Taubatnya Seorang Salafi Yamani
Dear friend, ternyata benar apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah terhadap umatnya. Renungilah apa yang akan Anda baca berikut ini, dalil dan kisah taubatnya seorang Salafi Yamani:
Firman Allah Ta’ala: ”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., ia berkata: Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan orang saleh dan orang jahat, seperti orang yang bergaul dngan orang yang membawa minyak kasturi dan orang yang meniup api. Orang yang membawa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kepadamu atau membeli minyak padanya, paling tidak kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak enak darinya.” (HR. Bukharu dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw bersabda: ”Seseorang bisa terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang di antara kamu dengan siapa ia bergaul.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Berikut adalah pengakuan jujur seorang penyusun buku ”Hakikat IM” yang ditulis oleh Gaza, Jum’at, 1 Juni 2007 yang saya ambil dari http://www.mail-archive.com/manhaj-salaf@yahoogroups.com/msg00346.html
Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh,
Saudaraku, di bawah ini saya tampilkan pernyataan Akhi Anwar Shiddiq, dia pernah menyusun buku judulnya ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”, tetapi setelah berjalan waktu dia menyesal dan ingin menarik buku itu. Akhi Anwar nitip supaya bisa memakai forum MyQuran buat menampilkan surat terbuka. Beliau tak melayani debat di forum, tapi mau terima e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Berikut ini pernyataan Akhi Anwar Shiddiq:
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: ”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135).
Ikhwan fillah rahimahullah, semoga allah SWT senantiasa merahmatimu, menganugerahkan ilmu bermanfaat, menunjuki dengan hidayah, menguatkan dengan taufiq untuk berbuat kebaikan amal, lahir dan batin. Amin ya Rabbal ’alamin.
Melalui forum yang mulia ini perkenankan ana (Anwar Shiddiq) menyampaikan sebuat pengalaman penting yang ana alami sendir saat berinteraksi dengan ikhwan-ikhwan Salafi yang akhir-akhir ini sering disebut Salafi Yamani (meminjam istilah Ustadz tertentu). Maksud dari penuturan ini yakni agar ana bisa memohon maaf atas kesalahan yang pernah ana lakukan saat ana mendapat pengaruh yang sangat kuat dari pemikiran Salafi Yamani itu. Secara khusus permohonan maaf ini ana tujukan kepada saudara-saudaraku dari Ikhwanul Muslimin (IM) di Indonesia, khususnya yang sudah membaca buku yang ana susun.
Di bawah ini penuturan ana:
”Ana dulu beramal jama’i bersama Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin/IM) selama bertahun-tahun. Suatu saat ana putuskan mundur dari IM secara baik-baik, yakni maksudnya ana mundur karena kesadaran sendiri, tidak dipaksa-paksa atau diprovokasi. Ana sudah bertekad, meskipun tidak lagi bersama Tarbiyah (IM) ana akan tetap menjalin hubungan baik dengan mereka. Hal ini ana tempuh, sebab ana tahu Ustadz Jakfar Talib, seorang pemimpin Salafi di Indonesia, tadinya dia ikut IM juga, tapi setelah jadi Salafi, dia sangat membenci IM setengah mati. Ana tidak mau seperti itu, ana mau jadi diri sendiri, tidak terpengarus orang lain. Ana merasakan sendiri di IM itu tidak sedikit kekurangan-kekurangan, tapi ana juga tidak pungkiri di sana ada kebaikan-kebaikannya, maka itu ana ingin sikap proporsional saja, tidak berlebih-lebihan seperti sikap Ustadz Jakfar Talib itu.
Sayang seribu sayang, sikap baik ana ini pelan-pelan berubah saat ana mulai mengambil pemikiran-pemikiran dari Salafi Yamani. Ana membaca majalah Asy-Syariah, ana mendengar kaset ceramah Ustadz Muhammad Sewed, ana bergaul dengan mantan Laskar Jihad (LJ), ana mengikuti berita-berita seputar dakwah Salafi, ana berteman dengan pengikut Salafi Yamani, ana membuka situs www.salafy.or.id, dan apa-apa yang bisa ana peroleh.
Sikap ana yang dulunya baik ke temen-temen IM berubah jadi kebencian dan rasa muak. Ana seperti orang yang mengalami ”Cuci Otak”, pendirian santun ana dulu saat baru keluar dari IM seperti tidak berbekas. Ana dulunya benci sama sikap keras Ustadz Jakfar Talib, tapi ana akhirnya ikut terseret juga ke sikap semacam itu.
Bila dilukiskan, majlis-majlis ilmu yang berhubungan dengan Salafi Yamani itu seperti kobaran api. Siapa saja yang ada di dekatnya akan merasa kepanasan, atau menularkan panas ke orang lain. Ana merasakan pengaruh ini ke diri ana sendiri, yang tadinya baik-baik saja jadi timbul kebencian ke orang lain.
Selama interaksi dengan pengikut Salafi Yamani, yang dibicarakannya tahdzir ahli bid’ah, hajr, firqah sesat, bantahan, celaan, dsb. Apalagi kalau mereka sudah angkat bicara soal Sururiyah atau kesesatan tokoh-tokoh IM, panas sekali suasana yang terbentuk. Orang yang semacam ana ini tidak sedikit di tempat-tempat lain.
Kebencian ana ke IM semakin besar saat seprang ikhwan Salafi itu menyodorkan sebuah buku berjudul ”AL IKHWAN AL MUSLIMUN, Anugerah Allah yang Terzalimi”. Buku ini karangan Ustadz Farid Nu’man, penerbitnya Pustaka Nauka dari Kukusan Depok. Sebetulnya buku ini diberikan atas rekomendasi aktivis PKS juga, biar orang-orang Salafi mau membacanya, termasuk ana di dalamnya. Sehabih membaca buku itu ana malah semakin tidak simpati ke IM. Selain memberi rekomendasi, aktivis PKS itu juga melontarkan kritikan-kritikan tidak sedap ke Salafi, sehingga semakin bulat hari ana untuk menyusun sebuah bantahan.
Ana kumpulkan saja buku-buku, tulisan-tulisan yang mengupas penyimpangan IM, lalu ana ambil materi dari sana-sini (istilahnya ’menjahit materi’). Ana tambahkan disitu komentar-komentar ana, sampai jadilah sebuah buku berjudul, ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”. Selanjutnya buku itu diedarkan secara terbatas di bawh UISP (milik kami sendir). Sudah tentu aktivis PKS yang mengkritik kami itu, kami sodori buku itu juga. Jujur saja, kalau tidak diprovokasi oleh sikap aktivis itu mungkin buku tersebut tidak pernah disusun.
Sesudah waktu berjalan cukup lama, sesudah ana baca-baca buku, tulisan-tulisan, ana diskusi-diskusi, akhirnya ana putuskan untuk membersihkan diri dari pemikiran-pemikiran ”Salafi ekstrem” yang telah bercokol dipikiran ana. Ana tidak mau ketempatan sesuatu yang bisa merusak diri sndiri. Kalau ingat keadaan seperti ini rasanya ana ingin kembali ke situasi dulu saat baru keluar dari IM secara baik-baik. Dulu ana bisa tersenyum saat bertemu teman-teman IM, tapi sekarag ini sulit. Ana sepertinya sudah terjerumus ke sebuah permusuhan keras. Saat ana baca kembali buku ’jahitan’ itu, ana sedih bukan main. Kenapa ana sampai menulis kalimat-kalimat kasar, emosional, menzhalimi saudara sendiri? Padahal tekad ana semula tidak begini. Ya Rabbi, ana memohon ampunan kepada-Mu atas kesalahan-kesalahan ana. Hamba-Mu ini dhaif, sedangkan Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Ampuni ana Rabbi. Amin. Sekian penuturan dari ana.
Selanjutnya melalui forum yang mulia ini ana ingin menyatakan:
Satu, ana bertaubat kepada Allah Yang Maha Pengampun atas kesalahan-kesalahan ana dengan menyusun buku ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”.
Dua, Ana memohon maaf kepada seluruh jajaran Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin) di Indonesia, baik pengurus, anggota, atau simpatisannya, atas tersebarnya buku ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)” di atas, terutama atas kalimat-kalimat tidak adil yang termuat di dalamnya.
Tiga, secara terbuka ana cabut buku tersebut di atas, sebab resiko mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Ana menyatakan buku itu tidak sah lagi dan tidak boleh diedarkan atas nama siapa pun.
