahu a’lam
kopitawar
Juli 16th, 2008 pukul 16:35
alhamdulillaah di sini dingin & dr kmrn adem2 aj tuh (sy tidak blg ini fiksi 100% tp penulis sendiri yg mengatakan:
Ibn Abd Muis, menjawab :
Dosen ana saat di Mahad yang lulusan LIPIA benar-benar 19 tahun loch saat menikah… 😆 Sekali lagi ini hanya cerita fiksi yang dilatarbelakangi dengan kejadian nyata. Semoga dapat diambil hikmahnya.Barakallahu fiikum. 🙂 )
>>dan u/ membuat crita fiksi apalagi crita nyata dicampur2 dg fiksi tentu sy sgt tdk setuju
thayyib, ana akui dlm hal itu ana salah menulis. tp smoga antum juga bisa menyadari apa yg salah dan apa yg benar. dan sekarang ana serahkan semua kpd Allahu Ta’ala
saffanah
Juli 16th, 2008 pukul 21:36
Bukankah lebih baik akhwat tersebut dinikahi saudara kita sesama islam daripada dinikahi orang non-islam? Benar kan?
Jadi sudahlah tidak usah dipermasalahkan dengan siapa akhwat-akhwat tersebut menikah, asalkan agamanya bagus, hanif, dari golongan ahlussunnah wal jama’ah (bukan dari syi’ah), untuk apa kita tolak?
walahu’alam
Ibnu Abdul Muis
Juli 18th, 2008 pukul 14:30
Special to Ibunda Maryam di forum MyQ hal. 12,
Saya coba kutip komentar anda,
Bisa diperjelas maksudnya apa bu? 🙄
Ini adalah jawaban saya atas pertanyaan mba Kopitawar, dan nggak ada hubungannya dengan article. Ada hal yang lebih besar yang lebih saya harapkan dari sekedar mengaku salah lantaran menyajikan cerita fiksi. Memang ada apa dengan cerita fiksi? Apakah dosa bila mengandung maksud kebaikan? Lantas bagaimana dengan para penulis cerpen2 Islam fiksi di beberapa majalah Islam semisal Anida?? 🙄
Tapi kalau saya mencoba menggunakan paradigma positif, boleh saya menyimpulkan kalau maksud Ibunda Maryam seperti maksud saya adalah “Berdamai dunk!! Kan penulis cuma menyindir orang-orang ekstrimnya doang. Jadi bagi yang nggak ekstrim Peace juga dunk….”
Special untuk Sieems yang fotonya luchu… saya pikir situ salafy Komentar anda,
Berarti selama anda komentar dalam thread ini anda belum baca full dunk article saya. Di article paling akhir saya tulis,
Saya pikir sudah jelas kan?? 🙄 Atau memang belum ngerti arti “terinspirasi”??? 🙄 Ngikik juga akh…. peace… 😳
Special untuk Viraisti, komentar anda,
Mba Viraisti sudah paham maksud atau esensi article saya, tapi yang lain kayanya belum tuch…. So cuex ajha laghi 😳 Barakallahu fiik.
Afwan, tadinya mau ikut nimbrung di forum MyQ, tapi sudah lebih dari 5 kali coba daftar dengan alamat email yang berbeda saya belum dapat feedback dari MyQ [saya juga sudah cek di kolom spam, tetep nggak ada].
Bajul
Juli 18th, 2008 pukul 17:27
Assalamu’alaikum Warohmatulloh wabarokatuh
salam kenal,
ana baru sekali hadir disini, tapi ana merasa komentar-komentarnya mas ibn abd muis selalu adem.. tidak emosional..
tetap istiqomah ..
Nurul Ahsan
Juli 31st, 2008 pukul 12:49
Assalamu’alaikum
Wah, gue terpingkal-pingkal baca obrolan antum. Obrolan nakal tapi realistis. Bravo….
