“Sumpah, Perayaan Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Itu Banyak Bid’ah Sesatnya!?!?”
Oleh Ibn Abd Muis
Setelah lebih dari delapan tahun nggak pernah menghadiri Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, malam Kamis kemarin temen gue yang emang jarang ketemu ngajak untuk menghadiri Maulid di Masjid Fajrul Islamnya KH. Zainuddin MZ di kawasan Radio Dalam Jakarta Selatan.
Nggak niat sama sekali dan sumpah males banget untuk hadir, tapi lantaran yang ngajak temen gue dan kebetulan karena dia nggak begitu perduli dengan agama, gue pun mengiyakan ajakan tersebut. Alhasil karena datangnya agak awal, kita berdua dapat tempat agak di depan dekat panggung acara. Harapan gue ada dampak positif untuk temen gue itu.
Beberapa saat kemudian, tim hadroh atau yang biasa disebut marawis melantunkan lagu-lagu shalawat diiringi dengan tetabuhan dari rebana yang dimainkannya. Jujur saat itu gua ngerasa agak nggak nyaman. Sesekali gue merinding, sesekali gue hanyut, sesekali gue terkesima.
Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya acara dibuka juga. Diawali dengan pembacaan al-Qur’an, sambutan-sambutan dari ketua panitia, Fikri Haikal putra Zainuddin MZ sebagai perwakilan yang punya hajat, kemudian ketua badan musyawarah betawi dan sekwilda DKI yang menggantikan gubernur DKI yang berhalangan lantaran sedang ke Turki. Kemudian acara dilanjutkan dengan pelantunan sirah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sampai akhirnya ketika lantunan mahallul qiyam atau biasa kita kenal dengan shalawat badar dimulai seluruh jama’ah berdiri sambil menengadahkan tangannya seperti sedang berdo’a. MasyaAllah, beberapa orang menangis, sebagian lagi menggeleng-gelengkan kepalanya. Sementara gue cuma bengong, merengut, dan berusaha berfikir.
“Oh my god! Subhanallah! Astaghfirullah!”, cuma itu yang keluar dari bibir gue. It’s amazing, nggak ada yang bisa nyambung dengan akal dan logika gue. Fungsinya apa? Apakah ada maslahatnya? Sesekali gue lihat, ada beberapa orang jamaah yang berusaha berjinjit seperti hendak melihat sesuatu yang ada dibalik barisan jama’ah di depannya. Mungkin beberapa dari mereka ada yang mengira Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam datang. “It’s a stupid baby!!!” Nggak mungkinlah beliau Shallallahu Alaihi Wasallam datang! Cuma orang-orang yang nggak punya akal yang berpikiran seperti itu. Rasulullah datang? Oh, seandainya itu benar-benar terjadi, mungkin gue orang pertama yang kabur dari acara tersebut. Gua berharap hal itu dapat berakhir. Gue bete, gue kesel dan marah! Akhirnya ritual aneh tersebut berakhir juga, setelah mungkin hampir 10-15 menitan.
Ikhwah fillah, ritual di atas biasa dikenal dengan pembacaan barzanji, diba’I atau burdah yang tidak pernah tertinggal bahkan seolah menjadi syarat penting. Ditengah pembacaan barzanji, diba’I atau burdah tersebut ada bacaan yang dikenal dengan mahallul qiyam. Disini, jamaah berdiri dengan alasan menghormatinya karena saat itu diyakini bahwa roh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendatangi mereka. Ini sungguh bid’ah, kurafat dan takhayul yang dimunculkan oleh pemikiran yang bertentangan dan menyalahi al-Qur’an dan Sunnah.
Allah Sunhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka.” (Qs. AnNajm:23)
Setelah semua jama’ah duduk, akhirnya ceramah inti pertama dimulai juga oleh KH. Nur Iskandar SQ. Ceramahnya bagus, tapi sayangnya gue bukan tipe muslim yang suka dengerin thausiyah dengan banyak kelucuan. Kalau sesekali boleh lah, tapi kalo kebanyakan, biasanya esensi dari ceramah tersebut tidak ditangkap oleh umat. Atau kalaupun ditangkap, paling cuma inget lucunya doang tanpa ada tersisa untuk dijadikan masukan perbaikan. Sia-sia menurut gue. Inti dari ceramah itu yang gue tangkep adalah bagaimana kita bisa mengamalkan bismillah dan shalawat nabi sebagai lambang kecintaan kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam. Ada satu yang nggak masuk akal bagi gue saat beliau mengatakan bila kita ingin bisa pergi haji maka amalkan shalawat Jibril selama sepuluh hari berturut-turut. Katanya, insyaAllah hajatnya terkabul. Aku cuma bengong, apakah ada hujjah dalil shahihnya??? Bagaimana bila tidak ada dalil shahihnya? Berapa banyak umat yang akan mengamalkannya? Laa haula walaquwata… semoga saja ada dalil shahihnya sehingga ketaklidan sebagian jama’ah tidak merugikan mereka akhirnya. Tapi untuk aku, tidak akan mengamalkannya sebelum kubuktikan sendiri hujjah dalilnya, even itu dari ulama terkenal atau orang yang dianggap ahli hadits sekalipun.
Allah Sunhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Qs. Al-Isra’:36)
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak didasari oleh agama kami, maka amalannya tertolak.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang membuat-buat ibadah yang bukan merupakan bagian darinya, maka ibadah itu tertolak.” (HR. Bukhari Muslim)
Setelah ceramah inti pertama selesai, sampailah kepada ceramah inti kedua yang diberikan oleh ustadz Arifin Ilham. Jujur sampai dengan saat itu, aku belum pernah hadir dalam majlis dzikirnya atau mendengarkan ceramahnya secara penuh dari awal sampai akhir. Baru kali ini aku melakukannya dan aku cukup kagum dengan metode dakwahnya.
Diawali dengan shalawat nabi khasnya, kemudian beliau menyampaikan thausiyah yang penuh dengan penyadaran akan kematian. Juga hal-hal yang harus kita amalkan sebagai wujud kecintaan kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam. Sayangnya gue nggak bawa catatan seperti biasanya jika menghadiri kajian Islam karena emang nggak niat sama sekali. Gue hanya berharap ada dampak positif buat sahabat lama gue, kali aja bisa tambah taat ghitu….
Berikut adalah hal-hal yang gue inget dari thausiyahnya sebagai wujud kecintaan kita terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
[1] Amalkanlah shalat berjama’ah apapun kondisinya. Kemudian beliau bercerita tentang apa yang dilakukan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam mengenai shalat berjama’ah ini. Mengenai hal ini, insyaAllah, setelah ini akan gue publish article yang berjudul “Hukum Shalat Berjama’ah Itu WAJIB Bukan Sunnah Tau!!!”, yang memang sudah gue buat paginya sebelum ajakan mendadak dari temen gue. Biar nggak kehilangan moment, jadi pengalaman ini aja dulu yang dipublish.
[2] Amalkanlah shalat malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih dari umat ini.
[3] Amalkanlah puasa Senin Kamis. Katanya itu adalah makanan ruhani yang paling nikmat.
[4] Bersedekahlah dalam kondisi apapun.
[5] Hiasilah hari-harimu dengan kondisi selalu dalam keadaan berwudhu. Mengenai hal ini beliau menceritakan kisah Ali Radhiyallahu Anhu yang selalu menjaga wudhunya. Suatu kali beliau terlihat pucat kemudian beliau berlalu dari sahabatnya. Saat kembali beliau telah cerah kembali. Kemudian salah seorang sahabat bertanya akan apa yang terjadi. Dan Ali Radhiyallahu Anhu menjawab, tadi wudhuku batal, maka aku pergi untuk berwudhu kembali.
Ustadz Arifin Ilham juga menambahkan, bukankah kita selalu berharap meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah. Karena itu jagalah wudhu kita, mudah-mudahan saat ajal menjemput kita sedang dalam keadaan berwudhu. Saat beliau berkata demikian, akal logika gue berjalan. Subhanallah, bukankah gue dulu pernah mengamalkannya… dan itu memang bisa membentengi gue dari bersentuhan dengan wanita bukan muhrimnya karena sengaja. Subhanallah, bukankah keadaan suci dari wudhu bisa menjaga kita dari berbuat maksiat…
Oh, ayahanda Arifin… jazakallahu khair atas thausiyahnya. Jikalau aku tidak menghadiri majlis ini mungkin aku akan melewatkan bulan kelahiran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam begitu saja tanpa ada dampak apapun. Ini adalah thausiyah yang sederhana, tapi sungguh dengan metode dakwah ayahanda yang khas, membuat itu begitu mengena. Ya terbukti, dari sekian orang yang berbicara di atas panggung, hanya ayahanda Arifinlah yang membuat semua jama’ah khusu’ mendengarkan. Betapa banyak orang yang berceramah tanpa diselingi kelucuan, kecuali ada saja beberapa jama’ah yang tertidur. Tapi engkau ayahanda, hal tersebut sungguh tidak terjadi padamu, dan itu membuat aku takjub pada pandangan pertama.
Pesannya lagi yang lain. Karena kita berharap meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Maka jagalah hatimu dari berburuk sangka terhadap orang lain. Jangan biarkan ada keburukan yang kamu anggap baik mengenai saudara muslimmu. Gue jadi teringat dengan kasus Aa’ Gym yang baru-baru ini mendapat fitnah kembali akan kehidupan rumah tangganya. Subhanallah, memang terlalu banyak orang yang tidak menginginkan kebaikan menimpa saudaranya, apakah itu orang biasa, apalagi orang yang cukup dikenal sebagai da’i, ulama, syuhada, mujahid yang berjuang mensyiarkan agama Islam agar bisa dikenal oleh masyarakat. Baik oleh orang-orang yang nyata kekafirannya maupun oleh orang-orang yang katanya sangat paham terhadap ilmu agama.
Setelah ceramah inti ke dua selesai. Menteri Koperasi menyampaikan kata sambutannya. Kok belakangan, maklum hihihi beliau terlambat hadir karena sibuk. Cukup lama, hal-hal yang aku catat dalam ingatanku adalah beliau menjadi anggota koperasi yang dimiliki ustadz Arifin Ilham yang pengelolaannya diperuntukkan untuk melindungi para nelayan miskin dari program kristenisasi. Ternyata bisnis yang ditekuni ustadz Arifin Ilham untuk kepentingan umat Islam juga khan. Meski ada yang berusaha melakukan tahdzir terhadapnya, siapa peduli, gue pikir mereka cuma iri ajha dengan beliau.