Empat, ana tetap mengakui adanya kelebihan dan kekurangan pada diri setiap muslim atau kelompok Islam. Namun hendaknya kita bersikap proporsional, yakni tidak memutlakkan kebaikan atasnya dan juga tidak memutlakkan keburukan baginya. Setiap muslim memiliki kelebihan-kekurangan tertentu. Kita harus bersikap adil sebab Allah mencintai orang orang-orang yang adil. (QS. AL-Maidah: 42, Al-Hujurat :9, A Mumtahanah.
Lima, ana nasehatkan kepada ikhwan-akhwat yang sedang belajar ilmu-ilmu keislaman agar berhati-hati dari sikap ekstrem (berlebih-lebihan) dalam segala wujudnya. Kalau diperngaruh-pengaruhi agar bersikap ekstrem, tinggalkan saja sebab doktrin semacam itu akibatnya cuma kerugian saja. Ingatlah selalu sabda Nabi saw dalam haditsnya, ”Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak akan pernah seseorang menyulit-nyulitkan perkara agama ini, melainkan ia akan dikalahkan.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra). Sekian pernyataan ana.
Pernyataan di atas ana sampaikan apa adanya, secara ikhlas, tidak ada paksaan atau tekanan. Buat sahabat-sahabat yang mendapatkan manfaat dari pernyataan ini, mohon doa antum semua agar Allah selalu membimbing ana (dan antum smua) buat menetapi jalan yang diridhai-Nya. Amin ya Rabbal ’alamin. Buat ikhwan-akhwat yang keberatan, tidak setuju, atau kecewa atas pernyataan ini, silakan antum mengirim ke [EMAIL PROTECTED] This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it Ana akan usahakan menjawab surat-surat antum, yakni surat-surat yang layak dijawab. Siapa saja yang mau beri masukan, kritik, atau kecaman (mungkin), silakan juga menulis ke e-mail di atas.
Akhirnya ana berdoa kepada Allah, ”Ya Rabbana, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf:23).
Ya Rabbi, ana memohon ampunan dan rakhmat dari-Mu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya akhir jaman. Aminya Rabbal ’alamin.
MyQuran, 5 Agustus 2006
Al faqir ila Rabbi
Anwar Shiddiq
Sumber:http://www.mail-archive.com/manhaj-salaf@yahoogroups.com/msg00346.html
Subhanallah, sebuah studi kasus yang wajib kita jadikan ibrah. Article ini bukan dimaksudkan untuk menjauhkan umat dari dakwah Salafi, tapi hanyalah sebuah warning buat kita semua untuk menjauhi siapapun tanpa terkecuali, apakah mereka seorang yang bermanhaj Salafi, IM, JT, HT, NU, Muhammadiyah whatever you say. Manhaj adalah sarana dan kita tidak berhak menilai seluruh dari jamaah manhaj tertentu memiliki karakter yang sama hanya dengan melihat satu figur tertentu yang berbuat salah. Selama apa yang mereka lakukan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah dan membumi dengan fitrah manusia tentunya, maka wajiblah untuk kita perhatikan dengan arif dan bijak. Contohnya Salafi, ada yang Yamani, ada yang haroki, ada yang salafi Ihya’ ut Thuratsnya Abdurahman Abdul Khalik, ada salafi al-Sofwah dan al-Haramainnya Muhammad Khalaf dan Yazid Jawwas, ada salafi Muhammad Umar as-Sewed dan lain-lain. Pasti diantara mereka ada salafi yang paling salaf as-Shaleh. Begitu juga dengan salafinya kang Anto dan Abu Salma, entah mereka masuk yang mana. Apakah mimpi dapat bermajlis dengan kelompok yang sungguh-sungguh salaf as-Shaleh itu bisa menjadi kenyataan? Amin ya Rabb…
Yup! Article ini juga mengingatkan saya dengan sahabat tercinta saya Abu Qatadah Al-Depoki (baca latar belakang dengan judul Kronologis di blog saya ini), dia juga berubah menjadi seseorang yang berkarakter terbalik (negatif) dengan karakternya saat dia masih di IM. Tapi alhamdulillah, kini dia telah kembali dengan karakter positifnya, I don’t know, apakah dia masih bermanhaj Salafi dan mendapatkan salafi yang salaf as-shaleh? atau telah kembali bermanhaj IM? atau justru tidak bermanhaj sama sekali? I don’t care about it. Apa yang dia baca? Apa yang dia fikirkan? Kisah apa yang terjadi dengannya? I don’t care! I don’t care! I don’t care! Yang saya perdulikan adalah dia tetap menjadi dirinya yang berkarakter positif, tawadhu dan selalu berinstrospeksi diri untuk menjadi muslim teladan. Dan kita pun harus berusaha seperti itu.
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: ”Allah tidak mengutus seorang Nabi dan khalifah yang menggantikannya, melainkan ada dua orang yang sangat dekat dengannya, yang satu menganjurkan agar selalu berbuat baik, dan yang lain menganjurkan untuk selalu berbuat kejahatan. Dan orang yang maksum adalah yang dijaga oleh Allah.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwasanya Rasulullah bersabda: ”Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia suka akan kelembutan. Allah akan memberikan balasan dari kelembutan yang tidak diberikan ke atas sikap keras dan kasar serta selainnya” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmizi, Ahmad)
Untuk akhi Anwar Shiddiq, saya ingin bisa berdiskusi dengan anda dan mengambil hikmah kebaikan yang terjadi atas kisah anda. Tapi sayang, e-mailnya tidak dapat ditembus, mungkin sudah expire karena sudah terlalu lama atau mungkin terkena spam oleh orang-orang yang tidak ridha ini terjadi, yang pasti saya perduli dengan apa yang terjadi dengan anda sekarang, agar bisa dijadikan pelajaran oleh kita semua. Dugaan saya, mungkin anda telah mendapatkan Salafi yang bermanhaj Salaf as-Shaleh bukan Salaf as-’SALAH’, atau justru tidak bermanhaj sama sekali, yang penting Islam! Tok!? I don’t know???? Walllahu’alam bishawab.
Perubahan karakter teman tercinta saya bisa kamu baca di KRONOLOGIS !
Taubatnya Seorang Salafi Yamani
Dear friend, ternyata benar apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah terhadap umatnya. Renungilah apa yang akan Anda baca berikut ini, dalil dan kisah taubatnya seorang Salafi Yamani:
Firman Allah Ta’ala: ”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., ia berkata: Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan orang saleh dan orang jahat, seperti orang yang bergaul dngan orang yang membawa minyak kasturi dan orang yang meniup api. Orang yang membawa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kepadamu atau membeli minyak padanya, paling tidak kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak enak darinya.” (HR. Bukharu dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw bersabda: ”Seseorang bisa terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang di antara kamu dengan siapa ia bergaul.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Berikut adalah pengakuan jujur seorang penyusun buku ”Hakikat IM” yang ditulis oleh Gaza, Jum’at, 1 Juni 2007 yang saya ambil dari http://www.mail-archive.com/manhaj-salaf@yahoogroups.com/msg00346.html
Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh,
Saudaraku, di bawah ini saya tampilkan pernyataan Akhi Anwar Shiddiq, dia pernah menyusun buku judulnya ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”, tetapi setelah berjalan waktu dia menyesal dan ingin menarik buku itu. Akhi Anwar nitip supaya bisa memakai forum MyQuran buat menampilkan surat terbuka. Beliau tak melayani debat di forum, tapi mau terima e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Berikut ini pernyataan Akhi Anwar Shiddiq:
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: ”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135).
Ikhwan fillah rahimahullah, semoga allah SWT senantiasa merahmatimu, menganugerahkan ilmu bermanfaat, menunjuki dengan hidayah, menguatkan dengan taufiq untuk berbuat kebaikan amal, lahir dan batin. Amin ya Rabbal ’alamin.
Melalui forum yang mulia ini perkenankan ana (Anwar Shiddiq) menyampaikan sebuat pengalaman penting yang ana alami sendir saat berinteraksi dengan ikhwan-ikhwan Salafi yang akhir-akhir ini sering disebut Salafi Yamani (meminjam istilah Ustadz tertentu). Maksud dari penuturan ini yakni agar ana bisa memohon maaf atas kesalahan yang pernah ana lakukan saat ana mendapat pengaruh yang sangat kuat dari pemikiran Salafi Yamani itu. Secara khusus permohonan maaf ini ana tujukan kepada saudara-saudaraku dari Ikhwanul Muslimin (IM) di Indonesia, khususnya yang sudah membaca buku yang ana susun.