Salam,
abu nazzal
Agustus 15th, 2008 pukul 14:43
Ass. orang yang mengantarkan ana ke dunia tarbiyah kini 180 derajat memusuhi ana sebagai ikhwan tarbiyah. Beliau pindah harakah gara-garanya ada masalah utang. Beliau kecewa, padahal beliau yang tidak bisa memenuhi janjinya. Sudah dibantu,
faishool
Agustus 16th, 2008 pukul 22:52
assalamualaikum..
ada akhwat yang siap nikah ??
ana ikhwan siap nikah,,,,
numpang ..iklan yaaa
heheheheh
Ibnu Abdul Muis
September 6th, 2011 pukul 16:33
Jangan stres dunk mas…. 😀
lelaki_gua
Agustus 22nd, 2008 pukul 09:56
wekz… ada artikel unik ni…
Rasulullah Shallallhu alaihi wa Sallam bersabda
“Tidak aku tinggalkan setelahku fitnah, yang lebih memudhorotkan kaum lelaki daripada (fitnah) wanita…”(H.R. Bukhari dan Muslim)
Telah benar perkataan Rasul di atas. Sungguh aku sedang menyaksikannya… Rame banget…:)
Akh…. emang akhwat tarbiyah itu banyak banget (unlimited), tapi jangan karena itu manhaj tarbiyah dibela-bela trus, sampe ngarang cerpen konyol begitu
rq
Agustus 25th, 2008 pukul 09:36
Dear akhwat in dis blog…
Ada nasehat dari Prof. Muhammad Ali Al-Shobuni dalam kitabnya Az Zawaaj Al Islami Al Mubakkir; Sa’aadatun wa Hasaanatun. Beliau mengatakan,”…Hendaklah para bapak memilihkan untuk anaknya perempuan mereka orang yang memiliki akhlak dan menjalankan agama dengan baik dan tidak memandang kepada harta…jika yang datang melamar adalah seorang pria yang berakhlak bagus, menjalankan agama(sunnah), memiliki kemuliaan dan harga diri, berilimu dan terhormat, maka alangkah indahnya dan mulianya dia(akhwat).
Beliau juga menukil perkataan imam Al Ghazali, “Imam Al Ghazali mengatakan dalam kitab ‘Ihya Ulumuddin, ..apabila seseorang menikahkan putrinya dengan pria yang dzolim, fasik, suka berbuat Bid’ah atau peminum khamr, berarti ia telah menodai agamanya dengan siap menerima murka Alloh…”.
DR. ‘Aidh Al Qorni dalam kitabnya Baitii Asas ‘Ala Taqwa, mengisahkan seorang Ulama, Sa’id bin Al Musayyab yang menolak menikahkan putrinya dengan Al Walid bin Abdul Malik, putra seoramh kholifah kaum muslimin. Bahkan beliua menikahkan putrinya dengan salah seorang muridnya yang fakir. Karena Rosululloh bersabda “Jika datang kepadamu orang kamu ridhoi agama dan akhlaknya(untukk meminang putrimu), maka nikahkanlah dia. Jika kamu tidak melakukannya, maka itu akan menjdai fitnah di muka bumi dan akan menimbulkan kerusakkan besar.” (HR. At Tirmidzi dan Al Baihaqi)
de konklusionnya to ukhti yang nimbrung in dis blog (to yang laen boljug):
Nikahilah dia (pria) yang menjalankan sunnah dan KEBENARAN diatas DALIL bukan menikahi pria yang mencari PEMBENARAN agama diatas DALIL.
Klo ada yang datang ke rumah/ke kos-an anti…tes dulu agamanya.Remember…sefikroh bukan jaminan tapi Agama adalah jaminan.
So istikhoroh dan doa adalah senjata, karena Alloh-lah yang menentukan
Wa Allohu’alam
Afwan ustadz blog-nya di pake utk nasehat bentar
abu_hamzah
Agustus 25th, 2008 pukul 13:43
pak de harusnya bersyukur banyak akhwat yg mendapatkan petunjuk ke thoifah al-manshuroh, dan bukankah Allah memberikan petunjuk kepada siapa saja yg dikehendakinya, maka nya pakde berdoa sama Allah sang pembolak balik hati biar pakde jadi salafy sejati, pasti pakde juga bingung salafy sejati itu kaya apa , ya kan? tak kasih tau deh kitabnya , (kun salafiyan ‘alal jaddah).
abdullah
September 16th, 2008 pukul 23:35
assalamu’alaikum…
realnya, contohnya siapa to yg bener2 pengikut salafush shalih?
jazakumullahu khairan..