Kemudian giliran KH. Zainuddin MZ yang memberikan penutup yang hampir mirip dengan ceramah. Beberapa hal yang aku garis bawahi atas apa yang diucapkannya adalah beliau menceritakan tafsir surat at-Taubah ayat 128.
Dan hadist Ibnu Abbas tentang kiamat Qubra yang berhubungan dengan manusia pertama yang dibangkitkan setelah tiupan sangkakala kedua. Dengan ceramahnya yang khas, esensi yang seharusnya dapat direnungi oleh jama’ah karena terlihat sekali bukti kecintaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Contohnya ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dibangkitkan dari kuburnya oleh malaikat Jibril, hal pertama setelah dia tahu bahwa saat ini adalah hari kiamat, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam malah bertanya tentang umatnya, bukan istrinya, anaknya, sahabatnya, atau sanak kerabatnya. Tapi beliau malah membuat buyar dengan kelucuan yang membuat jama’ah tertawa. Sayang ya… padahal seandainya dibawakan dengan serius seperti gaya ceramahnya ayahanda Arifin, pasti bisa membangkitkan rasa cinta yang begitu dalam dan keinginan yang menggebu untuk meneladani Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Okeh, ikhwah sekalian. Segitu saja cerita dari gue akan peringatan maulid yang gue alami. Itu adalah realitas yang terjadi. Ada beberapa yang aneh dan nggak masuk akal. Ada beberapa yang nggak ada maslahatnya sama sekali bahkan berpotensi kepada bid’ah yang sesat. Ada beberapa yang melebihi porsi kepantasan. Tapi ada juga kebaikan yang bisa kita manfaatkan. Alhamdulillah, mudah-mudahan kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk lagi menyesatkan. Karena sesungguhnya muslim yang baik adalah yang hanya mau mengambil kebenaran dan mencampakkan kesalahan.
Mudah-mudah, sejak sekarang sedikit demi sedikit kita berusaha menghilangkan yang sungguh nyata kebid’ahannya seperti contoh-contoh berikut ini yang biasa dilakukan dalam merayakan maulidur rasul yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dan nggak nyambung dengan akal kita:
Misalnya seperti yang terjadi di Banten, ribuan orang mendatangi kompleks Masjid Agung Banten yang terletak 10 km arah utara pusat Kota Serang. Mereka berziarah ke makam para sultan, antara lain Sultan Hasanuddin, secara bergiliran. Sebagian di antaranya berendam di kolam masjid itu, konon katanya, untuk mendapat berkah. Ada di antara mereka yang sengaja mengambil air kolam tersebut untuk dibawa pulang sebagai obat..
Di Cirebon, pada tanggal 11-12 Rabiul Awal banyak orang Islam datang ke makam Sunan Gunung Jati, salah seorang dari wali sanga, penyebar agama Islam di kawasan Jawa Barat dan Banten. Biasanya di Keraton Kasepuhan diselenggarakan upacara Panjang Jimat, yakni memandikan pusaka-pusaka keraton peninggalan Sunan Gunung Jati. Banyak orang berebut untuk memperoleh air bekas cucian tersebut, karena dipercaya akan membawa keberuntungan. Ini jelas syirik yang wajib dikikis habis.
Di Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta, perayaan maulid dikenal dengan istilah sekaten. Istilah ini berasal dari kata syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat.
Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di bangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 kedua perangkat gamelan tersebut dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta, ring – iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Kraton berseragam lengkap.
Pada umumnya, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugrahi awet muda. Sebagai “Srono” (Syarat) nya, mereka harus menguyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.
Puncak perayaan Sekaten disebut Gerebeg Mulud. diselenggarakan pada hari keduabelas bulan Mulud kalender Jawa. Festival ini dimulai pada pukul 7.30 pagi, didahului oleh parade pengawal kerajaan yang terdiri dari 10 unit: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijeron, Surokarso, dan Bugis. Setiap unit mempunyai seragam masing2. Parade dimulai dari halaman utara Kemandungan kraton, kemudian melewati siti hinggil menuju Pagelaran, dan selanjutnya menuju alun2 utara.
Pukul 10.00 pagi, Gunungan meninggalkan kraton didahului oleh pasukan bugis dan surokarto. Gunungan dibuat dari makanan seperti sayur2an, kacang, lada merah, telor, dan beberapa pelengkap yang terbuat dari beras ketan. Dibentuk menyerupai gunung, melambangkan kemakmuran dan kekayaan tanah mataram.
Parade disambut dengan tembakan-tembakan dan sahut-sahutan oleh pengawal Kraton ketika melewati alun-alun utara, prosesi semacam ini dinamakan Gerebeg. Kata ’gerebeg’ berarti ’suara berisik yang berasal dari teriakan orang-orang’. selanjutnya gunungan dibawa ke Masjid Agung untuk diberkati dan kemudian dibagikan ke masyarakat. Orang-orang biasanya berebut untuk mendapatkan bagian dari gunungan karena mereka percaya bahwa makanan tersebut mengandung kekuatan gaib. Para petani biasanya menanam sebagian jarahan dari gunungan di tanah mereka, dengan kepercayaan ini akan menghindarkan mereka dari kesialan dan bencana.
Kalau kita perhatikan perayaan-perayaan di atas pastilah tidak meragukan bahwa hal tersebut merupakan bentuk kesyirikan karena pengaruh kepercayaan animisme yang masih melekat di kalangan sebagian masyarakat Indonesia.
Setelah kita bisa menghilangkan contoh bid’ah-bid’ah sesat di atas. Renungilah pendapat-pendapat berikut ini:
Al-Baihaqi di dalam “Syakbu al-Iman” daripada Ubai bin Kaab daripada Nabi saw, sesungguhnya baginda menafsirkan ‘hari-hari Allah’ dalam surat Ibrahim ayat 5 yang artinya, ”Dan ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah.” ialah hari-hari nikmat dan kurniaan Allah. Al-Alusi dalam Ruh al-Ma’ani menjelaskan lagi dengan katanya “kelahiran Nabi saw merupakan nikmat yang paling besar.”
Ibnu Hajar Al-Asqalani pengarang Syarah Bukhari yang bernama Fathul Bari berkata bahawa hadis,
”Bahwasanya Nabi Muhammad saw datang ke Madinah maka beliau mendapati orang-orang yahudi berpuasa pada hari Asyura iaitu hari 10 Muharram, maka Nabi bertanya kepada orang yahudi itu: “Kenapa kamu berpuasa pada hari Asyura?” Jawab mereka: “Ini adalah hari peringatan, pada hari serupa itu dikaramkan Firaun dan pada hari serupa itu Musa dibebaskan, kami berpuasa kerana bersyukur kepada Tuhan.” Maka Nabi berkata: “Kami lebih patut menghormati Musa berbanding kamu.” – [Riwayat Bukhari dan Muslim.]
ini dapat dipetik hukum: – Umat Islam dibolehkan bahkan dianjurkan memperingati hari-hari bersejarah, hari-hari yang dianggap besar umpamanya hari-hari maulud, mi’raj dan lain-lain. – Nabi pun memperingati hari karamnya Firaun dan bebasnya Musa dengan melakukan puasa Asyura sebagai bersyukur atas hapusnya yang batil dan tegaknya yang hak.
Dalam sahih Muslim dari Abi Qatadah al-Ansari berkata: Nabi (s.a.w.) telah ditanya tentang puasa pada hari Senin lalu baginda bersabda: “Di hari tersebutlah aku dilahirkan dan di hari tersebut jugalah aku diutuskan.” Keterangan: Rasul saw menegaskan kelebihan hari kelahirannya berbanding hari-hari lain. Oleh itu setiap mukmin sewajarnya berlumba-lumba beramal dan bersyukur dengan kelahiran baginda saw yang membawa rahmat kepada seluruh alam.
Imam Jalaluddin Sayuti berkata, “Ibadat macam itu adalah bid’ah Hasanah (bid’ah baik) yang diberi pahala mengerjakannya kerana dalam amal ibadat itu terdapat suasana membesarkan Nabi, melahirkan kesukaan dan kegembiraan atas lahirnya Nabi Muhammad SAW yang mulia”.
Dari Abi Qatadah al-Ansari berkata: Nabi (s.a.w.) telah ditanya tentang puasa pada hari Senin lalu baginda bersabda: “Di hari tersebutlah aku dilahirkan dan di hari tersebut jugalah aku diutuskan.” (HR. Muslim)
Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Basya memprediksikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lahir di Mekkah pada senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awal, permulaan tahun dari peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April 571 M.
Tapi tahukah ikhwah, bahwa pada hari senin dan tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah, di waktu Dhuha, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam berpulang kepada Kekasih Yang Maha Tinggi dengan usia enam puluh tiga tahun lebih empat hari.
Lihatlah mengapa kita harus lebih berbahagia, padahal berpulangnya beliau Shallallahu Alaihi Wasallam pada bulan tersebut adalah jauh lebih pantas untuk kita bersedih dan lebih merenungi sirahnya dari pada merayakannya???
Berkata pula Syeikh Atiah Saqr: “Saya berpendapat tidak menjadi kesalahan untuk menyambut maulid. Apatah lagi di zaman ini pemuda pemudi Islam semakin lupa dengan agama dan kemuliannya. Perlu juga diingat sambutan tersebut janganlah dicemari oleh perkara-perkara haram dan bid’ah. Seperti pergaulan antara lelaki dan wanita tanpa batas. Kita juga tidak sewajarnya menjadikan sambutan ini sebagai satu tradisi yang khusus, sehingga timbul dalam kefahaman masyarakat jika sesuatu acara tidak dilansungkan maka seseorang itu dikira telah berdosa dan melanggar syariat.”