Di bawah ini penuturan ana:
”Ana dulu beramal jama’i bersama Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin/IM) selama bertahun-tahun. Suatu saat ana putuskan mundur dari IM secara baik-baik, yakni maksudnya ana mundur karena kesadaran sendiri, tidak dipaksa-paksa atau diprovokasi. Ana sudah bertekad, meskipun tidak lagi bersama Tarbiyah (IM) ana akan tetap menjalin hubungan baik dengan mereka. Hal ini ana tempuh, sebab ana tahu Ustadz Jakfar Talib, seorang pemimpin Salafi di Indonesia, tadinya dia ikut IM juga, tapi setelah jadi Salafi, dia sangat membenci IM setengah mati. Ana tidak mau seperti itu, ana mau jadi diri sendiri, tidak terpengarus orang lain. Ana merasakan sendiri di IM itu tidak sedikit kekurangan-kekurangan, tapi ana juga tidak pungkiri di sana ada kebaikan-kebaikannya, maka itu ana ingin sikap proporsional saja, tidak berlebih-lebihan seperti sikap Ustadz Jakfar Talib itu.
Sayang seribu sayang, sikap baik ana ini pelan-pelan berubah saat ana mulai mengambil pemikiran-pemikiran dari Salafi Yamani. Ana membaca majalah Asy-Syariah, ana mendengar kaset ceramah Ustadz Muhammad Sewed, ana bergaul dengan mantan Laskar Jihad (LJ), ana mengikuti berita-berita seputar dakwah Salafi, ana berteman dengan pengikut Salafi Yamani, ana membuka situs www.salafy.or.id, dan apa-apa yang bisa ana peroleh.
Sikap ana yang dulunya baik ke temen-temen IM berubah jadi kebencian dan rasa muak. Ana seperti orang yang mengalami ”Cuci Otak”, pendirian santun ana dulu saat baru keluar dari IM seperti tidak berbekas. Ana dulunya benci sama sikap keras Ustadz Jakfar Talib, tapi ana akhirnya ikut terseret juga ke sikap semacam itu.
Bila dilukiskan, majlis-majlis ilmu yang berhubungan dengan Salafi Yamani itu seperti kobaran api. Siapa saja yang ada di dekatnya akan merasa kepanasan, atau menularkan panas ke orang lain. Ana merasakan pengaruh ini ke diri ana sendiri, yang tadinya baik-baik saja jadi timbul kebencian ke orang lain.
Selama interaksi dengan pengikut Salafi Yamani, yang dibicarakannya tahdzir ahli bid’ah, hajr, firqah sesat, bantahan, celaan, dsb. Apalagi kalau mereka sudah angkat bicara soal Sururiyah atau kesesatan tokoh-tokoh IM, panas sekali suasana yang terbentuk. Orang yang semacam ana ini tidak sedikit di tempat-tempat lain.
Kebencian ana ke IM semakin besar saat seprang ikhwan Salafi itu menyodorkan sebuah buku berjudul ”AL IKHWAN AL MUSLIMUN, Anugerah Allah yang Terzalimi”. Buku ini karangan Ustadz Farid Nu’man, penerbitnya Pustaka Nauka dari Kukusan Depok. Sebetulnya buku ini diberikan atas rekomendasi aktivis PKS juga, biar orang-orang Salafi mau membacanya, termasuk ana di dalamnya. Sehabih membaca buku itu ana malah semakin tidak simpati ke IM. Selain memberi rekomendasi, aktivis PKS itu juga melontarkan kritikan-kritikan tidak sedap ke Salafi, sehingga semakin bulat hari ana untuk menyusun sebuah bantahan.
Ana kumpulkan saja buku-buku, tulisan-tulisan yang mengupas penyimpangan IM, lalu ana ambil materi dari sana-sini (istilahnya ’menjahit materi’). Ana tambahkan disitu komentar-komentar ana, sampai jadilah sebuah buku berjudul, ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”. Selanjutnya buku itu diedarkan secara terbatas di bawh UISP (milik kami sendir). Sudah tentu aktivis PKS yang mengkritik kami itu, kami sodori buku itu juga. Jujur saja, kalau tidak diprovokasi oleh sikap aktivis itu mungkin buku tersebut tidak pernah disusun.
Sesudah waktu berjalan cukup lama, sesudah ana baca-baca buku, tulisan-tulisan, ana diskusi-diskusi, akhirnya ana putuskan untuk membersihkan diri dari pemikiran-pemikiran ”Salafi ekstrem” yang telah bercokol dipikiran ana. Ana tidak mau ketempatan sesuatu yang bisa merusak diri sndiri. Kalau ingat keadaan seperti ini rasanya ana ingin kembali ke situasi dulu saat baru keluar dari IM secara baik-baik. Dulu ana bisa tersenyum saat bertemu teman-teman IM, tapi sekarag ini sulit. Ana sepertinya sudah terjerumus ke sebuah permusuhan keras. Saat ana baca kembali buku ’jahitan’ itu, ana sedih bukan main. Kenapa ana sampai menulis kalimat-kalimat kasar, emosional, menzhalimi saudara sendiri? Padahal tekad ana semula tidak begini. Ya Rabbi, ana memohon ampunan kepada-Mu atas kesalahan-kesalahan ana. Hamba-Mu ini dhaif, sedangkan Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Ampuni ana Rabbi. Amin. Sekian penuturan dari ana.
Selanjutnya melalui forum yang mulia ini ana ingin menyatakan:
Satu, ana bertaubat kepada Allah Yang Maha Pengampun atas kesalahan-kesalahan ana dengan menyusun buku ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)”.
Dua, Ana memohon maaf kepada seluruh jajaran Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin) di Indonesia, baik pengurus, anggota, atau simpatisannya, atas tersebarnya buku ”Hakikat Ikhwanul Muslimin (IM)” di atas, terutama atas kalimat-kalimat tidak adil yang termuat di dalamnya.
Tiga, secara terbuka ana cabut buku tersebut di atas, sebab resiko mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Ana menyatakan buku itu tidak sah lagi dan tidak boleh diedarkan atas nama siapa pun.
Empat, ana tetap mengakui adanya kelebihan dan kekurangan pada diri setiap muslim atau kelompok Islam. Namun hendaknya kita bersikap proporsional, yakni tidak memutlakkan kebaikan atasnya dan juga tidak memutlakkan keburukan baginya. Setiap muslim memiliki kelebihan-kekurangan tertentu. Kita harus bersikap adil sebab Allah mencintai orang orang-orang yang adil. (QS. AL-Maidah: 42, Al-Hujurat :9, A Mumtahanah.
Lima, ana nasehatkan kepada ikhwan-akhwat yang sedang belajar ilmu-ilmu keislaman agar berhati-hati dari sikap ekstrem (berlebih-lebihan) dalam segala wujudnya. Kalau diperngaruh-pengaruhi agar bersikap ekstrem, tinggalkan saja sebab doktrin semacam itu akibatnya cuma kerugian saja. Ingatlah selalu sabda Nabi saw dalam haditsnya, ”Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak akan pernah seseorang menyulit-nyulitkan perkara agama ini, melainkan ia akan dikalahkan.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra). Sekian pernyataan ana.
Pernyataan di atas ana sampaikan apa adanya, secara ikhlas, tidak ada paksaan atau tekanan. Buat sahabat-sahabat yang mendapatkan manfaat dari pernyataan ini, mohon doa antum semua agar Allah selalu membimbing ana (dan antum smua) buat menetapi jalan yang diridhai-Nya. Amin ya Rabbal ’alamin. Buat ikhwan-akhwat yang keberatan, tidak setuju, atau kecewa atas pernyataan ini, silakan antum mengirim ke [EMAIL PROTECTED] This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it Ana akan usahakan menjawab surat-surat antum, yakni surat-surat yang layak dijawab. Siapa saja yang mau beri masukan, kritik, atau kecaman (mungkin), silakan juga menulis ke e-mail di atas.
Akhirnya ana berdoa kepada Allah, ”Ya Rabbana, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf:23).
Ya Rabbi, ana memohon ampunan dan rakhmat dari-Mu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya akhir jaman. Aminya Rabbal ’alamin.