wassalamu’alaikum…
pramono
September 20th, 2008 pukul 14:00
Assalaamu’alaikum ya akhi,artikelnya menarik sekali
tapi coba dengarkanlah kajian ini.
ane
Oktober 5th, 2008 pukul 20:54
masya Allah….Wa Kholaqnakum azwaja…( an naba` ayat ke 8) Hanya Allah saja yang tahu siapa pasangan kita…kenapa ente ribut…..ente udah tarbiyah tentang tauhid malah menyesali nasib orang lain…..maaf ya ane udah kritikin para dai semuanya…
bukansalafybukanikhwani
Oktober 29th, 2008 pukul 09:46
Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh
ana bukan salafy
bukan pula ikhwani
…
tetapi
ana seorang muslim 😀
dan
ana
mencintai ikhwah fillah sekalian …
jangan lah kalian saling berdebat kusir
yang gak ada manfaatnya…
…
.;)
simpan emosi kalian ikhwah
simpan tenaga kalian ikhwah
jalan dakwah masih panjang…
jalan dakwah masih butuh kalian
—
ttd
…
bukansalafybukanikhwani
temannyafaishool
Oktober 29th, 2008 pukul 11:21
@faishool, di/pada Agustus 16th, 2008 pada 10:52 pm Dikatakan:
assalamualaikum..
ada akhwat yang siap nikah ??
ana ikhwan siap nikah,,,,
numpang ..iklan yaaa
heheheheh
==========================================
reply:
yah nih anak pake iklan segala…
ane tuh mimpiin ente nikah tadi malem 😀
maren
Oktober 29th, 2008 pukul 12:34
Assalamualaikum….
afwan, ana ikutan posting cerpen ini di blog ana, namun ada sebuah komentar yang mengejutkan, silakan antum cek disini:
http://muslimahunited.multiply.com/reviews/item/11
mohon tanggapan antum,
Jzk,
dir88gun
Oktober 30th, 2008 pukul 14:23
Kenapa umat islam suka berpecah belah?
Bukankah tuhan kita hanya satu?
Bukankah rasul kita (yang mengajarkan islam seperti sekarang ini) hanya satu?
Bukankah kitab suci kita hanya satu?
Bukankah kiblat kita hanya satu?
Bukankah semua manhaj yang ada (sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah) memang harus saling melengkapi?
Bukankah kita sebagai manusia diciptakan Allah untuk saling menghormati?
Apakah Allah menyuruh kita untuk saling bermusuhan?
Lantas mengapa kita semua saling bermusuhan?
Lupakah kita bahwa ada sesuatu yang lebih penting dari pada bermusuhan antar saudara?
Ah, coba kita fikirkan dengan lebih seksama…
Semoga Dia memberikan cahayaNya kepada kita semua.
Assalamualaikum.
EEng
November 13th, 2008 pukul 16:26
mungkin beruntung akhwat tarbiyah yang nikah ma ikhwan salafy kali ya. hehe….
abu ahmad
November 19th, 2008 pukul 12:34
Semua komentar, baik, buruk, sopan, kasar, rasanya sudah lengkap. Ada sedikit komentar nakal dari ana, kenapa ikhwa salafy suka sama akhwat tarbiyah, karena sudah kelihatan wajahnya, jadi gak ada risiko “kecele” saat ta’aruf. he he he. maaf, astaghfirullah
achmad
November 19th, 2008 pukul 15:50
“Waduh, malu banget ana nih ustadz. Ana yakin, ikhwan-ikhwan kita memang terlalu idealis, bertahan dengan kejombloannya, karena terlalu khawatir seperti ana. MasyaAllah….”