Syeikh Yusuf Qaradhawi berkata (ringkasan): “Semua telah maklum bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw tidak merayakan hari kelahiran Rasulullah saw. Ini adalah karana mereka telah menyaksikan secara langsung setiap gerak-gerik Rasulullah saw sehingga segala peri kehidupan Rasulullah saw itu kekal di dalam hati dan juga ingatan. Sa’d Abi Waqas mengatakan bahwa beliau begitu semangat untuk menceritakan mengenai Rasulullah saw kepada anak-anak sama seperti semangat mereka mendidik anak-anak itu dengan Al-Quran. Oleh karana mereka sering menceritakan sejarah perjuangan Rasulullah saw, maka tidak perlulah mereka merayakan seperti dirayakannya Maulidur-Rasul saat ini.
Walau bagaimanapun, generasi kemudian telah mulai melupakan kegemilangan sejarah Islam dan kesannya. Dengan itu, perayaan Maulid Rasul ini diadakan bertujuan untuk mengingat kembali sejarah Islam ketika Rasulullah saw masih hidup. Tetapi malangnya, Maulid Rasul ini telah bercampur dengan amalan bid’ah yang ditentang oleh Islam. Sebenarnya, merayakan hari kelahiran nabi bermakna merayakan hari kelahiran Islam.
Maka dibolehkan merayakan Maulid nabi ini dengan syarat tidak dicampur-adukkan dengan perkara-perkara bid’ah. Tetapi sebaliknya diisi dengan ceramah yang menceritakan akan sejarah Islam.”
Kesimpulan :
Saya bukanlah orang yang menentang memperingati Maulid Rasul dengan berpendapat à Bila kita tidak bisa menjamin bahwa akan ada bid’ah yang muncul dalam rangka mengenang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersebut, sebaiknya kita tinggalkan memperingatinya dan renungkan hujjah dalil-dalil berikut ini:
[1] Firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (Qs. At-Taubah:100)
[2] Allah berfirman di dalam Al-Quran: Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (QS. 3:31-32)
[3] “…Dan hendaklah kamu menjauhi perkara-perkara yang diada-adakan , kerana setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah , dan setiap bid’ah itu adalah sesat “ . [Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud]
[4] Dari Aisyah berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membuat-buat ajaran di dalam agama kami ini, yang bukan darinya, maka ia tertolak. Dalam riwayat lain: “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak didasari oleh agama kami, maka amalannya itu tertolak.”
[5] “….Sesungguhnya sebaik-baiknya ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruknya ibadah adalah yang dibikin-bikin, setiap ibadah yang dibikin-bikin itu bid’ah, setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya adalah neraka.” (HR. Muslim)
[6] Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orangorang yang setelahnya, kemudian orang-orang yang setelahnya.” (HR. Bukhari)
[7] Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah khlafaur rasyidin yang mendapatkan hidayah sesudahku. Pegang teguh sunnah tersebut dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Hati-hati kalian dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Abu Dawud, at-Tarmidzi dan Ibnu Majah)
[8] Dan berkata Ibnu Mas’ud :“Barangsiapa yang ingin mencontoh, maka contohlah orang yang telah meninggal, merekalah para sahabat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, umat yang paling baik, paling bersih hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, satu kaum yang Allah pilih untuk menyertai Nabi-Nya dan menyebarkan agama-Nya, maka teladanilah akhlak mereka dan jalan mereka, sesungguhnya mereka di atas petunjuk yang lurus.” (Syarhus Sunnah karya Imam al-Baghawi (I/156)
[9] Huzaifah Ibnu Al-Yamaan ra berkata : “Setiap ibadah yg tidak dilakukan oleh sahabat Rasulullah saw, maka janganlah melakukannya”
Sekali lagi gue tegaskan, pilihlah mana yang terbaik yang sesuai dengan hujjah dalil yang shahih tanpa kita menafikan akal logika yang Allah anugerahkan kepada kita. Kalau itu berpotensi kepada bid’ah yang nggak masuk akal logika lagi nyata menyesatkan maka tinggalkanlah. Tapi kalau hanya bid’ah dalam arti bahasa saja, maka biarkanlah. Kalau ada diantara kita yang mentahdzir Maulid Rasul dengan liar tanpa hikmah, maka itu terserah mereka. Untuk gue pribadi, kalau ada cara yang bisa lebih mendatangkan maslahat kenapa harus paksakan mengusahakan sesuatu yang justru mendatangkan banyak kemudharatan, khususnya untuk dakwah Islam itu sendiri. Wallahu musta’an.
Inspirasi : Peringatan Maulid Rasul 21 Maret 2008 di Masjid Fajrul Islam, Radio Dalam, Jakarta Selatan ; http://www.ustaz.blogspot.com/ ; article Ahmad Nizaruddin http://www.islamhouse.com/p/6288 ; http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/1839 ; Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, cetakan I, 1997 ; 29811
58 responses to ““Kesesatan Perayaan Maulid Nabi Yang Banyak Bid’ahnya!?!?””
Abdullaah
Maret 24th, 2008 pukul 16:47
wah, koq petinggi2 ente ikut2-an maulid jg ya ? mbok antum nasihati dong !!
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, banyak sekali manusia yang tidak menggunakan akalnya untuk memahami esensi dari sebuah pandangan. Aneh dan uniknya antum juga berlindung dengan alamat email yang aneh ‘q@q.com’ sama seperti akhi Abdul Hakim dengan alamat email ‘samar@samar.aja’ 🙄 😆 😳 , saya copaskan kembali kesimpulannya ya akhi, mudah-mudahan Allah membantumu memahaminya :
Lihatlah banyak kasus anak menjadi semakin brutal, menjadi kurang ajar dan durhaka karena kesalahan orang tuanya dalam mendidik mereka. Begitu juga, banyak kasus anggota jamaah tertentu yang menjadi ekstrim lantaran kesalahan yang dilakukan para du’at dan asatidz-asatidznya. InsyaAllah, mereka (petinggi-petinggi ana) jauh lebih paham dari ana bagaimana cara berdakwah bil hikmah bukan dakwah bil tahdzir, bil jarh, bil fitnah dan bil-bil yang melahirkan kemudharatan lainnya.
Secara pribadi, saya berharap, semoga segala bid’ah yang mencampuri peringatan Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bisa sirna secara perlahan. Sehingga tinggalah kemaslahatan yang ada. Barakallahu fiikum.
M R Ibad
Juli 10th, 2009 pukul 02:57
Alhamdulillah,
ternyata masih ada orang ‘Alim yang bijak di masa ini.
Saya mendukung Anda….Salut.
(bukan pada Masalah “Maulid Nabi” Saja, tapi begitu seharusnya seorang ‘Alim menanggapi suatu permasalahan umat)
abimanyu
Maret 25th, 2008 pukul 00:29
gini aja mas sampaean boleh benci dengan maulid biar nanti diakherat nabi muhammad yang menentukan apakah antum termasuk orang yang beruntung mendapatkan safaat nabi saw.atau kita2 yang senang dengan maulid yang akan di pilih umatnya kanjeng nabi muhammad saw.nabi muhamad gak minta di bacakan solawat tetap aja nabi mulia disisi alloh swt.yang butuh itu manusia mas mudah2an kita nanti di akherat mendapat safaat beliau saw.dengan memperbanyak baca solawat amiiin.alloh dan malaikat aja solawat kpd nabi masa kita manusia yang dloif ini gak mau bersolawat, apaka golongan anda lebih mulia dari nabi muhammad dan keturunannya.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Subhanallah, mas Abimanyu yang membenci maulid itu siapa? Dan yang tidak suka membaca shalawat itu siapa? Disini saya hanya ingin memberitahukan bahwa ada hal-hal bid’ah yang menyesatkan yang dilakukan oleh umat Islam yang tidak paham dalam merayakan maulid nabi shallallahu alaihi wasallam. Contoh-contohnya jelas sudah saya sebutkan. Dan kesimpulannya juga jelas. Semoga bisa dipahami esensinya. Barakallahu fiikum.
Jaisy01
Maret 25th, 2008 pukul 02:15
Alhamdulillah, ikut maulid Nabi. Jadikan maulid Nabi sebagai pengingat kita akan bagaimana perjuangan Rasulullah, dan bagaimana jenius bin smartnya seorang Sholahuddin yang telah membuat kobaran semangat pejuang-pejuang muslim lewat pemikiran baru tentang maulid nabi. Subhanallah.
Namun sayang, maulid Nabi menjadi sangat banyak kehilangan esensi dari apa yang dimaksud oleh Sholahuddin Al ayyubi. Beragam syirik, khurafat dan kemusriykan mewarnai peringatan ini. Maka sudah saatnya ulama-ulama turun kembali, merayakan maulid Nabi dengan mengembalikan esensinya. Tanpa harus, berdiam diri atau bahkan menyendiri sambil menyalahkan ulama-ulama yang ikut serta dalam peringatan maulid Nabi untuk mengembalikan esensi maulid Nabi.
Kita juga harus ingat, ulama sekaliber Buya Hamka saja loh, pernah memimpin berzanji. Ups, tapi kalau ada yang belum kenal Buya Hamka, karena kenalannya hanya ulama2 Arab, saya mohon maaf. Saya hanya memberitahukan bahwa ada ulama besar sekaliber ulama-ulama Arab di Indonesia yang bernama Buya Hamka.
Dakwah ada metodenya (manhaj). Ada yang suka nunjuk2in orang, ada yang suka nunjukkin diri sendiri, ada pula yang sok nunjuk padahal nggak tahu siapa yang ditunjuk-tunjuk. Yah yang penting, gue nggak akan bilang “Antum majnun” (sambil nunjuk)
NB: Bagi yang senengnya menyembunyikan diri, awas Allah selalu melihatmu. Jadi berhati-hatilah!
amicol
Maret 25th, 2008 pukul 08:21
haduh, puyeng aku baca ni.
pak, antum lebih pandai dlm hal ni, antum hapal banyak dalil, menafsirkannya, dan kemudian menjlentrehkannya sedemikian rupa.
but, kalo aku baca sholawat, terus Rosulluloh datang dan hadir didepan mata saya, dan beliau benar-benar datang. terus gimana, pak ustaz?
1. bilang: “Oh my god! Subhanallah! Astaghfirullah!”.
2. bilang : “It’s a stupid baby!!!” Nggak mungkinlah beliau Shallallahu Alaihi Wasallam datang!