MyQuran, 5 Agustus 2006
Al faqir ila Rabbi
Anwar Shiddiq
Sumber:http://www.mail-archive.com/manhaj-salaf@yahoogroups.com/msg00346.html
Subhanallah, sebuah studi kasus yang wajib kita jadikan ibrah. Article ini bukan dimaksudkan untuk menjauhkan umat dari dakwah Salafi, tapi hanyalah sebuah warning buat kita semua untuk menjauhi siapapun tanpa terkecuali, apakah mereka seorang yang bermanhaj Salafi, IM, JT, HT, NU, Muhammadiyah whatever you say. Manhaj adalah sarana dan kita tidak berhak menilai seluruh dari jamaah manhaj tertentu memiliki karakter yang sama hanya dengan melihat satu figur tertentu yang berbuat salah. Selama apa yang mereka lakukan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah dan membumi dengan fitrah manusia tentunya, maka wajiblah untuk kita perhatikan dengan arif dan bijak. Contohnya Salafi, ada yang Yamani, ada yang haroki, ada yang salafi Ihya’ ut Thuratsnya Abdurahman Abdul Khalik, ada salafi al-Sofwah dan al-Haramainnya Muhammad Khalaf dan Yazid Jawwas, ada salafi Muhammad Umar as-Sewed dan lain-lain. Pasti diantara mereka ada salafi yang paling salaf as-Shaleh. Begitu juga dengan salafinya kang Anto dan Abu Salma, entah mereka masuk yang mana. Apakah mimpi dapat bermajlis dengan kelompok yang sungguh-sungguh salaf as-Shaleh itu bisa menjadi kenyataan? Amin ya Rabb…
Yup! Article ini juga mengingatkan saya dengan sahabat tercinta saya Abu Qatadah Al-Depoki (baca latar belakang dengan judul Kronologis di blog saya ini), dia juga berubah menjadi seseorang yang berkarakter terbalik (negatif) dengan karakternya saat dia masih di IM. Tapi alhamdulillah, kini dia telah kembali dengan karakter positifnya, I don’t know, apakah dia masih bermanhaj Salafi dan mendapatkan salafi yang salaf as-shaleh? atau telah kembali bermanhaj IM? atau justru tidak bermanhaj sama sekali? I don’t care about it. Apa yang dia baca? Apa yang dia fikirkan? Kisah apa yang terjadi dengannya? I don’t care! I don’t care! I don’t care! Yang saya perdulikan adalah dia tetap menjadi dirinya yang berkarakter positif, tawadhu dan selalu berinstrospeksi diri untuk menjadi muslim teladan. Dan kita pun harus berusaha seperti itu.
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: ”Allah tidak mengutus seorang Nabi dan khalifah yang menggantikannya, melainkan ada dua orang yang sangat dekat dengannya, yang satu menganjurkan agar selalu berbuat baik, dan yang lain menganjurkan untuk selalu berbuat kejahatan. Dan orang yang maksum adalah yang dijaga oleh Allah.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwasanya Rasulullah bersabda: ”Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia suka akan kelembutan. Allah akan memberikan balasan dari kelembutan yang tidak diberikan ke atas sikap keras dan kasar serta selainnya” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmizi, Ahmad)
Untuk akhi Anwar Shiddiq, saya ingin bisa berdiskusi dengan anda dan mengambil hikmah kebaikan yang terjadi atas kisah anda. Tapi sayang, e-mailnya tidak dapat ditembus, mungkin sudah expire karena sudah terlalu lama atau mungkin terkena spam oleh orang-orang yang tidak ridha ini terjadi, yang pasti saya perduli dengan apa yang terjadi dengan anda sekarang, agar bisa dijadikan pelajaran oleh kita semua. Dugaan saya, mungkin anda telah mendapatkan Salafi yang bermanhaj Salaf as-Shaleh bukan Salaf as-’SALAH’, atau justru tidak bermanhaj sama sekali, yang penting Islam! Tok!? I don’t know???? Walllahu’alam bishawab.
Perubahan karakter teman tercinta saya bisa kamu baca di KRONOLOGIS !
25 responses to “Taubatnya Seorang Salafy Yamani ‘JUT’”
anas fauzi rakhman
Oktober 24th, 2007 pukul 11:47
Bismillahirrohmanirrohim,
Menarik juga….
Betul bahwasanya sikap jelek/berlebihan bisa menimpa siapa saja.
Jadi pengin baca bukunya….(penasaran)
Sikap ekstrim mmg bukan sifat Salafy,
ana juga Salafy dan alhamdulillah masih condong ke manhaj Salafy.
Mungkin berbeda dengan akh Anwa Shiddiq, ana kurang suka dengan perselisihan. Menurut ana ketika ta’lim hanya 20% yang membahas tentang celaan2 kebanyakan adalah tauhid, fiqih, dan hadits. Memang hal ini tergantung dari si Mad’u sendiri, kalau yang senang dengan kontroversi pasti akan banyak didapatinya, tapi yang membuat saya tertarik adalah ilmu fiqih dan tauhidnya.
Waktu SMA saya aktif di Tarbiyah, membaca buku2 biografi Hasan Al Banna. Perkenalan saya dengan Salafy adalah ketika ada perbedaan dalam masalah adzan di kampung saya. Saya merasa sedikit sekali ilmu-nya dan akhirnya tertarik ngaji Salafy.
Salafy bukanlah harus ikuti ustadz siapa, ustadz yang ini, ustadz yang itu. Salafy adalah metode dakwah yang maksum (bebas dari salah). Loh kok bisa? Coba kita artikan= salafy: mengkikuti Islam dengan pemahaman salafush sholih.
Mau memberikan sedikit masukan buat saudara sekalian yang tertarik dengan manhaj salaf. Belajarlah, sibukkan dengan ilmu, banyak beramal, sedikit tapi sunnah lebih baik daripada banyak tapi tdk sesuai sunnah. Ketika anda merasa Salafy itu ekstrim belajar kepada beberapa orang ustadz, disana kalian akan mendapat hikmah bahwa Salafy itu lembut, kasih sayang, toleransi, dll.
Barokallohu fiikum
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Setuju banget atas komentar antum ini. Tergantung mad’unya. Kalau paradigmanya positif dan baik maka hasilnya akan baik. Dan sebaliknya, kalau paradigmanya negatif dan jelek maka hasilnya juga akan jelek. Maka dicarilah kekurangan, kesalahan, keburukan dan hal-hal lainnya yang tidak baik untuk diekspos ke khalayak untuk ditahzir, itulah kesalahannya.
Mengenai pembahasan tentang celaan, ana malah gak pernah dapetin di Liqaan ana. Justru baru sekarang pembahasannya dan itupun karena ana. Dan kita gak bahas mengenai kejelekan Salafy tapi pembahasan kenapa orang-orang yang mengaku-aku Salafy berbuat seperti itu terhadap manhaj di luar jamaahnya. Kemudian kita bahas positif dan negatif dari sikap seperti itu dan pengaruhnya terhadap diri pribadi kita. Membahas dalil-dalil yang menjadi acuan kenapa para pengaku-aku Salafy melakukannya dan membandingkan dengan dalil-dalil lain yang sebenarnya bertolakbelakang. Oh ya, ana juga pernah tanggapi salah satu article yang dibuat oleh blog Salafy dengan dalil-dalil yang sepertinya bertentangan. Tapi komentar ana malah nggak ditampilin. Dan setelah beberapa lama ana cek lagi, malah article tersebut dihapus dari blognya. Wallahu’alam apa alasannya?
Kita juga harus mengerti loch mas, kenapa dia bisa berparadigma negatif seperti itu. Mungkin dia terpengaruh dengan pandangan orang-orang terdekatnya (misal ustadznya) atau buku yang dia baca. Dan sudah selayaknya sahabatnya yang memiliki karakter positif segera mengingatkannya agar dia tidak semakin jauh terjerumus kepada sikap ghuluw terhadap manhajnya.
Maaf ni mas, setelah membaca beberapa article, blog dan buku Salafy contohnya “Jadilah Salafy Sejatinya Syaikh Dr. Abdussalam bin Salim as-Suhaimi, “, ana melihat ada pembahasan yang sepertinya itu merupakan ‘doktrin’ yang tidak baik yang menjadikan salah tafsir bagi pembacanya khususnya orang-orang Salafy sendiri. Salah satunya sebagai satu-satunya Firqatun Najiyah dan Thaifah Al-Mansyurah. Makanya timbul hal-hal negatif seperti yang telah kita lihat sekarang.
Awal, jujur ana terpengaruh juga, tapi setelah ana mempelajarinya dari dua sisi yang saling bertolak belakang mengenai Salafy maupun manhaj IM, dan dapatin fatwa-fatwa Kibarul Ulama yang ana tampilin di kategori Fatwa2 Ulama (tetapi tidak ditampilkan oleh blog-blog para pengaku-aku Salafy) dan baca bukunya Salman Al-Audah yang berjudul Thaifah Al-Mansyurah. Paradigma ana berubah seperti pengakuan ana di Latar Belakang.