===========
itu mah bukan idealis, tapi terlalu takut dengan bayangan yang tidak nyata.
gie
Desember 3rd, 2008 pukul 11:01
xixixixixi… lucu 🙂
kaya pengalaman pribadi siapa yah…
fibri iman santosa
Januari 11th, 2009 pukul 06:07
InsyaAllah target nikah 2 tahun lagi, nikah juli 2011. 🙂
f3rdi3cahyo
Januari 11th, 2009 pukul 06:15
kalau gak ingin dirampas, perkuat ukhuwah dengan para akhwat jamaah antum..semoga j ALLAH Swt membrikan jodoh yang terbaik buat antum semua. yang jelas tetep jaga ukhuwah islamiyah jangan sampai terkotak-kotak dalam lingkaran jamaah. go for ikhwan to got your wife..!!
fibri iman santosa
Januari 11th, 2009 pukul 06:17
Tapio ada sedikit rasa khawatr jga bila target ta’ terpenuhi, soale ada tawaran beasiswa yang slah satu syaratnya ane harus tidak menenikah dalam masa 2 tahun:-( Wuihhh berat jga ya, dilematis antara studi kul n masa depan (nikah) ada saran gak?
Rizky
Januari 14th, 2009 pukul 22:39
Asw…
Ikhwah Fillah rahimakumullah,
Kini saatnya qt hilangkan benih2 perbedaan manhaj dgn menyatukan visi&misi qt, yaitu: Kebangkitan Islam !
Bersatulah Ikhwah Tarbiyah & Ikhwah Salafy !
Perdalamlah ilmu dalam keikhlasan amal secara kualitatif & kuantitatif …
Tatap, senyum, & rangkul lah sesama saudara muslim mu…
Hadapi perbedaan manhaj dengan cinta ilallah…
Ummat menunggu & Membthknmu, yaa Akhi wal Ukhti fillah…
Dan selanjutnya, qt sama2 hancurkan musuh2 Tuhan&Rasul qt!
Allahu Akbar!
Muhammad Isa
Januari 27th, 2009 pukul 15:48
Assalamuaalikum…….
Innalillahi…..kalau ana baca komentar2 yang ada.
Kok pada saling serang.
Surga manakah yang ingin anda2 masuki…….
bersama imam2 sampeyan……bersama orang2tua sampeyan……tidakkah anda inginkan surga yang didalamnya Rasulullah SAW, para tabiin, semua orang tua kita, semua guru2kita, tidak tertinggal semua mukminin dan mukminat.
akram
Januari 30th, 2009 pukul 16:56
Artikel di atas sangat memalukan, memperebutkan seorang wanita yang pada dasarnya telah menjadi istri orang lain. Apa antum nggak punya kewajiban untuk mengurus istri-istri antum sendiri? Apakah antum telah sempurna menjaga istri-istri antum dari fitnah-fitnah di luar sana? Mengapa malah sibuk dengan akhowat-akhowat yang lain….
Lah, memang-nya sang istri (akhwat) wajib to’at sama antum apa sama suaminya?
Dan mana ditulis: lain kali ndak mau bantuin proses pernikahan. Wow, sayang banget amal-nya terbang begitu saja, lantaran nggak ikhlas. Udah gitu dipertontonkan lagi, jadinya minus-deh…..
Shame on you….
elbanjari
Februari 6th, 2009 pukul 13:42
sapa cepat dia yang dapat……….
makax cepet-cepet nikah donk………….
ummu zahra
Februari 7th, 2009 pukul 12:39
akhwat salaf sudah laku semua sihh…..
jd cari yg akhwat lain
bukankah jodoh di tangan Alloh, jd knapa harus diributkan
ana jg akhwat salaf, tp ana jg bekerja & ana jg dan nikah
temenku akhwat haroki malah belum nikah karena ia cari ikhwan yg haroki jg
ksatria_pelangi
Februari 27th, 2009 pukul 09:39
ko jadi kaya jualan pake istilah “laku”???..
ibnuhay
Februari 28th, 2009 pukul 12:10
“Merampas” ? ge-er banget si penulis, memangnya “akhwat kalian” ndak boleh nyari yg lain?…Ikhwan lain dianggap ALIEN gtu….lutcu banget si Penulis…mo Nikah kok pake Proposal sgla, kyk Program Kerja aza:)
ibnuhay
Februari 28th, 2009 pukul 20:42
iya nie, ana katro…tp lebih katro lg klo nikah pake proposal.hehehe…afwan y klo gak nyambung coz kt “Rampas” d judul tu kasar bngt!!! sma2 muslim gtu …pny etika gak tuuh?…Ngapain bingung, lupa y klo wanita Ahli Kitab yg taat boleh di nikahi laki2 muslim, apalagi sekedar ahlul bid’ah…lagian Akhwat kalian mau2 aza tu menikah sma orang salafy…afwan, gak bermaksud nyinggung lho….komen diatas hapus aja dech, sekalian yg ini .hehehe…peace…barakallahu fiikum
ksatria_pelangi
Maret 2nd, 2009 pukul 07:54
Salafi itu teh apa???