3. menangis saking senengnya, dan bilang: “Marhaban Ya Rasulullah, Marhaban Ya Habiballah…”
rahasia-rahasia Allah begitu luasnya, dan sama sekali tidak membutuhkan akal sehat untuk memahaminya, Allah membuka rahasia-Nya kepada orang yang Dia kehendaki sekehendak-Nya, sesuka-Nya.
maka untuk hal ini ada ucapan : Wallahu A’lamu Bis Showab
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Mas Amicol pernyataan “Oh my god! Subhanallah! Astaghfirullah!” sampai “It’s a stupid baby!” itu bener-bener keluar dari mulut saya waktu saya menghadiri perayaan maulid tersebut lantaran nggak habis pikir, kenapa ritual itu bisa dianggap sangat penting dan tidak pernah terlewat sama sekali. Bukankah yang paling penting adalah thausiyahnya. Saya pikir article di atas sudah sangat jelas. Mengenai sosok-sosok yang kemungkinan muncul di hadapan saya saya berharap Allah melindungi saya mengalami hal-hal yang seperti itu, saya hanya berharap mengalami hal-hal yang normal saja. Kalau itu benar-benar terjadi, saya khawatir akan membuat saya mengaku sebagai nabi lantaran kemunculan makhluk yang mengaku nabi atau malaikat jibril seperti yang sudah-sudah (Lie
EdanEden atau Ahmad Musadeq). Mudah-mudahan bisa dipahami dan diambil manfaatnya. Barakallahu fiikum.Thamrin
Maret 25th, 2008 pukul 09:21
Setuju Boss, apalagi dengan ebel-embel edaran sumbangan untuk perayaan maulid…malu-maluin.. 🙂
hilda alexander
Maret 25th, 2008 pukul 10:48
kesimpulannya…sholawat ya….kurafat no….
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Tepat banget mba! Tapi ngomong-ngomong namanya unik & nggak umum untuk seorang muslimah 🙄 Alexander tapi pake jilbab. Istiqamah ya… 😳 Mungkin perlu saya perjelas, kalau contoh pembacaan mahallul qiyam sambil berdiri menurut saya belum sampai terjatuh ke dalam kurafat. Tapi kalau contoh-contoh lainnya mungkin mba bisa simpulkan sendiri.
Landy
Maret 25th, 2008 pukul 10:52
Terima kasih, tulisan yang jujur 🙂 makasih benar-benar mencerahkan. Cukup adil dalam penyampaiannya saluttttttttttttttttttttt
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wafiika jazakallahu khair. Blog antum juga seperti mottonya…. Sangat Mencerahkan saya… Barakallahu fiikum 😳
thuyobening
Maret 25th, 2008 pukul 11:14
suatu ketika saya mengikut majlis tabligh. ada orang-orang bersorban berkelompok mendatangi kami yang dikos. Rasa tidak enak jika kami tidak datang. persuasif yang kuat menyebabkan kami juga “harus” datang ke masjid. Kelompok-kelompok tersebut biasanya safari (kalo tidak disebut nomaden) dari satu masjid ke masjid. sabilillah mungkin istilahnya.
Saya datang, dan ikut di majlis, biasanya berkelompok. kemudian ada orang yang rada senior, bawa buku (bahasa Indonesia), dibaca diulas, tapi monoton. sebagian orang di depannya. menunduk, manggut-manggut, sesekali baca subhanallah, atau apalah.
saya heran mereka bisa begitu tapi saya kok tidak bisa. banyak penjelasan yang monoton menjadikannya saya kurang berminat. beberapa penjelasan saya coba saya debat, walaupun dalam taraf bertanya.
perlu dicatat orang-orang tersebut berasal dari kelompok diluar masjid.
Diwaktu yang lain baru-baru ini saya mengikuti peringatan maulid yang dilakukan orang kampung, pemilik masjid tersebut. Ya baca marhaban, terbangan. sebelum mahallul qiyam, ada bacaan shubhanallah… dst, kemudian anak-anak dan orang-orang mengambil hadiah yang digantung diatas. ramai dan anak-anak senang, kemudian bacaan diba’ dilanjutkan. Saya senang sekali, bagi saya chemistrynya berbeda. saya merasakan ada nilai, yang melibatkan perasaan, cinta dan pendidikan.
***
Ditempat yang sama, tapi pengalaman berbeda. perasaan saya berbeda. Saya orangnya logis, nggak terlalu suka tahayul. tapi saya juga bisa merasakan nilai seni, nilai budaya dan kearifan dari masyarakat lokal.
Oke aku setuju dengan pendapat anda bahwa perayaan itu bid’ah. tapi itu kan produk budaya. Budaya yang bernilai agama. Dan Islam bukan budaya, dien. Bidah budaya itu sama dengan anda dengerin ceramah lewat radio. apa radio bukan produk budaya.
Orang bisa mengekspresikan keagamaannya dengan cara berbeda sesuai dengan pengetahuannya. Anda berpendidikan tinggi, dengan logika berfikir moncer. sedangkan disisi lain ada seorang bapak tua tak berpendidikan tinggi, yang hanya bisa alif ba’ tak. cuma bisa baca doang nggak tahu artinya. Tapi dia punya keyakinan kuat, Allah melihat saya, maka saya harus khusuk beribadah.
Saya kadang terenyuh melihat pak tua, yang tak berpendidikan, tapi ketika sholat khusuk, yakin sekali bahwa sholatnya diterima. Saya sadar, kemudian jauh sekali saya, ternyata walaupun berpengetahuan cukup, tak menjadikan keyakinan dalam beribadah lebih baik dari pak tua itu. Buat apa pengetahuan tinggi, tapi keyakinan malah gamang. Waktu sholat masih ngawang.
Suatu ketika ada seorang gembala dan ada nabi musa. karena cintanya kepada Allah, gembala itu berkata “Ya, Allah sekiranya Engkau izinkan, biarkanlah saya bersihkan kakimu, saya pijit tangmu” Serentak nabi musa menegur “Hus memang Allah punya Tangan, memang Tuhan punya kaki seperti manusia”
Tapi kemudian musa ditegur sama Allah “Hai, Musa biarkanlah hambaku mengakrabiku dengan apa yang dia ketahuai”
saya suka marhabanan, karena hati saya tersentuh ketika ada di dalamnya. Saya juga bisa terenyuh banyak orang yang mencintai Allah dan Rasulnya. Dan tentu saja saya sangat senang jika warisan lokal tetap terpelihara.
Aku dan anda mungkin berbeda, thanks!
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ya akhi. Seluruh isi blog ini adalah sebagai pandangan dari pemiliknya. Begitu juga blog-blog lainnya, memiliki ciri khas tersendiri untuk mengekspresikan dirinya. Saya pribadi tidak pernah memaksa dan tidak akan pernah mau memaksa orang lain untuk sepakat dengan pendapat dan pandangan saya. Jikalau orang senang atau setuju itu adalah haknya dan bila orang tidak senang atau tidak setuju itu juga haknya. Kalaulah pengunjung blog saya melihat kebenaran maka saya berharap mereka meruju kepadanya, pastinya dengan sebelumnya meneliti kembali. Tetapi bila mereka melihat kesalahan, maka tinggalkanlah. Bukankah petunjuk kebenaran itu adalah hak Allah untuk menyelamatkan hambanya,
“Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. 005:100)
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 006:117)
Seperti apa yang telah saya jelaskan dalam latar belakang. Banyak dari kita, sekalipun telah nyata hujjah dalil-dalil shahih yang menguatkan sebuah pandangan. Bila Allah belum berkehendak menunjukinya kebenaran maka kebenaran itu akan dilihat sebagai kesalahan. Begitu juga sebaliknya, sekalipun telah nyata hujjah dalil-dalil dhaif yang menguatkan sebuah pandangan salah. Bila Allah belum berkehendak menunjukinya kebenaran maka kesalahannya tetaplah dianggap kebenaran. Dan tidak ada yang bisa menolong dirinya kecuali kesadaran pribadi dan pertolongan Allah seraya memohon petunjuk kebenaran dari Sang Pemilik Kebenaran.
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”(QS. 006:125)
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. 003:008)
Saya mempersilahkan anda untuk merdeka memilih pilihan anda sendiri karena anda sendiri yang akan mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah. Sementara saya, jika ini adalah pandangan yang salah dan menyesatkan, saya berharap tidak ada yang mengikutinya karena khawatir pertanggungjawabannya akan semakin memberatkan saya di pengadilan-Nya kelak.
Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia pun akan menanggung dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun. (HR. Muslim).
Wallahu’alam bishawab.
thuyobening
Maret 25th, 2008 pukul 11:19
http://www.beningstock.wordpress.com
syahbal
Maret 25th, 2008 pukul 11:20
assalamualaikum,wr,wb..
salam kenal mas..
klw saia lihat seh sbenernya maulid nabi itu baik.. tp diisi sama bnyk sekali keburukan..
seperti combro.. dilihat bagus pas dimakan pedes..
tp bagi saia stiap hari itu maulid nabi.. karena bershalawat itu bukan di satu hari.. tp ditiap hari..
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Jikalau saat ini orang-orang tua kita, atau mungkin guru-guru kita, atau mungkin teman-teman kita selalu menceritakan tentang kisah sejarah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan generasi terbaik umat ini seperti mereka para salafus shalih dahulu. Pastilah hal ini (peringatan maulid nabi : adm) tidak diperlukan.
Tapi realita sekarang, orang-orang tua kita, guru-guru kita, atau teman-teman kita jarang sekali bahkan mungkin tidak pernah membicarakan tentang kisah teladan tersebut. Umat begitu jauh bahkan sebagian anti terhadap agamanya. Maka diperlukan moment untuk kita umat Islam bisa berkesempatan menceritakan atau mendengarkan thausiyah mengenai hal tersebut. Wallahu musta’an.
M R Ibad
Juli 10th, 2009 pukul 03:10
Saya tidak sepakat dengan Anda kali ini, samar, istilah “tidak diperlukan” dengan hanya dikaitkan sejarah. Apapun keadaan umat, tapi cinta itu perlu dipupuk, dilestarikan. Kebutuhan hati seseorang yang sangat mencintai sesuatu adalah mengingat sesuatu tersebut dan apa saja yang menjadi atribut dari sesuatu itu, termasuk kelahiran, wafat, dan lain sebagainya. Dan jika cinta kepada Nabi Muhammad SAW kita tanamkan, pelihara, dan tumbuhkan……maka Anda tahu jawabannya kan
azwi
Maret 25th, 2008 pukul 12:08
maksutnya apa sih nulis kayak gitu?
ga jelas…
gw ga ngerti sama apa yang lo omongin di atas!!!
tulisan ini bisa bikin orng berfikiran yang ga baik!!
hati hati loh!!!!