Untuk buku-buku Biografi Hasan al-Bana yang antum baca ana nggak tau harus komentar untung atau rugi. Karena ana sendiri justru baru baca setelah 10 tahun terlibat di IM, dan itupun karena pandangan-pandangan negatif orang-orang yang mengaku-aku Salafy yang bikin ana penasaran. Ternyata tergantung lagi paradigma pembacanya, ana malah menjadi kagum luar biasa terhadap mereka.
Wallahu’alam.
muslim
Oktober 27th, 2007 pukul 13:28
bismillaahirrahmaanirrahiim
perlu diketahui dan dipahami bersama bahwasanya Islam itu adalah satu
bahwa satu yang tidak boleh berbeda adalah pada masalah ‘aqidah, yang sifatnya pasti, tanpa keragu-raguan, tanpa ada prasangka, tanpa diikuti sikap2 seperti ahlul kalam yang banyak menyibukkan diri dengan pemikiran2 berdasar akal
bahwa perbedaan yang dibolehkan dalam umat adalah perbedaan dalam hal di luar ‘aqidah, oleh karena itu sufi, syi’ah, asy’ariyah, ahmadiyah, serta kelompok serupa lainnya -la’natullah- adalah bukanlah Islam, batal keislamannya
bahwa bermahzab itu bukanlah suatu keburukan -sebagaimana yang kadang disikapi berlebihan oleh sebagian ikhwan/akhwat yang mengaku salafi- tetapi bertaklid secara penuh termasuk mengikuti sebagian fiqh mahzab yang jelas2 tidak sesuai ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam -melalui hadistnya yang shahih- serta melalui istimbath yang salah, itu juga adalah suatu kesalahan yang perlu diperbaiki, karena seluruh imam yang empat sendiri telah menyatakan untuk meninggalkan fatwa mereka apabila bertentangan dengan As-Sunnah. selain itu bermahzab juga diperlukan dalam proses belajar agar kita dapat memahami metode-metode para ulama dalam beristimbath (memahami kaidah-kaidah ushul fiqh)
bahwa Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita mengenai zaman fitnah, dimana ketika datangnya kita diperintahkan untuk menjauhi semua kelompok (hizbi) dan mempelajari dengan sungguh-sungguh serta berpegang kepadanya Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta tidak membangkang kepada pemerintah (‘umara) -bahkan meskipun dia seorang budak/derajat sosialnya rendah-
bahwa yang dinamakan Al-Jama’ah adalah “apa-apa yang Aku (Rasulullah) dan para sahabatku berada di atasnya”, dan karena nash hadits tersebut telah jelas maka tidak halal bagi kita untuk menakwilnya.
dari Jabir bin Abdillah yang panjang, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sungguh aku telah tinggalkan kepada kalian, yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabullah (Al Qur’an)” .
Irbadl bin Sariyah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: ‘Aku wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun yang memimpin seorang budak Habsyi. Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Ar-Rosyidin mendapatkan petunjuk ),gigitlah dengan gigi geraham, dan berhati-hatilah kalian
dengan perkara yang baru (dalam agama) karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”
dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Setiap amalan mempunyai masa semangat dalam mengamalkannya, dan setiap masa semangat ada masa lelah. Barang siapa lelahnya diatas sunnahku (dalam rangka menjalankan sunnah) maka dia sesungguhnya telah mendapatkan petunjuk (terbimbing). Barang siapa lelahnya tidak di atas sunnah (dalam rangka menjalankan amal tidak di atas sunnah) maka dia sesungguhnya telah binasa” .
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ana setuju atas komentar antum di atas. Tetapi banyak dari kita yang memang benar-benar tidak menggunakan akalnya untuk meneliti sesuatu dan bersikap secara proporsional. Asal tahdzir tanpa peduli alasan kenapa harus ditahdzir. Itulah kesalahan yang utama yang sebenarnya adalah buah dari taklid karena memiliki karakter pemalas untuk mensyukuri nikmat akal yang Allah anugerahkan buat manusia.
Apakah akhi sudah meneliti apa yang menjadi kesesatan faham-faham yang akhi sebutkan di atas secara detail, bukan hanya dari satu pendapat, atau satu buku? Sehingga akhi meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa pemahaman-pemahaman tersebut wajib dicela dan ditahdzir?
Apakah akhi tidak khawatir Allah meminta pertanggungjawaban akhi atas ghibah atau bahkan fitnah yang telah akhi keluarkan terhadap mereka (ini hanya sebuah contoh loch). Bagaimana kalau orang-orang yang dighibahi bahkan difitnah tersebut tidak terbukti dan tidak ikhlas kemudian meminta amal baik akhi di akhirat kelak, apa tidak rugi?
Tapi, kalau akhi telah yakin, dan bukan karena pengaruh orang-orang di dekat akhi, seperti yang akhi Anwar Sidiq alami, yup, let’s do it. Dan harus berani ambil resikonya. Allah itu Maha Membulak-balikan hati loch, karena itu jangan bersikap terlalu berlebihan, mungkin saja Allah tidak ridha dengan apa yang kita lakukan sehingga kita malah menjadi apa yang tidak kita inginkan. Karena sikap ceroboh dan tidak mau tabayun dalam mensikapi sesuatu. Wallahu’alam.
muslim
Oktober 27th, 2007 pukul 13:36
bismillahirrahmaanirrahiim
berdasarkan informasi yang saya ketahui, bahwasanya tahdzir keras para ulama terhadap Hasan Al-Banna adalah karena sikap beliau yang menyimpang dari ‘aqidah ahlus sunnah, yaitu masuk kepada salah satu tarekat Sufi, dimana apabila seseorang telah salah ‘aqidahnya maka hal itu memberikan konsekuensi batalnya keIslamannya, hapusnya semua amalannya, dan tidak layak menjadi panutan umat.
sebagai wujud sikap wara’ wal bara’ maka memang wajib bagi setiap mukmin untuk menjauhi orang semacam itu, tetapi untuk ahlul bid’ah yang kebid’ahannya tidak membatalkan keislaman maka tidak boleh sembarangan untuk di-hajr (boikot) karena dalil yang melarang kita untuk meng-hajr seorang mulim jauh lebih banyak jumlahnya.
IM mungkin tidak buruk, tetapi karena IM sendiri adalah produk seorang tokoh yang ber’aqidah Sufi, maka sangat tidak disarankan untuk belajar ilmu agama pada mereka. ahlul bid’ah saja tidak boleh diambil ilmunya, apalagi orang yang telah keluar dari Islam?
wallahu ‘alam
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Komentar Akhi tentang “berdasarkan informasi yang saya ketahui”, menurut Ana adalah bukti bahwa Akhi tidak teliti, ceroboh, terlalu tergesa-gesa dan tidak memiliki sifat tabayun dalam menyikapi sesuatu yang antum terima. Dan sayangnya sebagian besar dari akhi dan orang-orang yang semanhaj dengan akhi memiliki sifat serupa seperti itu.
InsyaAllah, Ana akan membuat article seputar tarekat sufi dan tasawuf. Untuk sementara Ana akan kutipkan sebagian isi dari memoar Al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna yang ditulis sebelum beliau ditembaki oleh pengusaha zalim tahun 1949 dan diterbitkan tahun 1979 dengan buku berjudul Mudzakkiratud Da’wah wad Da’iyah, mungkin akhi belum lahir saat beliau menulisnya:
“Dari fenomena ini (menikmati kelezatan dan anugerah kenikmatan dunia secara berlebihan, tidak zuhud terhadap kesenangan duniawi yang fana, melupakan diri dari kenikmatan kampung akhirat yang kekal lagi sempurna) lahirlah format keilmuan, sebagaimana disiplin ilmu-ilmu keislaman lainnya. Terbangunlah suatu disiplin ilmu yang mengatur tingkah laku manusia dan melukiskan jalan kehidupannya yang spesifik. Tahapan-tahapan jalan itu adalah dzikir, ibadah, dan ma’rifatullah. Sedangkan hasil akhirnya adalah surga dan keridhaan-Nya.
Itulah ilmu tasawuf, yang saya namakan “Ulum At-Tarbiyah wa As-Suluk” (Ilmu Pembinaan dan Perilaku).