awam...XXX
Maret 21st, 2009 pukul 09:38
Mengapa kalian rampas akhwatnya jika benci manhajx??? wah antum jangan gitu dong.. apakah mungkin kita katakan pada Rasulullah ketika menikahi ahli kitab “Mengapa ente rampas perempuannya jika benci agamanya”??? jangan karena kebencian engkau wahai saudaraku shingga ente mengkritik hal yang sebenarnya halal untuk dilakukan
abu hasan
Maret 23rd, 2009 pukul 11:00
Bismillah
Wahai saudaraku karena islam, seorang yang mengikuti manhaj salaf dengan benar, pasti di dalam menasihati saudaranya tentunya berdasarkan kaidah/dalil, tidak asal menyalahkan, tidak seperti yang Antum kira kok.
Mungkin ini karena jahilnya/bodohnya/minimnya ilmu+emosi sesaat, seharusnya kita menimbangya dengan ilmu syar’i.
Ulama/ustadz salafy sangat sayang kpd saudaranya muslim, klo saudara mereka salah/menyimpang diperingatkan/dinasihati, karena mereka tidak ingin saudaranya terjerumus ke jurang.
Wajar kan klo orang islam menasihat tentang islam yang benar menurut Qur’an,Sunnah, dengan pemahaman para salaf yang sholih disertai bimbingan orang tua mereka yaitu ulama yang robbani.
Apakah kita akan menanti nasihat dari kuffar atau Yahudi?Kan tidak mungkin!!
Baarokallohu fiik
Supriman
Juni 16th, 2009 pukul 10:09
Nggak laku ya mas ampe curhat kek gini 😀 😀
abiesuman
September 4th, 2009 pukul 14:38
Assalamualaikum warahmatullah..
untuk semua akhi dan ukhti, untuk semua kaum muslimin yang mukmin..
Niatkan tujuan kita semua ini untuk berdiskusi dengan santun.. Dan ikhlas semata mencari ridha Allah.
Pasukan syaithan yang menggoda akhi dan ukhti serta seluruh pencari ilmu agama, adalah pasukan syaithan level elit dengan jam terbang tinggi serta persenjataan super canggih nan lengkap.
Untuk target operasi ditempat maksiat, iblis tidak perlu mengutus pasukan yang sedemikian hebat, karena orang2 yang berada disana memang mudah ditembus pertahanannya..
Justru saudara dan saudari inilah, yang kala Online sebisa mungkin untuk tidak tergoda surga dunia internet yang menyajikan kemaksiatan dengan balutan keindahan..
Dan meluangkan diri untuk membahas hal-hal keagamaan.. Subhanallah, semoga Allah azza wa jalla memudahkan kita dalam menemukan hikmah serta kebenaran yang Haq. Amiin.
Justru anda-anda inilah yang membuat iblis merasa perlu menurunkan pasukan syaithan terbaiknya. Kadang jika kita merasa sedang bersyiar, bertabligh, bertarbiyah atau ber-apapun seputar masalah agama, kita merasa sedang berdiri diatas kebenaran. Kita ingin menyampaikan apa yang kita rasakan, apa yang kita pahami kepada orang lain.. Dan kita menginginkan orang lain untuk menangkap informasi sesuai dengan apa yang kita maksudkan.
Tapi ternyata? Niat kita untuk menyampaikan kebenaran menjadi bumerang ketika orang lain menanggapi apa yang kita sampaikan dengan sudut pandang berbeda, dengan metode pemahaman yang berbeda, dengan segudang alasan dan dalil yang membalikkan isi dakwah anda..
Lalu bagaimana seorang insan manusia yang diperintahkan untuk menahan hawa nafsunya, menyikapi hal ini?
“Sebagian orang merasa apa yang diucapkannya adalah syiar, sementara dibalik itu syaithan tertawa lepas melihat tipu dayanya berhasil.”