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Mungkin bisa baca jawaban saya yang ini https://ihwansalafy.wordpress.com/2008/03/24/sumpah-perayaan-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wasallam-itu-banyak-bidahnya/#comment-545
martabakgosong
Maret 25th, 2008 pukul 12:09
ah….knapa gak bikin aja artikel yang solutif Mas….
Knapa di INdonesia banyak orang ngerampok,apa solusi secara real dalam bentuk finansialnya….??pikirin juga yang kaya gitu…jangan bedalil mulu
Di Pelosok-pelosok banyak orang butuh makan tuh,bukan hanya dakwah sambil ngumpet….
sori,gue awam masalah ini,tapi berusaha untuk melek dengan keadaan sekitar,gue susah kalo kudu bilang si A sesat,si B Kafir,menurut gue lebih enjoy kalo ada kerja nyata bagi orang banyak dulu….
mana alamat imelnya Mas?post dunk sekalian…
Ketik : C ( Spasi ) D….Cape Deeeehhhh……
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wuadoeh….. http://www.ihwan.salafi@gmail.com
Ketik : C (spasi) J (spasi) D (spasi) L… CapE JugE Deeech Loeeee…. 😆 😳
Aya-aya wae….
hilda alexander
Maret 25th, 2008 pukul 12:33
Menarik juga membahas cara para da’i itu berdakwah…tapi yang lebih menarik adalah ‘apa’ yang disampaikan.
Ketiga da’i tersebut memiliki karakter berbeda. Dari cara mereka berdakwah (bertausyiah) terlihat sekali perbedaan kualitas di antara mereka….(waduuuh kok jadi menilai ya…)
Dua yang tertua (senior) memilih cara-cara konvensional. Dakwah disertai humor (enath humornya terkategori cerdas atau justru mesum, hanya Antum yang tahu karena menghadiri). Humor memang dapat menstimuli gairah untuk terus mengikuti hingga akhir acara. Jadi, no wonder jika audiens dari Bamus DKI, Sekwilda DK dan masyarakat sekitar terbahak-bahak tanpa mengerti (?) apa yang dibahakkan. Jika audiensnya adalah kalangan akademisi, peneliti, profesional, white collar, metode Nur Iskandar or Zainuddin XZ tampaknya akan menemui sandungan.
Satu yang termuda (junior) memilih cara yang lebih elegan (namun bukan berarti humor tidak elegan), modern dan santun. Yang ini tampaknya memahami psikologi audiens dengan baik. Ia menempatkan dirinya pada posisi yang benar. Dan Antum merasa ‘masuk’ pada part ini.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Sebenarnya sich nggak juga. Tapi memang kalau sesuatu dibuat lebih dari biasanya (terlalu berlebihan: adm) hasilnya malah jadi kontraproduktif. Seperti saia hihihi 😆 [ ngikutin bung retorika yang sebut ‘saYa’ dengan ‘saIa’ 🙄 ]
padma
Maret 25th, 2008 pukul 12:40
Lhah..banyak kali jadinya bid’ah yang telah kita lakukan (perayaan maulid nabi,mi’raj nabi,idul fitri dll) yang tidak pernah dilaksanakan pada masa sahabat nabi..
Banyak orang yang merasa telah berilmu lebih, melebihi ilmu pendahulu-pendahulu yang telah begitu nyata jasanya bagi tersebarnya Islam di bumi ini..
uncal
Maret 25th, 2008 pukul 13:41
Bismillah.
Sepertinya kita harus selalu diingatkan dengan slogan ” Seandainya ini adalah kebaikan tentunya mereka (Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat Nabi) akan mendahului kita melakukannya”
Tdk diragukan lg Rasul tdk pernah mencontohkan utk memperingati tgl kelahiran beliau, Sahabat jg tdk, begitu pula tabi’in, tabi’ut tabii’in, dan imam2 ahlussunnah di setiap zaman.
Kalau kita beranggapan bahwa memeperingati hari2 penting Islam adlah bagian dr ajaran agama ini maka hrs ada dalil khusus ttgnya. Spt anjuran untk shaum senin krn merupakan hr beliau lahir,mk itu adalah sesuatu yg memang ada telah beliau tetapkan. Jd merupakan dalil khusus. Sedangkan hari2 yg lain seperti tgl kelahiran, tgl hijrah, tgl isra’ mi’raj, tgl fathu makkah,dll maka sama sekali tidak ada landasannya. Jd jelas memperingati maulid adlah sebuah ritual tersendiri yg muhdats (baru/bid’ah), baik di dalamnya berisi bid’ah atau tidak. Saran saya : Begitu banyak sekali ibadah2 yg telah jelas dalilnya yg mungkin kita belum sempat mengerjakannya, maka lakukanlah ibadah2 tsb dan cukupkan diri kita dgnya. jgn membebani diri dg ibadah dan ritual yg tidak dicontohkan Rasulullah.
Silahkan kita merujuk lg pd kitab2 yg membahas ttg masalah bid’ah. Wallahu a’lam..
suciptoardi
Maret 25th, 2008 pukul 13:59
jangan-jangan, ente malah yang sesat…???
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wualah…. tatuuuttt…. 👿 Naudzubillahi min dzaliq.
masbadar
Maret 25th, 2008 pukul 15:14
aslmkm..
salam kenal semua..
ya memang kita semua sebagai muslim sangat mencintai beliau ‘alaihish sholaatu wassalaam..
berbicara ttg cinta, tidaklah bijaksana menurut saya kalo kita mencintai sesuatu atau apaun secara membabi buta tanpa pengetahuan..
mudah-mudahan kita semua sudah dan akan comments di blog ini memang mencintai beliau berdasarkan ilmu, kelak bentuk-bentuk cinta kita kita akan bertanggung jawab di hadapan Nya..seperti dalam firmanNya Al Israa’: 36..
mari kunjungi blog saya, di sana ada hadits2 beliau SAW untuk disimak sebagai bukti cinta kita..shahih?
بارك الله فيكم جميعا
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Jazakallahu khaira atas kunjungannya, tapi antum sepertinya lupa tinggalin alamat blognya ya…?? 🙄 🙄 🙄
Eko
Maret 25th, 2008 pukul 17:36
Ass.wr.wb.
Salam kenal mas…
masih banyak kebaikan yang bisa kita ambil dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Lana ‘a maluna wa lakum ‘a malukum ……
ekoregaga2006.wordpress.com
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Salam kenal juga pak Eko. InsyaAllah, sayapun meyakini itu dengan kesadaran penuh yang saya miliki. Disini, sekali lagi saya hanya ingin memberikan sebuah pandangan atas kebenaran yang saya yakini. Banyak kebaikan yang bisa kita ambil tapi ada juga keburukan yang karena ketidaktahuan kita yang kita ambil juga. Semoga ada manfaatnya dan menjadi bahan perenungan kita bersama. Semoga keberkahan dan hidayah menyertai bapak Eko. Terima kasih sudah berkunjung. Saya ulang kembali nama blognya ya biar pengunjung blog saya mengklik blog bapak http://www.ekoregaga2006.wordpress.com/ 😳
wety
Maret 25th, 2008 pukul 19:43
Anda adalah apa yang anda pikirkan tentang diri Anda sendiri.
Segala sesuatu tergantung niat dan tujuan.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Setuju mba Wety. Ngomong-ngomong kok seperti motivator merangkap psikolog sich??? 🙄 🙄 🙄 Niat dan tujuan dan juga cara yang tidak melanggar syariat mba… 😳
masbadar
Maret 25th, 2008 pukul 19:46
afwan kelupaan,
masbadar.wordpress.com
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ana dipertegas ya jadi http://www.masbadar.wordpress.com/
ridlomunawir
Maret 25th, 2008 pukul 20:19
saya mungkin termasuk orang yg memperingati maulid nabi dengan cara tidak seperti yang anda ceritakan di atas, tetapi saya memilih diam (lisan maupun tulisan) guna menghindari perpecahan umat islam, semoga umat Islam tetap bersatu guna menghadapi semua tantangan Allahu Akbar.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Mungkin karena saya termasuk orang yang khawatir dengan hadist riwayat Muslim yang ini,
Yang harus memaksa saya membuat pilihan sulit seperti makan buah simalakama. Mengenai ukhuwah, saya adalah yang termasuk orang yang berharap semua muslim melepas berbagai bajunya dan bersatu demi ridha allah. Barakallahu fiikum.
dyanwin
Maret 26th, 2008 pukul 11:36
Assalamuallaikum wr.wb untuk semua umat islam yang membaca.
Gini mas ibd abd Muis pengen ikut juga komentar, kita umat islam sebetulnya harus bisa mengamalkan apa yang telah di ajarkan oleh pencipta kita melalui Al-Quran, Nabi Muhammad SAW dan hadist-hadist., bener ga mas. kalo menurut saya sih, peringatan maulid sebenarnya bagus untuk menjadikan peristiwa2 yang telah terjadi di jaman nabi Muhammad SAW buat pelajaran kita semua, tapi memang kadang ada beberapa peringatan Maulid nabi ada bid’ahnya. Contohnya mungkin kaya yang mas tadi bilang, memperlakukan benda peninggalan, contoh keris, tombak dll sebagai keramat dengan memandikan pas diperingatan maulid ataupun nyanyi-nyanyian. Tapi yang jadi masalah kenapa efek dari maulid itu tidak sampai kepada para pengikutnya. Kebanyakan mereka hanya sekejap saja lupa apa yang harus mereka lakukan setelah mendengar tausiah2 yang di berikan, setelah itu merekan kembali kepada perilaku yang tidak di ajarkan oleh nabi. Nah daripada kaya gitu mending kita datang ketempat2 peringatan nabi yang kita yakin ga ada unsur bidahnya. Kita masih bisa selalu bersholawat di dalam dada tanpa harus menghadiri acara yang menurut kita ada bidahnya (Sia-sia).
mendingan umat islam para pemuda-pemudi meningkatkan kualitas diri (Termasuk saya mas) buat kemajuan islam di negara kita. Buat diri kita kreatif jangan hanya bisa menyalahkan dan saling tuding, mari kita jadikan islam ini rahmatan lil allamin. Mencintai allah dan nabi berarti mengamalkan apa yang telah di ajarkan dan di perintahkan. saya pernah baca buku ” bahwa nabi muhammad tidak suka terlalu diagung2kan seperti jaman nabi isa, mereka mengagungkan orang yang telah diserupakan dengannya.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Ya Rabb, sebenarnya umat telah mengetahui bid’ah-bid’ah yang sesat yang menjurus kepada kurafat, syirik dan takhayul. Tapi banyak juga umat yang telah tahu bid’ah-bid’ah yang tidak jatuh kepada kesesatan. Sekali lagi kembali saya ulang kembali,
Untuk pembahasan mengenai bid’ah mas Dyanwin bisa searching article mengenai hal tersebut di blog saya.