Ternyata fikrah dakwah tasawuf tidak hanya berhenti sampai batas ilmu suluk dan tarbiyah. Kalau saja ia berhenti pada batas ini tentu saja membawa kebaikan baginya dan bagi umat manusia seluruhnya. Sayangnya, setelah abad-abad pertama berlalu, tasawuf berkembang melampaui wilayahnya. Ia sampai pada batas memberi kebebasan liar kepada dzauq (cita rasa nafsu) dan wajd (intuisi), disamping mencampuradukkannya dengan ilmu-ilmu filsafat, manthiq (logika), serta warisan cara berpikir umat terdahulu. Akhirnya, agama tercampur oleh sesuatu yang bukan berasal darinya. Terbukalah lubang-lubang yang cukup lebar bagi masuknya perilaku zindiq, atheis, atau orang yang rusak pendapat maupun akidahnya, dengan atas nama tasawuf dan zuhud. Dengan demikian, segala hal yang ditulis atau dikatakan orang tentang masalah ini harus benar-benar menjadi perhatian dan pelajaran yang mendalam bagi para pemerhati agama Allah, juga bagi siapa saja yang ingin menjaga kebersihan dan kesucian agama ini.”
Untuk Akhina Muslim, mohon lihat paragraph ketiga dari tulisan berhuruf tebal di atas. Ana kasih bantuan berupa pertanyaan, khawatir Akhina tidak bisa memahaminya:
1. Menurut Akhi isi paragraph ketiga itu merupakan penilaian dan kritikan dari Hasan Al-Banna atau bukan?
2. Dapatkah Akhi pahami kalimat ini : Kalau saja ia berhenti pada batas ini (Ilmu Pembinaan dan Perilaku) tentu saja membawa kebaikan baginya dan bagi umat manusia seluruhnya? Apakah akhi paham maksud dari kalimat ini?
3. Menurut Akhi kalimat : Sayangnya, setelah abad-abad pertama berlalu, tasawuf berkembang melampaui wilayahnya. Itu berupa kalimat penyesalan Hasan Al-Bana terhadap tarekat tasawuf/sufiyah atau sebuah pujian?
4. Menurut Akhi kalimat : Dengan demikian, segala hal yang ditulis atau dikatakan orang tentang masalah ini harus benar-benar menjadi perhatian dan pelajaran yang mendalam bagi para pemerhati agama Allah, juga bagi siapa saja yang ingin menjaga kebersihan dan kesucian agama ini. Itu berupa nasihat dan masukan yang perlu menjadi perhatian dan pelajaran dari Hasan Al-Banna atau apa?
5. Menurut Akhi, apakah seseorang yang telah memberikan kritik dan masukan seperti contoh di atas, dia masih berada dalam tarekat tersebut atau tidak?
Atas paragraph yang merupakan tulisan asli Hasan al-Banna di atas dan beberapa pertanyaan bantuan dari Ana untuk Akhi, apakah Akhi sekarang sudah bisa menyimpulkan Hasan Al-Banna itu berpaham Sufi atau bukan?
Satu lagi Akhi Muslim, dalam komentar, Akhi menyebutkan bahwa Hasan al-Banna berakidah sufiyah, sepertinya Akhi kurang teliti lagi, berikut ana jelaskan sedikit mengenai fikrah IM :
Da’wah Salafiyah: karena mereka menyeru kembali kepada sumber Ilmu secara murni, yaitu dari kitabullah & sunah rasul-Nya
Tariqat Suniyah: karena mereka mempraktekkan sunnah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam masalah aqidah, ibadah dsb
Hakikat sufiyah: karena mereka mengetahui bahwa pondasi kebaikan adalah kebersihan jiwa, kesucian hati, dan membiasakan diri untuk beramal, berpaling dari makhluk, dan mencintai karena Allah, serta terikat dengan kebaikan.
Jadi yang sufiyah itu bukan akidahnya tetapi hakikatnya. Kalau akhi baca biografinya, ayah beliau adalah seorang tukang jam yang berpaham salaf dan suka membaca buku-bukunya Muhammad bin Abdul Wahab. Dari beliaulah Hasan al-Banna berakidah salaf dan menjadikan dakwah salafiyah sebagai salah satu dari fikrah IM.
Hanya Allahlah yang menganugerahkan akal untuk orang-orang yang mau mempergunakan akalnya.
Apakah akhi sungguh telah benar-benar meneliti seluruhnya, atau akhi hanyalah taklid? Apakah akhi tahu konsekuensi tuduhan terhadap seseorang yang terbukti adalah ghibah dan tuduhan terhadap seseorang yang tidak terbukti adalah fitnah. Apakah akhi tahu hukuman dari dosa-dosa tersebut? Wallahu’alam bisawab, semoga jadi renungan kita bersama dalam bersikap dan mengeleluarkan pernyataan yang justru akan semakin membuka kejahilan kita dalam beragama. Barrakallahu fiikum.
oke
Oktober 30th, 2007 pukul 04:35
Bukune kaya apa sih ? Jangan sampai yang memuji ataupun yang mencela tobatnya dia salah menilai karena orang yang jelek biasanya akan berpindah kepada yang lebih jelek(dlm beragama).
Maaf aku perlu bukunya….bisa tolong ..?
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Meneketehe bung Oke! Kan bukunya cuma fotocopian, tidak di cetak oleh penerbit. Dan diedarkan terbatas seperti apa yang diceritakan. Jadi susah lach. Lagian kalo ente sampe mati-matian ngedapatinnya, sama aja ente melalaikan amanah Akhi Anwar Sidiq. Kalo penasaran mengenai kesesatan Ikhwanul Muslimin, ente searching aja, banyak kok orang-orang yang mengaku salafy yang buat articlenya bahkan bisa download ebooknya lagi. Tapi inget Allah Maha Membulak-balikan hati loch.
MasyaAllah, bisa juga sih apa yang ente omongin. Selamat dari mulut Harimau masuk mulut Buaya, tapi ana berdo’a semoga Akhi Anwar Sidiq mendapatkan manhaj Salaf as-Shaleh bukan salafy yang as-SALAH.
Abu Tilmidz
November 6th, 2007 pukul 06:43
Assalamualaikum. Mampir lagi ke tempat saudaraku ini yang bisa membuatku menangis.
Membaca artikel ini kasihan orang-orang yang seperti ini. Mereka terombang ambing. itu semua karena manhaj yang yang mereka miliki tidak kokoh. Dia perlu belajar tentang manhaj salaf secara mendetail. Dia juga perlu belajar manhaj Firqoh IM secara mendetail. Hal ini bisa juga disebabkan seorang dai salafy yang tidak paham karakter mad’unya, semua disama ratakan padahal mungkin saja ada yg baru ngaji salaf dan belum siap.
Makanya seorang dai harus memiliki adab dan akhlak yang baik seperti adab dan akhlak salafus shalih. Ada rinciannya dalam menyikapi pelaku bid’ah. Jangan semua dianggap ahlul bid’ah. Ada yang melakukan bid’ah karena tidak tahu bahwa itu salah, makanya dikasih pengertian dengan baik-baik. Namun bukan berarti mendiamkan bahkan ikut serta seperti IM di sana senang di sini senang. Pengetahuannya untuk dirinya sendiri karena takut memberitahu bahwa itu salah dgn alasan menjaga persatuan. Yaahhh semuanya perlu ilmu. Semoga kita semua bisa mencontoh As Salafus Shalih baik dalam aqidah, dakwah, dan juga akhlak serta adab.
Allah Ta’ala berfirman : “Dan kebaikan itu tidak sama dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushshilat : 34-35)
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
………..[no reply comment]………
pak muh
November 8th, 2007 pukul 06:56
mas numpang tanya …
ini aliran salafy – PKS ya..