Orang-orang pintar pun kadang terperosok masuk lubang. Namun jangan ikuti masuk kedalamnya.
Beristi’adzah lah sebelum menyalakan perangkat online anda..
Mohon maaf untuk kebodohan-kebodohan dalam tulisan saya, hanya orang bodohlah yang berani berbicara selantang ini..
Astaghfirullahal’adziim..
Ampuni kami ya rabb, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berlaku aniyaya.
Wabillahi taufiq.
Wassalamualaikum warahmatullah
Gabriel
Desember 19th, 2009 pukul 14:56
sebetulnya seorg tullab akan ngerti sekali ttg masalah jodoh kematian,rizki dll, kenapa hrs dia ributkan ampe saling menuduh gt. pa mereka tidak menghafal ato membaca hadist arbain nawawi …
sebetulnya seorang akhwat manapun tatkala mau menikah dia akan mencari seorang ihkwan yg betul2 bisa mendidik dirinya di atas kitabbullah dan sunnah Rosul yg mulia, ikhwan yang tidak malu2 menampakan sunnah nabi di tengah2 masyarakat, dia tidak gentar atas cercaan makiaan manusia, yg dia harap adalah ridho Allah ta’ala semata
Mushab bin Umair
Februari 22nd, 2011 pukul 11:10
Salut ama penulisnya, Ibn Abd Muis..
Jangan menyerah akh untuk menguak sisi lain keburukan salafi.. sudah selayaknya masyarakat dan para ikhwan & akhwat mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh para salafiyun itu.
mudah membid’ahkan, meyesatkan, merasa sombong dengan ilmunya, sulit menerima nasihat, seakan-akan hanya golongannyalah yang benar.
Demi Allah, ini adalah ujian bagi umat islam. Salafi merupakan fitnah dan ujian bagi umat islam agar umat terpecah belah….
Waspadai fitnah Salafi/wahabbi…
Mushab bin Umair
Februari 22nd, 2011 pukul 11:16
Dalam sejarah para nabi, hanya 2 hal yang diberikan bagi para penentang dakwah / orang-orang yang sombong dengan nasihat, kalo bukan diberikan hidayah, ya diHANCURKAN….
Semoga ALLAH SWT memberikan hidayah kepada mereka yang mengaku Salafi. Namun bila mereka tetap buta dan tuli dengan segala nasihat, merasa sombong ( menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain), maka semoga ALLAH Hancurkan. Amin!!
anang nurcahyo
Maret 31st, 2011 pukul 14:10
hikmah apa yg bisa diambil dari kisah tersebut selain menimbulkan perpecahan?
anang nurcahyo
Maret 31st, 2011 pukul 14:33
mohon maaf jika kata-kata saya kurang sopan. tapi saya termasuk orang yang sangat tidak suka perpecahan sesama muslim.
SUBHANALLAH.. Begitu banyak ilmu bermanfaat dari blog ini, semoga selanjutnya tidak ada yang menyakiti hati.
arif
Mei 3rd, 2011 pukul 05:34
mau tanya? blog ini dikelola orng PKS atau
SALAFY atau siapa sich? gak jelas manhajnya?
septi
Juni 12th, 2011 pukul 23:28
Subhanallah wal hamdulillah…
hari ini sy mdptkn pncerahan yg luarbiasa.
jazakalloh mas ibn abd muis atas tulisannya.
sy salut sm mas,berfikir dr sudut pandang yg berbeda dgn org2 salafi lainnya.
obyektif dan ilmiah,tdk mrasa mjd org yg plg benar.
Barakallahufikum.
cinta harakah
Juli 16th, 2011 pukul 16:42
salaam…. lagi-lagi kita terjebak penyebutan kelompok akhirnya …… adu otak dan dalil
hayoooo dakwah….dakwah…..dakwah…..ummat menunggumu!!!!!!!! agama ini akan hancur jika org2 yg mengerti sunnah dan mengaku mencintai rasulNya saling-salingan tapi dakwah pun harus jelas!! rapih!! dan tentunya terorganisir!!, jika keburukan saja saat ini sangat rapih pengorganisirannya, masak kita semua malah kayak anak kecil rebutan kerupuk. ayo bangkit!! bangkit!! Serukan kemurnian!!