Kalau dalil yang mas maksud mungkin bunyinya seperti ini “Janganlah kamu memuji aku sebagaimana orang Nasrani memuji Isa Ibnu Maryam,” tapi maaf untuk sekarang saya belum bisa cek hadis ini diriwayatkan oleh siapa. Maksud dari hadis ini adalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melarang umatnya untuk memuji dengan anggapan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam itu anak Allah seperti orang-orang kristen terhadap Al-Masih. Mungkin kita bisa melihat penegasan Allah mengenai hal ini dengan firman-Nya, “Sesungguhnya menjadi kafir mereka (Nasrani) yang berkata bahwa Allah, tuhan yang ketiga daripada tiga tuhan.” (al-Maidah:73)
Jadi menurut saya (mudah-mudahan nggak ada yang tersinggung karena saya belum tahu perawinya jadi menggunakan kata ganti saya) tidak mengapa mengagungkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam selama tidak menganggapnya sebagai tuhan atau anak tuhan. Wallahu’alam bishawab. Barakallahu fiikum.
petualangharakah
Maret 26th, 2008 pukul 13:46
Ibnu Abdul Muiz benar2x banyak wawasan dan ilmu tentunya, salut dengan dalil2x antum, emang antum belajar dimana..?
Ga pernah mampir ketempat ane ya?
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Akhi IQ ana jongkok banget hekh! Otaknya kecil kaya kepala semut hukh! Pikirannya pendek kaya ….. hikh! Antum jangan berlebihan akhi. Alhamdulillah, halaqah tarbiyah istiqamah tiap minggunya. Sharing sana-sini nggak cuma di tempat Liqa. Plus baca buku tiap malem sebelum tidur, biar cepet ngantuk akhi, soalnya ana susah banget kalau tidur malam. Oh ya termasuk juga menanggapi orang-orang salafi ekstrim yamani yang nyebarin spam kasar dan arogan di blog ana dan sering lihat komentar ekstrim mereka di blog-blog mereka. Mungkin itu kali yang bikin antum melihat ana sepertinya berwawasan dan banyak ilmu 😳 😳 😳 Malu abis ni…. 😳 😳 Astaghfirullah, 😳 😳 😳 Ana langsung cabut ke rumah antum ya….. 😳 😳
thuyobening
Maret 26th, 2008 pukul 17:19
1. Ketika pandangan sudah dipublish, maka ia milik publik untuk dinilai, bukan lagi monopoli pemiliknya. Ketika anda memprivate blog ini, itu lain lagi ceritanya.
2. ini kutipan dari ayat yang anda tulis:
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 006:117)”
Siapa yang berhak menghukumi sesat, bid’ah, dan mendapat petunjuk. Bukankah Dia yang menilai buruk dan sesat. Dan bukan manusia antar manusia. Hak Tuhan untuk menilai hambanya. dan ketika hambanya menggunakan hak Tuhan?
dengan apa kita membangun cinta terhadap Rasulullah, jika maulid ditiadakan. Saya yakin Rasul hadir dalam setiap majelis orang-orang yang merindukannya. Rasul hadir disini, dihati kita yang mencintainya.
Nurul Mustafa…Nurul Mustafa
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Saya setuju dengan pendapat di atas. Mungkin untuk lebih memperuncing pendapat saya tentang peringatan Maulid Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, berikut saya ulang kembali:
Jawaban saya atas komentar syahbal yang ini https://ihwansalafy.wordpress.com/2008/03/24/sumpah-perayaan-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wasallam-itu-banyak-bidahnya/#comment-547 :
Hanya saja seperti yang Syaikh Yusuf Qaradhawi katakan,
Jadi kesimpulannya menurut Syaikh Yusuf Qaradhawi,
Atau kesimpulan saya,
Mengenai koment anda yang ini
tidak perlu dibantah karena saya sangat setuju tapi kalau…
wallahu’alam bishawab, secara pribadi saya mohon maaf, akal saya sulit untuk bisa menerimanya.
Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk menjalan agama ini dengan murni seperti awalnya. Barakallahu fiikum dan salam ukhuwah Islamiyah dari saya.
ansori
Maret 27th, 2008 pukul 15:14
sedikit nimbrung…
diba’, barzanji, dkk kalau saya lihat merupakan karya sastra pengagum Rosulullah SAW. ungkapan cinta yg mendalam kepada Beliau. di sana RASA lebih dikedepankan. apa yg terjadi dan apa yg dibaca pun beberapa hal tidak bisa serta merta diartikan apa adanya. RASA berbeda dengan AKAL, dan saya rasa di sini letak “konflik” nya.
walau tidak dipungkiri, ada yg hanya ikut2an (taqlid buta), sehingga esensinya jauh dari untuk didapatkan.
sama contohnya ketika orang membaca :
Ya robbi bil MUsthofa balligh maqoshidana, waghfir lana ma madlo ya waasi’al karomi” : Ya Allah dengan/karena(syafaat) Muhammad SAW sampaikanlah maksud2 kami, dan ampunilah (dosa) yg tlh lalu, wahai Yang Maha Luas Keagungannya.
ada yg mengatakan itu HARAM… masa meminta kepada Nabi???. Padahal ungkapan di atas adalah membawa RASA cinta kepada Nabi ketika memohon kepada 4JJ1.
wallahu a’lam bishshowab
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Mengenai rasa, menurut saya siapapun bisa mengalaminya. Bukan cuma saat mendengarkan atau mungkin saat membaca barzanji, diba’i, burdah atau rawi’ saja. Jujur disini saya katakan, sayapun merasakan hal yang berbeda saat mendengarkan lantunan apa yang mas ansori katakan. Mungkin kita juga pernah melihat atau mungkin mengalaminya, seseorang menangis saat mendengar sebuah lagu dari artis terkenal yang disukainya dan momentnya sangat tepat dengan apa yang sedang kita alami. Tapi apakah kita harus menganggap bahwa rasa itu merupakan buah dari keridhaan Allah atau hidayah-Nya kepada kita? (Maaf) mungkin kita juga pernah melihat acara seremonialnya orang Kristen, mereka banyak yang menikmati bahkan sampai menangis dan pingsan. Justru di sinilah yang seharusnya kita khawatirkan, karena sesungguhnya syaitan menguji manusia dari jalan manapun untuk menjauhkan kita dari iman.
Lihatlah bagaimana ulama-ulama salaf sangat berhati-hati terhadap hal-hal yang baru, karena mereka khawatir umat menjadi tidak sadar telah melakukan kesalahan karena kebiasaan yang telah dilakukannya secara terus-menerus.
Atau mungkin apa yang dilakukan para sufi, awalnya mereka melakukan sesuatu yang mereka anggap bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah, tapi lama-kelamaan mereka jadi bersikap ghuluw, dan inilah yang sebenarnya saya khawatirkan bisa terjadi terhadap kebiasaan yang dilakukan saat perigatan maulid tersebut, entah suatu saat. Dimana saat orang-orang tidak mengenal lagi kemurnian agamanya.
Lihatlah apa yang Ustadz Hasan al-Banna katakan mengenai sufi dalam kitabnya Mudzakkiratud Da’wah wad Da’iyah,
Mungkin kalau saya beri “contoh” mengganti paragraf terakhir di atas dengan pernyataan seperti ini,
Semoga contoh penjelasan diatas semakin bisa dipahami esensinya. Barakallahu fikum.
blog owner
Maret 27th, 2008 pukul 21:35
kalau saya pribadi sih sependapat dengan yg ditulis, tapi untuk mem-bidahkannya, wah entar dulu. BtW, NU Jember dah buat bantahan bidahnya tahlilan dan maulidan lho…
Ini bagus, karena merespon dengan ilmiah
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Seperti yang sudah saya katakan, tidak semua bid’ah itu sesat mas, terutama bid’ah dalam arti bahasa bukan istilah/terminologi. Berikut saya tampilkan sebagai referensi tambahan bid’ah yang diperbolehkan atau sebagian orang menyebutnya bid’ah hasanah agar sedikit menenangkan,
Sementarai untuk hal-hal baru yaitu penambahan dalam ibadah-ibadah pokok seperti shalat, puasa, dll maka itu tidak terbantahkan lagi adalah bid’ah yang dimaksud dalam hadist di bawah ini
Untuk lebih jelasnya mungkin bisa baca article saya seputar bid’ah berikut ini :
[1] https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/08/25/benarkah-mobil-listrik-dan-jam-bidah/
[2] https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/08/25/arti-bidah/
[3] https://ihwansalafy.wordpress.com/2007/08/25/cara-mengenal-bidah/ (kalau yang ini berdasarkan ulama rujukannya orang-orang salafi)
Setelah mas sudah bisa membedakan mana bid’ah dalam arti bahasa dan istilah. InsyaAllah, mudah-mudahan itu bisa semakin menenangkan.
Oh ya, mungkin mas bisa kasih referensi mengenai bantahan NU terhadap tahlid dan maulid sebagai tambahan wawasan kita? Ditunggu loch. Barakallahu fiikum.
abimanyu
April 4th, 2008 pukul 10:14
ibnu abdul muis anda melihat orang2yang maulid hanya sepintas saja.memang sekarang banyak orang yang bingung,bilang maulid bid,ah,khurofat,tahyul.kayak mereka sendiri sudah pasti masuk surga aja.yang senang dgn maulid teruskan,tapi jangan lupa minimal setiap hari baca solawat 11x.insya alloh kita termamasuk orang2 yang cinta rosululloh saw.