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, ana telah lebih dari tujuh kali tersenyum lantaran pertanyaan Pak Muh ini. Salafy terdengar begitu serem bagi ana tapi kalo disebut aliran PKS yang bermanhaj Salafus Shalih boleh juga tuh. Tapi emang ada ya? Nanti malah terkena apa yang dimaksud hadist tentang ‘Iftiraq’ lagi. Coba bapak searching tentang Karakteristik IM, insyaAllah nanti bapak akan lihat benang merahnya. Atau nanti kalau ada kesempatan ana coba buat article mengenai hal tersebut. Terakhir mungkin bisa diresapi nasihat berikut ini:
Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (Al-Hujurat:10)
Dari Anas ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kalian sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Abu Musa ra,ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu bagian dengan bagian yang lain saling mengokohkan.” Sambil memperagakan dengan menyusupkan jari-jemarinya. (HR. Bukhari Muslim)
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesama muslim itu bersaudara. Karena itu, jangan menganiaya dan mendiamkannya. Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan di hari kiamat. Dan siapa saja yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim)
Wallahu Ta’ala A’lam wa Barrakallahu fiikum.
pak muh
November 10th, 2007 pukul 05:20
Quote:
” …. Salafy terdengar begitu serem bagi ana tapi kalo disebut aliran PKS yang bermanhaj Salafus Shalih boleh juga tuh. …”
=========================================
cuma memastikan saja kok mas …
lebih jelasnya gitu lho …
kadang-kadang sesuatu itu memang nampaknya serupa padahal kalau diteliti secara mendalam hakekatnya tidaklah sama.
oo.. ya.. jadi tahu.., PKS
btw, terima kasih jawabannya
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Untuk lebih jelasnya, saya sarankan anda membaca halaman Latar Belakang kenapa saya membuat blog ini. Even anda mengira saya Surruriyunpun tidak apa-apa kok, yang penting tidak menjadi ekstrem dan justru malah membuat uamt menjauh dari dakwah yang mubarakah. Ada cara dakwah yang lebih baik menurut saya. Btw, terima kasih juga atas kunjungannya.
salafy
November 10th, 2007 pukul 05:29
Assalamu Alaikum…
Manhaj salaf adalah manhaj yang terpelihara dan lebih dekat dengan kebenaran. Namun klaim kita sebagai seorang salafi, tentu membutuhkan pembuktian…
Karena itu bagis saya istilah salafi, salafiyun, atau apapun yang semakna dengan itu adalah sesuatu yang tidak salah.
Yang menjadi salah adalah manakala kita ‘mensucikan diri’ dengan istilah itu. Padahal yang terpenting adalah bagaimana kehidupan salafus shalih itu kita teladani dalam segala aspeknya.
Karenanya jangan tertipu oleh klaim sebagian orang ataupun kelompok yang mengaku sebagai salafi.
Demikian pula pengelompokan secara sepihak atas ulama yang dianggap ulama salafy. Siapapun bisa mengklaim, namun hakikatnya adalah di sisi Allah Subhanahu wa ta’ ala.
Salam kenal buat ikhwah semua. Jangan lupa kunjungi blok saya.
__________
Ibnu Abd Muis, menjawab:
Wa’alikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Ya akhi, antum benar yang terpenting adalah aplikasi di lapangan amal. Coba antum baca https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/10/05/wajib-mengikuti-salaf-bukan-as-salafiyyun/ . Dan sesungguhnya banyak umat yang tertipu. Semoga Allah menunjuki kita orang-orang yang sungguh bermanhaj Salaf ash-shalih. Ana sudah kunjungi blog antum. Barrakallahu fiikum.
Abdullah
November 26th, 2007 pukul 12:41
ini ghibah yg diperbolehkan kah??
Azuma
November 27th, 2007 pukul 08:46
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kebenaran itu datangnya hanya dari ALLAH subhaanawata’ala dan disampaikan melalui lisan Rasul-Nya,lalu mampu dipraktekkan dengan baik oleh para sahabat(sehingga ALLAHpun ridha),dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,tabi’in,tabi’ut tabi’in.Contohlah mereka…ambil ilmu dari mereka,bagaimana mereka bisa diridhai,dijamin posisinya ditempat yang mulia(surga).Lalu bagaimana mungkin kita mau mengambil ilmu dari orang-orang yang secara pemahaman,aqidah,ibadah sangat jauh dari apa-apa yang diamalkan Rasulullah dan generasi terbaik umat ini(yang mana kita diperintahkan beriman sebagaimana mereka(para sahabat) beriman)apalagi membela mereka dengan hawa nafsu(dalam hal ini sufi)yang mana pemahaman tasawwuf belum pernah ada pujian dari ALLAH atau Rasulullah,apalagi jaminan akan posisi orang yang berfaham seperti ini.Sufi menempatkan Rasulullah melebihi posisi beliau sebagai seorang hamba dan Rasul,berdoa kepada Rasulullah langsung dengan alasan manusia itu kotor tidak pantas meminta langsung pada Allah,dari itu mereka meminta kepada orang yang terdekat dengan ALLAH yaitu Rasulullah agar menyampaikan pada ALLAH(ini jelas kesyirikan)lalu…siapa sekarang yang punya sikap berlebihan dalam beragama????lalu akan diamkah kita melihat penyimpangan seperti ini????membiarkan umat terjerumus dalam penyimpangan,tanpa memperingatkan umat???
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Mungkin apa yang antum katakan benar, tapi saya hanya bisa memberikan masukan. Sudahkah anda mengkajinya? Membuktikan kebenaran yang anda dapatkan tersebut dari sumber-sumber rujukan yang direferensikan oleh orang-orang yang pro dan kontra terhadap kebenaran yang anda yakini tersebut? Atau anda hanya cukup melandasi kebenaran tersebut dengan ucapan “Kata ustadz/kyai/syaikh ana, orang ini sesat atau terindikasi sesat karena dia begini atau begitu!” atau hanya membaca sumber-sumber yang kontra terhadap hal tersebut. Kalau ini yang terjadi, saya khawatir anda tidak akan istiqamah dengan kebenaran yang anda yakini sekarang karena anda tidak mengerti esensi dari kebenaran tersebut dan membuktikannya sendiri. Bukankah, di akhirat kelak kita akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya sendiri? Karena masing-masing telah sibuk dengan urusannya. Tidak ada pembela selain amal kebaikan kita ya akhi, inilah yang sesungguhnya yang ana khawatirkan terjadi terhadap diri ana.
Maksud memperingatkan umat dari kesesatan adalah hal yang sangat baik, tapi bagaimana kalau anggapan-anggapan tersebut salah? Dan kita tidak menyadarinya, sekali lagi karena kita tidak tahu letak kesalahannya secara detail tapi hanya global bahkan sepotong-sepotong dari pandangan-pandangan kontra terhadap sesuatu hal.
Barrakallahu fiikum.
Abdullah
Desember 1st, 2007 pukul 14:24
Alhamdulillah… saya sering ikut taklim ahlus sunnah tapi tidak pernah merasa kobaran api disana.. mungkin anda yang menulis bawa korek api ke majelis taklim lalu merokok.. ya memang panas… 😛
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, alhamdulillah kalau majlis antum tidak seperti kobaran api. Tapi maaf, ana sepertinya melihat dari pernyataan-pernyataan antum ada sedikit bara dalam hati antum yang mulai membakar. Sabar ya akhi, blog ana hanya ditujukan untuk orang-orang yang hanya mengaku-aku menisbahkan dirinya kepada Salaf ash-Shalih padahal sesungguhnya mereka adalah Salafy Ekstreem berkarakter Haddadiyyah. Antum tidak merasa termasuk bagian dari mereka khan?
ferryansyah
Desember 7th, 2007 pukul 02:48
Alhamdulillah segala puji bgi ALLAH yn mn tlah melimpahkan rahmatnya kpd kita sehingga kita masih ttp dijlnnya.
saudara2xku marilah kita sama2x menjalankan apa yng sudah di jlnkan oleh rasul dlunya,dimn beliau telah mengajarkan kpd sahabat2x seperti USTMAN ABUBAKAR DLL.dan itu tak pernah berobah sedikitpun dari muka bumi ini.hny sekarang ada orang atau segelincir orang yang menambah2xkan ilmu agama itu sendiri.dazal sdh bermunculan dimuka bumi ini sdh menabarkan ajaran2x sesat dan yng lebih parahnya lgi mengaku dirinya nabi.
jglah keluargamu dari syetan yang terkutuk yang menjelma jdi manusia.
berpegang tegulah dijln ALLAH,SEPERTI KITA MEMEGANG BARA(DIPEGANG TANGAN TERBAKAR,DILEPASKAN TANGPUN SDH TERBAKAR)sy rasa tau msdnya dari tulisan tdi saudara2x
amin amin amin ya rabbal’alamin
aan
Desember 15th, 2007 pukul 08:37
usul ana, sebaiknya antum hilangkan gambar mata yang ada di blog ini, kalo antum belum mengetahui larangannya sebaiknya antum bertanya kepada ahli ilmu, atau baca kitab fat-hul baari tentang masalah ini
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Jazakallahu khair atas sarannya. InsyaAllah, nanti akan ana ganti. Tapi antum sendiri mengetahui tidak, mengenai esensi kenapa gambar makhluk hidup itu dilarang? Kalau tidak salah, avatar orang-orang yang menisbahkan dirinya kepada manhaj salaf [Salafy: red] juga menampilkan gambar makhluk hidup loch. Seperti almaidany.wordpress.com (kalau belum diganti) gambarnya juga sebagian anggota tubuh manusia yaitu orang yang sedang tasyahud.