-tegakkan tauhid lenyapkan syirik
-hidupkan sunnah matikan bid’ah
-terapkan syariat Alloh
-wujudkan masyarakat Islami
-tinggalkan kemaksiatan
semoga kita semua dipertemukan Allohu ta’ala di surgaNya.amiin
ayesha
Agustus 18th, 2011 pukul 11:39
Assalamu’alaikum wr wb
subahanalloh, walhamdulillah,
semoga Alloh memudahkan langkah-langkah kita untuk tetap berada dalam sirathNya. amiin. afwan, meski agak telat. mungkin. lantaran berhubungan dengan artikel yang ana cari tentang “akhwat salafi” maka blog inilah yang muncul. dengan tema dan komentar yang luar biasa pula. sekedar sharing saja ya Akhi Ibnu.
Semoga Alloh pun tetap menjadikan kita hamba-hamba yang tetap mengingatNya.
fenomena perbedaan manhaj, memang seolah tak ada habisnya untuk dibahas, baik yang sudah terkenal dengan saling merasa benarnya, atau saling merasa dengan sikap yang lainnya. Ana sendiri justru miris dengan tema diatas sebelum memahami apa yang dimaksudkan penulis. juga dengan komentar-komentar yang ada. Meski tujuan nya adalah untuk saling berbagi ilmu, namun sangat kentara sekali bahwa salah satu diantara manhaj merasa dialah sang The Best nya. wallohu alam.
Orang tua asuh ana aktivis haraki, sementara ana hampir aktiv di berbagai lini, terutama kajian salaf ataupun kajian haraki. karena ana merasakan secara pribadi antara salaf dan haraki yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah adalah luar biasa, banyak ilmu yang didapat hingga ketika berhadapan dengan orang-orang yang benar-benar merupakan musuh sebenar-benarnya musuh islam, Insya Alloh kita akan dimudahkan untuk menghadapinya (Yahudi:red). Hingga dalam beramar ma’ruf nahi munkar dalam kebaikan tetap berjalan lancar layaknya genangan air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, meski hukum sunnahNya tetap berlaku. wallohu ‘alam.
Teruntuk siapapun yang membaca blog ini beserta yang menuliskan komentar-komentarnya semoga Alloh menyatukan hati kita untuk tetap merintis sirathNya. dengan cara-cara yang sesuai dengan dua sumber aturan yaitu Al Qur’an dan Assunnah.
Yusuf
Maret 21st, 2012 pukul 18:06
Pelajaran dari cerpen ini,
Pertama, Salafy tidak ada ta’awun sesama mereka (termasuk jika sesama salafy ada yang menikah, maka tak ada yang membantu), justru dari haraky yang sibuk membantu.
Kedua, Salafy punya standar ganda dalam menilai, ikhwannya disebut ahlul bid’ah tapi akhwatnya ahlussunnah.
Kegita, Stok akhwat salafy sedikit. dan stok akhwat haraky banyak
Keempat, Ikhwan dari haraky banyak yang menunda nikah. Sehingga banyak akhwat yang terlalu lama menunggu.
Kelima, Setelah menikah, maka akhwat disibukan dengan keluarga, sehingga tidak aktiv lagi di harakah. Terlebih jika suami tidak mendukung untuk aktiv adalam harakah.
yahya
April 18th, 2012 pukul 19:33
insa alloh menikah lebih cepat lebih baik, kan sudah dijamin…tinggal berusaha dan berdo’a,
“rejeki,jodoh dan mati”
Pulau Tidung-aja
April 19th, 2012 pukul 16:48
Salam aja dulu mas !
abu mujahid as singkepy
Februari 2nd, 2014 pukul 23:34
Bismillah..afwann akhy.. cerita antum terlalu memgada2 akh..islamemgajarkan kita umtuk menikahi wanita muslimah,walaupun ahli kitab..nah mau dia dri tarbiyah,jt,ht,de el el..mreka muslimkan? kayaknya konsep pikir antum terlau sempit..orng harus mennikah hnua dg kelompok pengajiannya..wah afwan cara fikir antum kurng luas akhy..nah..kalo ikhwan salafy beranni mejikahi akhwat yh katannya akhwat kalian yh sudah ditarbiyah..beerani gak antum nikahi akhwat salafy?