__________
Ibn Abd Muis, menjawab:
Loch..? 🙄 Bukannya 9 kali plus-plus? 🙄 Subuh 1x, Dzuhur 2x, Ashar 2x, Maghrib 2x, Isya 2x, tambah berbagai shalat sunnah??? 🙄 😳 ❓
yazid
April 24th, 2008 pukul 08:09
la yo ta mas…sudah jelas-jelas bidah kok masih aja mengadakan perayaan maulid nabi..dasar orang yang ibadah hanya sebatas taqlid buta semata dari para mbah-mbahnya..he orang2 yang suka maulidan mbok dibuka nmata hatimu agar ilmu yang ada bisa diterima dengan lapang…bukan hanya ikut-ikutan tradisi belaka…heiiii para pecinta perayaan maulidan coba paparkan dalil yang shohih tentang tuntunan maulidan? para sahabat nabi aja y7ang langsung dibina nabi muhammad sendiri aja tidak merayakan sedang kalian kok berani-beraninya merayakanya…
“AL ILMU QOBLAL AMAL WAL QOUL”
zacky
April 30th, 2008 pukul 15:00
kalian itu jgn smbarang membid’ahkan sesuatu lho, hati2,,JAGA MULUT KALIAN,,faham2 anti maulid & hal2 sunnah lainnya itu jg dr dlu ada, namanye faham ‘WAHABI”,,,kl kalian ga suka maulid ya gpp, knp hrs menjelek2an bgtu, toh kami sndiri ga prnh utak atik tradisi kalian,,lbh baik plajari ISLAM LEBIH DALAM, JGN BELAJAR QUR’AN & HADITS CUMA LEWAT TERJEMAHAN DOANK ,,OK KAUM WAHABI !!!!!
WAWAN
Oktober 18th, 2008 pukul 13:23
mas, kayaknya mending orang Islam yang menganggap bahwa maulid, mahlul qiyam, asrokolan dll sebagai bentuk ibadah mereka yang menurut mereka baik. Daripada orang Islam yg abangan yg cenderung fasik yg masih mabok,judi,main perempuan,maling dkk. setuju nggak?
kalo diterima atau tidaknya sebuah bentuk ibadah kan terserah yang diatas toh? Hanya ALLAH yng tahu bahwa anda ibadahnya paling bener atau yang paling salah, atau ibadah anda diterima atau tidak.
Beberapa orang memang butuh pegangan untuk ibadah,amalan dan keyakinan bahwa ibadahnya diterima Allah SWT,dan beberapa orang tidak butuh .
Tapi hak anda jg yg menentukan pilihan jalan pikiran anda sendiri.demikian hak orang lain dalam menentukan pilihan.
Mungkin saatnya bagi kita memakai bahasa yg santun dan bijak dalam berdakwah, tanpa harus menyakiti hati orang atau membuat orang terpaksa menyakiti hati kita karena ucapan kita.atau setidaknya kita tidak memprovokasi dan terprovokasi.
ada yang senang dengan pertentangan diantara golongan umat Islam yaitu kaum yahudi dan nasaroh.mari kita sadari bersama,dan itu yang lebih penting dibahas daripada masalah beda mashab kita.
yang terakhir mungkin Instrospeksi diri kita, kelompok kita, keluarga kita, dan lingkungan kita.
thx.
totok
Oktober 18th, 2008 pukul 13:40
“Rasul hadir di acara peringatan Maulid”,
dia selalu hadir di setiap hari di kalbu orang yang mencintainya, apalagi di maulid! kerinduan Rosul membuat hati umat Islam merasakan kehadiranya, mahlul qiyam hanya sarana untuk menumpahkan rindu pada Rasulullah, Sayidina Habibina wa Maulana Muhammad SAW.Ruh beliau akan selalu hadir dihati setiap majelis maulid,ketika orang sedang memikirkan dan berdoa semoga Allah menunjukan jalan kita agar jadi makmum beliau kelak di akherat.
sungguh pikiran yang pendek kalau ada orang yang yang melihat maulid dan mengatakan secara harafiah rasulullah datang secara fisik ke dalam majelis.
himawan
Oktober 31st, 2008 pukul 22:42
assalammualaiku wr wb
jangn mengatakan bahawa maulid itu bid’ah.maulid itu berisi pujian,shalawat untuk allah dan rosulullah saw.
kalo mo berkata bid’ah, kendaraan yg anda gunakan saat ini bid’ah, iya toh, kenapa karena itu dulu pada zaman rosul tidak ada, bid’ah bid’ah
lebih tau man sih anda denagn habib munzir almusawwa, lebih tau mana sih anda dengan habib abdurrahman assegaf, ente ngaji sampe mana???
asal ente tau , wali songo pun membaca dan memperingati maulid, apa tidak boleh umat islam merayakan hari lahir rohmatan lil alamin muhammad saw.
ente seharusnya berfikir, ente belajar nahwu ga..???
kalo ga belajar ga usah sok sok ngebidah apa yg sudah ada sejak jaman para salaf awaliiyin, toh ente jg belajar hadits cm dri terjemahan kan…????
hahahahaha
saya cma bsa ketawa ngeliat anda berbicara, katanya anda org mengerti agama tapi kok mo shalawat aja disebut bidah
n terakhir saya punya julukan bwt anda…
yaitu “khimar”
silahkan anda cari tahu artinya, saya kasih bocoran dlm al-quran dikatakan bahwa himar ini ….. paling bodoh
wassalam
ibnu arif
Juli 5th, 2011 pukul 20:11
Anda udah ngerti islam ?gini yang anda dapatkan dari pengajian habibhabib yang anda sanjung2 ?anda menjelek-jelekkan saudara sesama muslim ,
anda sendiri juga belajar nahwu gak ?ngerti gak ?
yang belajar cuma dari terjemahan itu mungkin anda ,
anda hanya ngikut2 saja dengan mbah2 anda ,
dan ,
saya ingin bilang ,yang bener itu ‘himaar’ juga berarti keledai ,
anda tolong belajar dulu berakhlak dalam islam tentang berbicara ,
dan pelajari etika berbicara ,beropini ,dan berargumen dalam diskusi .
terimakasih ,
sastrodo
Desember 20th, 2008 pukul 18:28
“Tapi untuk aku, tidak akan mengamalkannya sebelum kubuktikan sendiri hujjah dalilnya”
Dengan perkataan mas di atas, coba dibuktikan dengan mengamalkannya, siapa tahu dapat naik haji gratis, lumayankan….he…he…dan juga tidak ada ruginya.
Tapi jika memang terlaksana, mas jangan anggap amalan itu yang membuat mas naik haji, tapi Allah yang menghendakinya.
haromain
Desember 24th, 2008 pukul 03:50
kang muis ini mungkin termasuk katagori yang hatinya peteng munkin kali ya…..wong yg lainnnya dapat menangis2 tehanyut kok dia sendiri yg malah marah2…orang yang pintar cenderung sombong dengan kepintarannya itulah yang menghalangi cahaya hikmah masuk ke dalam hati….ya ngga jauh kayak mas ibn abd muis ini….sama ceritanya kayak imam al Ghozali pada saat jadi rektor di alazhar mesir, sebelum bertemu dengan guru spiritualnya yang tukan tenun (lupa namanya aq maklum banyak dosa hehehehe) ya seperti ini, banyak dalil sana-sini kayak pedagang dalil aja…..ya moga2 kang muis dapat cahay hikmah sehingga dapat merasakan nikmatnya berbi’ah2 ria,….. oiya kang taraweh berjamaah apa bukan bid’ah kan pada zaman nabi tarawehnya kan sendiri-sendiri, baru pada zaman umar yg bareng-bareng. terus baca al quran bid’ah juga dunk, soalnya kan nabi ngga pernah menyuruh mengumpulkan ayat2 al quran yg kemudian ditulis pada zaman abu bakar, di kasih tanda titk pada zaman usman bin affan dan akhirnya di kasih harokat pada zaman pada waktu aq belon lahir (lupa lg zaman khalifah nya)……waaaahhh belum lg kitab hadits…….bid’ah aja semua……ampuuunnn……..trus……bid’ah…dan bid’ah….sampai kapan???????
ridwan
Januari 4th, 2009 pukul 00:54
ente coba buka web majelisrasulullah.org ya, insyaAllah ude dijelasin semuanya ma Habib Munzir, ente coba cari ja…
anon
Februari 2nd, 2009 pukul 05:40
ah, ikut-ikutan SYI’AH aja maulid-an…
ckckck..
cukuplah 2 hari raya ied bagiku..
kalau maulid itu baik, PASTILAH para sahabat AKAN MENDAHULUI kita dalam mengamalkannya…
M. Ali Usman
Februari 14th, 2009 pukul 13:23
Mas, sebelum anda berkomentar / menulis dan menyebarluaskan mengenai maulid, alangkah baiknya anda diskusi dulu dengan kyai atau ustadz yang kwalitas dan kredibilitasnya tidak diragukan.
Saya khawatir, anda sudah banyak belajar dan mendalami agama islam, namun hanya otodidak, tanpa bertanya dengan ahlinya. akibatnya anda membuat persepsi sesuai dengan akal pikiran anda sendiri. Tolong, saran saya…. Banyak banyaklah diskusi / belajar dengan guru yang berkwalitas. Wassalam
Acep Rahmat Qosim
Februari 23rd, 2009 pukul 03:17
Sebelum anda menuliskan sesuaru atau berbuat sesuatu dipikirkan dengan matang ingat semua yang ada tuliskan akan ada pertanggungjawabanya,.. saran saya sebelum anda berkata ini itu ada cari referensi yang lengkap dan komprehensif,.. apakah anda sudah melakukan itu??
Mencari tahu asal usul dari kitab2 tarikh atau sejarah atau hanya mendengar kata orang saja,..
Ingat kawan Hadist nabi jutaan apa yang beliau katakan dan lakukan itulah hadist apalagi ijma,qiyas makin lebih banyak lagi,..
Sekali lagi dalam menarik kesimpulan apakah semuanya sudah terkumpul,..
Berhati2lah,.. dalam menarik suatu kesimpulan,..