Whatever, segala sesuatu itu harus diyakini esensinya, biar bisa menjadi pondasi keimanan yang kokoh. Karena konsistensi dalam sesuatu (sunnah contohnya) meskipun ringan jauh lebih baik daripada maksimalisasi keimanan dan keshalihan tapi inkonsisten atau dengan kata lain tidak istiqamah. Barrakallahu fiik.
oke
Desember 30th, 2007 pukul 04:44
Betulkah ANWAR SHIDDIQ= UST.ABDURRAHMANAT-THALIBI PENULIS BUKU DSDB?
KALO BETUL YA, MUNGKIN CERITA DIA MANTAN SEORANG SALAFY YAMANI PERLU DIPERTANYAKAN COBA LIHAT INI OBROLAN TENTANG ANWAR SHIDDIQ
AKU COPASKAN:
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Sorry brur, komentar ente provokatif. Ane punya hak untuk mendelete, mengedit, atau apapun semua komentar yang masuk di blog ane.
hanif007
Januari 18th, 2008 pukul 15:16
yuriidu ay-yuthfi-u nuurallahi bi afwaahihim. wallaahu sydiidun qawiyy.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
😳
Wiwi
Januari 20th, 2008 pukul 06:45
trus akh Ibn Abdul Muis bermanhaj apa ya?
While… Firqotun najiyah (jalan gol yg selamat) itu = ahlus sunnah wal jama’ah = Salafy.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Terserah ukhti aja dech, asal jangan yang ekstrim-ekstrim 😆 Mengenai firqatun najiyah, belum dapat referensi dari yang lain ya? Klik aja yang ini https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/11/05/ternyata-kalian-pun-berhak-menyandang-sebutan-firqah-najiyah/ mudah-mudahan bisa lebih membuka wawasan. Karena sumbernya langsung dari ulama Arab Saudi, meski akhirnya ditahdzir hanya karena sedikit beda pendapat dengan yang ekstrim. ❓
sirbram
Januari 21st, 2008 pukul 07:26
pernyataan anda yang menukilkan pendapat seseorang yang membagi salafy menjadi yamani, turatsi, saudy dll menunjukkan kelihatannya anda ini tidak mengerti “apa itu salaf ?”. karena salaf yaa salaf, tidak ada salaf ini salaf itu.
pengotak-kotakan itu hanya dilakukan oleh orang yang alergi dengan manhaj salaf atau orang2 yang tidak mengerti (jahil) ttg manhaj salaf yang mulia ini. akhi andapun harus objektif, ana khawatir keberadaan antum dulu di manhaj salaf hanya ikut2an sehingga hasilnya ikut2 ekstrim juga sesuai dgn nuansa lingkungan anda, tentu ini jauh dari sikap adil dan ilmiyah dalam menyampaikan pendapat, dan yang sangat disayangkan anda sampai2 berani menulis sebuah buku sementara antum tidak memperhatikan aspek “keadilannya”. kl memang belum cukup kemampuan untuk mentelaah secara objektif tentang salaf dan pandangan2 salaf tentang fenomena harakah islamiyah, maka seharusnya anda tidak berani2 berkomentar, apalagi sampai menulis buku. semoga kita selalu diridloiNya.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Afwan akhi, ana tidak tahu harus bicara apa terhadap antum. Ana sungguh kasihan dengan komentar antum ini. Barakallahu fik.
Tfikk
April 15th, 2008 pukul 15:38
Akhi Ibn Abd Muis, siapa pun antum, jazakallah atas usaha antum di blog ini. Banyak pencerahan yg saya dapat dari sini.
Waluapun masih juga ada kesedihan melihat banyaknya ummat yg seolah2 sering mendebatkan hal2 yg sunnah tapi lupa menjaga ukhuwah yg wajib.
Salafy-Tarbiyah-atau pun apapun, jangan sampai terkotak2.
Padahal musuh2 kita dah merapatkan barisan.
Wassalam
dulu_tarbiyah sekarang_salafy
Juli 4th, 2008 pukul 20:56
coba deh antum posting juga taubatnya orang-orang ihkwani yang sekarang salafi
Setahu saya, banyak ikhwah salafy yang mengenal manhaj salaf bukan sejak kecil dari lingkungan tempat ia dibesarkan, seperti orang-orang NU, tarbiyah dll yang mungkin kenal dari manhajnya semenjak berada di kampungnya, atau dari ortunya, atau dari kakaknya, saudaranya dll. Mereka itu kebanyakan “orang pindahan” dari manhaj lain.
Yang menarik banyak sekali mantan tarbiyah (misal di rohis SMA) yang jadi salafy setelah berada di lingkungan kampus. Kisah ini hampir sama dengan kisah yang saya alami dan sharing dari teman2 kampus saya sesama salafy…
orang awam
November 9th, 2008 pukul 23:35
assalamualaikum
mas saya pernah baca surat al-hujurat ayat 11
trus bgm pendapat mas
trus dalam kisah harun al-rasyid baca deh ttg beliau rahimahullah yang ketika itu diejek sedemikian rupa dalam khotbah khotbah seorang ustadz
coba deh baca trus bgm dengan mas mas yang ngaku salafy
wah2
islam koq jadi kayak gini seh
kayaknya NABI MUSA YANG BEGITU MULIA TIDAK SAMPAI MENCACI MAKI FIR’AUN bahkan disuruh lemah lembut oleh ALLAH
tapi koq ini aneh sesama saudara semuslim aja dah begitu dah gitu yang caci maki masih menuntut ilmu lagi…
belom selefel sama syekh bin baz atau syekh al-albani rahimahullah eh dah berani deh caci maki
bingung deh
wassalam
Evyta
Januari 8th, 2009 pukul 10:44
assalamu’alaikum
Akh, tau ga hadits ini nomor berapa?
Rasulullah saw bersabda: “Sesama muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya dan jangan mendiamkan. Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan sesama muslim, niscaya Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi kejelakan seorang muslim Allah akan menutupi kejelekannya pada hari kiamat.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Ana sedang mencari versih englishnya, cuma ga tau itu hadits no berapa
Ahmad
Januari 21st, 2009 pukul 11:57
Salafi itu di belakangnya adalah MOSSAD, makanya mereka begitu benci kepada orang yang menghujat Israel dengan Yahudinya.
Suwito
Februari 28th, 2009 pukul 10:24
kelihatan penulis ini sengaja memprofokasi sesama kaum Muslimin.
Saat ini yang wajib bagi kita adalah menuntut Ilmu… Hapalan Qur’an & Hadits dah sampe mana…??? Mengenai Salafy aja ngga tau udah mengatakan ini dan itu terhadap salafy….
Intinya..
Salaf tidak memudharatkan dan tidak dapat dimudharatkan…
*kalo inipun Anda tidak mengerti, saya sangat sangsikan niat Anda dalam berislam…
zulmartin Efendi
Oktober 18th, 2009 pukul 15:11
Assmlkm,Allah tuhan ku , Muhammad Rasulku, untk ikhwah semua terlepas dari semua manhaj ,diluar sana yahudi dan Nasrani telah merapat kan barisan,Perekonomian dan pemerintahan hampir dikuasai,tinggalkan dulu perbedaan,tanyakan diri antum ?seberapa besar kontri busi antum dalam dakwah ini,karena dakwah itu universal, kerana berdemo,berdoa ,atau sibuk dengan manhaj tidak akan ada kontri busi real nya tanpa usaha,mari kuasai semua lini dakwah ,baik pemerintahan,maupun sipil/ swasta
amirud
Juli 9th, 2011 pukul 03:54
salafy palsu(wahabi) memang benar benar menghancurkan kaum muslimin ,mareka adalah dajajal(dajal-dajal kecil) yang pada akhirnya mareka pengikut dadjal yang besar yang lahir di kurasan.saat itulah iman kaum muslimin benar-benar di uji oleh ALLAH SWT.hanya tersisa orang yang akidah benar 19000 orang (orang laki-laki 12 rb orang perempuan 7 rb )begitulah disebutkan pada khabar hadis
1 Trackbacks / Pingbacks
salafy haraky vs salafy yamani vs salafy sururi « Kenapa saya keluar dari salafy / salafi /wahaby/wahabi/ darul hadits /wahdah islamiyah? September 12th, 2008 pukul 16:20
[…] Taubatnya Seorang Salafy Yamani ‘JUT’ […]