Ingat jika seseorang ditanya apakah anda pernah melihat otak anda jawab nya pasti tidak, kemudian ketika ditanya lagi apakah anda pernah menyentuh otak anda jawabnya pasti tidak,.. tetapi dari premis2 tadi konklusi nya bukan berarti orang tadi tidak memiliki otak,..
Terimakasih,.. semoga kita senantiasa mendapat ridlonya,.. Aminnn,..
hidayat sodikin
Maret 2nd, 2009 pukul 09:05
Assalamualaikum Wr. Wb
Sebelumnya mohon maaf kalau saya kurang setuju dengan apa yang anda paparkan di atas,menurut anda Bid’ah itu apa?kita harus hati2 dalam urusan ini jangan asal main tarik kesimpulan dan menuduh!anda pernah makan pake sendok khan?anda pernah naik mobil khan?bukannya itu juga perbuatan bid’ah??…Setahu saya seh..selama masih dalam koridor hal yang baik dan tidak mungkar, sah- sah saja apapun itu,..inget bid’ah bnyk macamnya, salah satunya Bid’ah khasanah…ini yang jadi pedoman saya!apa salahnya kita sebagai umat Muhammad SAW. merayakan hari kelahirannya??kalau anda tidak merayakanya yah sudah tidak apa-apa…asalkan jangan mencela yang melaksanakan!…Salam By:uday (cairo)
Abu Muhammad
Maret 3rd, 2009 pukul 07:27
Assalaamualaykum,
Untuk Akhi Ibn Abd Mu’is, mm dalam menyampaikan yang haq pasti ada pro dan kontra. apalagi dari pemberi komentar banyak sekali yang tidak memahami arti bi’ah baik pengertian secara istilah maupun secara syar’iyah untuk itu kepada para komentator ana sarankan supaya mendengarkan kajian ttg kitab Ushul Bida yang bisa di download Radio Rodja (www.rodja.com) semoga bisa membuka wawasan kita.
Barokalloohu fiik
M R Ibad
Juli 10th, 2009 pukul 03:20
Assalamu Alaikum,
Saya (nggak usah Ana, karena kita di Indonesia, biar teman-teman yang Nggak ngerti tahu maksud ngomong saya) sebagai salah satu komentator bukannya nggak ngerti yang Anda maksud bid’ah, termasuk kitab apa yang Anda jadikan dasar, Ulama dan Aliran Islam Apa yang Anda ikuti. Mereka, termasuk saya berbeda dengan Anda, Saya punya dasar pemikiran sendiri, kitab sendiri (tapi kitab Anda pun sudah saya baca). Perdebatan mengenai ini hanya membawa isu perpecahan sebagaimana pertumpahan darah khawarij vs muawiyah dll. Mohon untuk hati-hati demi keutuhan islam di Negeri ini.
Rahman
Maret 9th, 2009 pukul 08:10
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam kenal akhi. Salut saya atas pencerahannya. Semoga Islam selalu menjadi rahmatan lil’alamin. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
rabin
Maret 10th, 2009 pukul 09:15
Ass.wr.wb
Tuan abd muis… kalo melihat tulisan ente.. kurang lbh seperti org2 yg tidak mempercayai zuriyat NabiSAW.. dimana mereka mempercayai kita semua turunan nabi SAW.. Kita semua mmg umat Nabi Tapi belum tentu Turunan Nabi… Bisa jadi turunan abu jahal…. dalam membaca kitab jgn hny dari paham yg ente anggap benar tp bc jg kitab yg ente anggap tidak benar, ….. semoga Allah memberi ente hidayah……..
loris
April 23rd, 2009 pukul 13:32
“sesungguhnya Allah beserta malaikat-Nya selalu mengucapkan sholawat kaada Rasulullah SAW”. bos inga’ di dunyo kita hanya hidup bentar. so jangan sombong2
eh yo aq udh ngalami betapa nikmatnya membaca maulidin nabi. ingat ni zow kelapa to lebih mahal kalo diambil minyaknya trus dijual,kalo cuman sepete tok dikasihkan orang juga gak mo. >,<
M R Ibad
Juli 10th, 2009 pukul 02:48
Wahai orang-orang yang menganggap maulid nabi itu sesat…Bagimu agamamu dan bagiku adalah islam yang penuh warna….Islam yang diinginkan Baginda Nabi Muhammad SAW.
abu zahra
Januari 3rd, 2011 pukul 23:10
Robbana la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana innaka antal ‘alimul hakim. Istighfarlah saudaraku, jangan sampai tumbuh dihatimu perasaan lebih baik dari yg lain. Sebab itulah yang menyebabkan iblis terusir dari sorga…
elhasan
April 20th, 2011 pukul 09:18
jangan ngomongin bid’ah kalau tidak tahu bid’ah itu apaan???
kodifikasi al Qur’an dan hadist juga bid’ah itu…
sholat tarawih berjamaah juga bid’ah…..
berangkat haji pakai pesawat juga bid’ah itu….
Lana a’maluna wa lakum a’malukum….
quisling
April 21st, 2011 pukul 02:26
Sekedar saran…socrates,galileo,copernicus. Mereka semua mati ditangan orang2 yang belom nyampe sama otaknye mereka (socrates en the gank).GUE NGGA NUDUH SEMUANYE NGGA NYEMPE OTAKNYE SAMA ELO ATO SEBALIKNYE…
Gue pernah bersikap kaya elo. Ngga beropini,cuman nge-beber-in semua opini tapi malah diserang sana-sini.BTW elo tuh beropini ngga sih…he3x
Kalo udah siap buat dipancung orang silahkan lo lanjutin semua pandangan elo (bukan ngancem nih…inget klo gue pernah kaya elo dan gue ngga siap dipancung orang) ini sekedar saran 5W+H elo beropini…
Klo elo ngeguna-in hadist “selemah-lemahnya iman”, buat gue.
Umar bin Khatab ra. masuk islam lewat doa Nabi. Di hari Aqobah klo Malaikat dapet perintah dari Nabi,maka 2 bukit tinggal dilempar kaumnye tapi Nabi ngga nge-laku-innye tapi nge-doa-in mudah2an kaumnye masup islam…
So, this is what i am doing it now (baca : so dis is wat aiyem duing it naw)
“Ada hamba yang mengucapkan satu kalimat tanpa ia pikir tentang (baik buruknya) kalimat itu, yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka yang lebih jauh daripada antara timur dan barat” dari Abu Hurairah ra.(HR.bukhari&muslim).(Riyadhus Shalihin II).
“Saya hafal 2 karung hadist dari Rasulullah,yang satu karung telah saya siarkan sedang yang satu karung lagi kalau saya siarkan niscaya dipotong orang leherku”Abu Hurairah ra. (HR.bukhari).
“….Kata Muaz “Ya Rasulullah apakah tidak lebih baik berita itu saya sampaikan kepada orang banyak supaya mereka gembira”
Jawab Nabi “Kalau mereka mendengar berita itu mereka akan bersikap tawakal saja tanpa amal”….”dari Anas bin Malik ra. (HR Bukhari).
“Sekiranya engkau berucap kasar lagi berhati keras tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”3:159.
Alquran udeh ngasih tuntunan gimane kita ngasih informasi BALIGHA 4:63,SADIDA 33:70, LAYYINA 20:44.
BTW gimana Hadist ini
“Tiada seseorang yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah mengembalikan nyawaku sehingga aku dapat menjawab salam kepadanya”dari Abu Hurairah (HR.Abu Dawud)
PEACE MAN (baca : pis men)
oNe
Mei 14th, 2011 pukul 07:50
Assalam Mualikum..
saya awam ttg yg anda jelaskan tapi sy suka jadi dpt tambahn ilmu,.. insyaallah jd berguna utk sy.. harapan saya anda mulai contoh yg riil dlm pelaksanaan maulid Nabi, yg ga ada bid’ah itu seperti apa..? atau bahkan pencetus maulid nabi tanpa Bid’ah.. biar kami yg awam ini bisa ikut merasakan suasannya seperti apa…? jd tdk melulu yg didapat dr kebiasaan2 tradisi… atau memang meurut antum Maulid tdk dibenarkan !!! jd kami jg yg awam punya pilhan jg utk ikut atau tdk..??? krn ga bisa kita merubah suatu tradisi ?? kec kita mau membuat sendiri tradisi yg baru….???? itu sdh tradisi di indonesia…?? menurut saya..begitu!!!
Wassalam…
Bagus Nieh
Juli 4th, 2011 pukul 23:59
KULLU BID’ATIN DHALALAH
WA KULLU DHALLATUN PIN NARO.
AKU BERLINDUNG KEPADA ALLOH DARI KESESATAN BID’AH DI DALAM BERAGAMA.
AMINNNN …
Tasnim
Juli 6th, 2011 pukul 06:59
menurut saya , maulid itu artinya kelahiran , kalau memang mau da,wah islam nggak perlu bikin perayaan maulid nabi segala, karena para sahabat tidak ada yang bikin acara seperti itu, dan para sahabat nabi Muhammad SAW.orang yang paling tahu syiar dan da’wah Islam yang langsung dari Nabi, itulah yang benar..para sahabat Ali., Umar,Usman, Abu Bakar orang yang pas dan tepat sebagai pengamal ajaran Nabi, dan tidak berani ditambah dan dikurangi itu ajaran Islam dan Al-Qur,an serta Hadits Nabi.
djana sudjana
Agustus 28th, 2011 pukul 07:30
Hati kita tidak akan berbohong, kegersangan, kehampaan dalam hidup akan terasa bila tidak diisi dengan pendekan kepada Allah dan Rasulnya. Dengarkan Jeritan Hati kita sendiri. jangan terlalu ditimbang-timbang dengan fikiran logika, gunakan hati….., kita akan tahu apa yang dibutuhkan untuk bekal nanti
Heri
Januari 12th, 2012 pukul 09:26
Ambil yang benar campakkan yang salah…, mantap gan!
nina
Februari 10th, 2012 pukul 08:55
banyak ya yang komen,,
😀
lariss manisss,,,
tantan
Februari 28th, 2014 pukul 09:26
Belum. Tentu orang yg kamu bid’ah2 kan itu ahli neraka,dan belum tentu juga kamu yg sok bener itu ahli syurga,semua nya cuma Alloh yg maha Tau.